• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 16 April 2024

Tapal Kuda

NU Pasuruan Gelar Sarasehan Muslim Milenial Bersama Alvara Research Center

NU Pasuruan Gelar Sarasehan Muslim Milenial Bersama Alvara Research Center
Sarasehan yang diadakan PCNU Kota Pasuruan secara hybrid, Sabtu (21/08/2021). (Foto: NOJ/ Makhfud Syawaludin).
Sarasehan yang diadakan PCNU Kota Pasuruan secara hybrid, Sabtu (21/08/2021). (Foto: NOJ/ Makhfud Syawaludin).

Pasuruan, NU Online Jatim

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pasuruan menyelenggarakan kegiatan ‘Sarasehan Muslim Milenial Nusantara’,  Sabtu (21/08/2021). Acara yang diadakan di Aula Serbaguna PCNU Kota Pasuruan ini merespon bonus demografi dan potensi besar anak muda khususnya generasi milenial.

 

Kegiatan yang mengambil tema “Generasi Muslim Milenial di Tengah Arus Globalisasi dan Bonus Demografi” ini juga dalam rangka memperingati tahun baru Islam 1443 H.

 

CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali menyajikan data-data mengenai isu dan tantangan masa kini bagi generasi milenial. Data BPS 2020 menunjukkan bahwa usia produktif penduduk Indonesia mencapai 70,72 persen, penduduk muda dari kategori Gen Z dan Milenial mencapai 53,81 persen. 

 

"Yang perlu dipahami adalah posisi kita adalah era informasi. Era sekarang ini dan masa depan adalah era ide dan kreatif," katanya saat menjadi pembicara dalam kegiatan sarasehan itu.

 

Ia juga menyebutkan bahwa masih banyak umat Islam yang ingin merubah Indonesia menjadi negara yang berbasis Agama. Sebanyak 18,6 persen dari kalangan pelajar dan 16,8 persen dari kalangan mahasiswa.

 

Hal ini menjadi tantangan bagi semua pihak, khususnya generasi milenial Nahdliyin. Sementara persentase rutinitas umat Islam yang melihat portal islam milik Nahdliyain hanya 10,2 persen. Sisanya melihat portal Islam di luar Nahdliyin.

 

"Ini miris sekali. NU tidak boleh puas hanya dengan kepemilikan kader yang begitu banyak, tetapi harus menciptakan kader-kader yang mampu menangkap trend dengan memanfaatkan teknologi yang ada melalui sumber agama/portal Islam yang tepat dan benar," pungkas pria yang juga pengurus Ansor itu.

 

Sedangkan Ketua PCNU Kota Pasuruan H M Nailur Rochman, mengajak kalangan milenial untuk menyadari dan memahami posisinya sebagai pemuda di masa depan. Bahwa pemudalah yang menjadi tumpuan hidup dan penentu masa mendatang.

 

"Globalisasi ini tidak dapat kita bending. Kita dipaksa untuk berenang di dalamnya tetapi kita tidak boleh hanyut olehnya. Sehingga tidak terjebak dalam sisi negatif globalisasi,” pungkas Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Majelis Dzikir Shalawat (MDS) Rijalul Ansor Jawa Timur itu.

 

Adapun peserta sarasehan meliputi Alumni Dauroh Muslim Milenial, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Senat Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), organisasi santri di beberapa pesantren dan organisasi kepemudaan lainnya di Pasuruan.

 

Kegiatan itu digelar secara hybrid. Sehingga ada peserta hadir secara tatap muka dan ada pula yang mengikuti acara melalui Zoom Meeting.

 

Sebelumnya, panitia juga mengadakan lomba esai. Untuk Terbaik I lomba esai Sarasehan Muslim Milenial Nusantara PCNU Kota Pasuruan, Erdogan Thayyib (Alumni Daurrah Muslim Milenial PCNU Kota Pasuruan Angkatan-3/Alumni SMA-1), tema esai: "Terjerembab Langkah Miopik dalam Berkeislaman".

 

Sedangkan terbaik II diraih Miqdas Ruhul Islami (Ponpes Salafiyah) dengan tema esai: "Tut wuri Handayani Semboyan Sakti atau Tersakiti".

 

 

Miqdas Ruhul Islami, dalam kesempatan tersebut menyampaikan hasil esainya bahwa seringkali pendidikan karakter yang diberikan kepada generasi milenial masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

 

Salah satu faktor penyebabnya adalah pola pendidikan yang masih keliru. Di mana lebih banyak berisi tuntutan-tuntutan sehingga esensi dari ilmu masih belum tersampaikan dengan baik.

 

Lebih lanjut, Miqdas mengatakan bahwa Islam menerima munculnya modernisasi, tetapi tidak menerima kemaksiatan yang terjadi sebagai dampak dari modernisasi itu sendiri.

 

Kontributor: Makhfud Syawaludin

Penulis: Diana Putri Maulida

Editor: Romza


Editor:

Tapal Kuda Terbaru