• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Rehat

Pak Jakob Oetama: Antara Tahu Diri dan Visi Menjaga Indonesia

Pak Jakob Oetama: Antara Tahu Diri dan Visi Menjaga Indonesia
Jakob Oetama berbincang bersama mantan Presiden RI Gus Dur dan istrinya, Sinta Nuriah, dalam acara peringatan 60 Tahun Indonesia Merdeka yang bertajuk ”Menyelamatkan Komitmen Nasional” di Gedung Arsip Nasional, Jakarta Barat, Senin (15/8/2005). Foto: Kompas.id
Jakob Oetama berbincang bersama mantan Presiden RI Gus Dur dan istrinya, Sinta Nuriah, dalam acara peringatan 60 Tahun Indonesia Merdeka yang bertajuk ”Menyelamatkan Komitmen Nasional” di Gedung Arsip Nasional, Jakarta Barat, Senin (15/8/2005). Foto: Kompas.id

Jakarta, NU Online Jatim
Sikap “tahu diri” menjadi akhir dari makalah setebal 21 halaman yang disampaikan pendiri harian Kompas, Jokob Oetama, saat memperoleh gelar kehormatan, doctor honoris causa (HC) di bidang Komunikasi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Kamis, 17 April 2003. 

 

”Mengapa saya. Mengapa bukan rekan-rekan yang lain? Disertai pernyataan itu, kehormatan ini saya terima dengan sikap tahu diri noblesse oblige, kehormatan itu membawa tanggung jawab,” demikian Jakob menutup pidato bertajuk ”Antara Jurnalisme Fakta dan Jurnalisme Makna”.

 

Ketahudirian Pak JO, -demikian rekan-rekan wartawan Kompas menyapa- memang bukan hal baru. Ketika Kompas Grup (KG) menerbitkan harian ekonomi Kontan, Pak JO juga menyatakan hal sama: 

 

“Dengan rendah hati, saya akui pengetahuan saya soal manajemen bisnis, nol! Tapi saya merasa ada modal, bisa ngemong! Kelebihan saya adalah saya tahu diri tidak tahu bisnis.”

 

Di awal tahun 2000, ketika media massa tumbuh subur, terlebih media berbasis daring menemukan ruangnya, pemilik media seakan dihadapkan pada dua pilihan; melaporkan fakta langsung pada inti peristiwa, atau tetap memberi gambaran menyeluruh tentang fakta tersebut. Pak JO lebih condong pada pilihan kedua. Bagi pria kelahiran Magelang, 27 September 1931, ini kerja jurnalistik bukan sekadar melaporkan fakta menurut urutan kejadiannya, bukan fakta secara linier, melainkan fakta yang mencakup. Laporannya disertai latar belakang, proses, dan riwayat. Ada usaha untuk mencari korelasinya dengan hal lain. Kemudian, diberi interpretasi atas dasar interaksi fakta dan latar belakang.

 

”Dengan cara itu, berita bukan sekadar informasi tentang fakta. Berita sekaligus menyajikan akan arti dan makna peristiwa,” ujar Jokob Oetama, sebagaimana dikutip dari Insan Alfajri, “Jakob Oetama: Tak Sekadar Menyampaikan Fakta” (9/9/2020).

 

Konsistensi dan ideologi “jurnalisme makna” yang dipegang Pak JO inilah yang  diturunkan kepada kader-kader didikannya di Kompas. Menurutnya, kerja-kerja jurnalis tidak sebatas menyajikan pemberitaan secara aktual, faktual, penting dan menarik, lebih dari itu, konten yang dihadirkan harus didasarkan secara serius, secara jujur, secara benar, dan secara profesional mencoba mencari tahu secara lengkap mengapa peristiwa terjadi serta apa arti dan maknanya. 


Sikap dan cara kerja pekerja pers tidak sebatas bebas dan independen, tetapi disertai pertimbangan akal sehat, kepekaan, serta komitmen terhadap kemanusian. Di, Kompas, humanisme transendental menjadi pegangan. Humanisme transendental terkait dengan realitas kemanusiaan dan kemajemukan Indonesia, yakni manusia itu sama, tetapi agama dan keyakinan bisa berbeda-beda (Syukur Tiada Akhir, 2015).

 

 “Wartawan itu tidak hanya bekerja, namun menyuarakan kemanusiaan,” kata Pak JO sebagaimana ditirukan Susi Ivvaty.
 

Susi yang pernah bekerja di harian Kompas selama 16 tahun, mengungkapkan kutipan-kutipan Pak JO soal kemanusiaan dan kebercukupan telah menjadi ruh bagi dirinya juga koleganya di Kompas

 

“Kutipan ‘Bekerja bukan hanya bertujuan mencari nafkah saja, tetapi sebagai pengabdian manusia kepada Tuhan, kepada sesama manusia, kepada masyarakat, bangsa, dan negara’ sudah sangat masyhur dan kerap dikutip,” ujar Susi.


Kalimat-kalimat itu, kata Susi, bahkan sering ditirukan sampai dibuat bahan candaan. “Misalnya ‘Kerja adalah ibadah’. Kami sering becanda ketika telat salat maghrib, misalnya, lalu kami beralasan, ‘Lho kita sudah bekerja seharian ini, sudah sama dengan ibadah, melebihi salat maghrib’ hahaha,” kenang Susi.

 

Pak JO dan NU
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Said Aqil Siroj mengungkapkan bahwa Jakob Oetama memiliki tempat khusus di hati KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Menurutnya Jakob Oetama merupakan sosok yang dihormati Gus Dur sebagaimana Gus Dur menghormati Romo Mangun.

 

"Termasuk yang Gus Dur hormat, yang saya tahu, Romo Mangun dan Jakob Oetama," ujar Kiai Said saat menyampaikan testimoni di Kompas.TV, Rabu (9/9).

 

Dari penghormatan tersebut Kiai Said menarik kesimpulan bahwa Gus Dur melihat keistimewaan dalam diri Jakob Oetama.


"Saya melihat ada kelebihan dari Pak Jakob Oetama terutama dalam membangun pluralisme, demokrasi, dan kemanusiaan," jelasnya.

 

Ketua Umum Pimpinan Pusat Pencak Silat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama, Muchamad Nabil Haroen mengungkapkan hal yang sama. Menurut anggota Komisi IX DPR yang lama mendapingi Kiai Said ini, kedekatan Pak JO dengan kiai-kiai NU karena didasarkan pada visi yang sama, yakni menjaga Indonesia.

 

”Kedekatan beliau dengan Gus Dur, Kiai Said Aqil Siroj, dan beberapa kiai pesantren terlihat dari penghargaan dan keakraban beliau. Kedekatan ini karena ditopang oleh kesamaan visi untuk menjaga Indonesia, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk terus berbuat baik untuk negeri, berbakti dengan karya dan idealisme masing-masing. Misi ini diterjemahkan Pak Jakob Oetama dalam semangat di setiap tulisan beliau, serta gagasan-gagasan penting yang menjadi nyawa harian Kompas dan grupnya,” ujar Nabil, sebagaimana dikutip dari Kompas.id.

 

Hari ini, tokoh pers nasional Jakob Oetama wafat. Beliau menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (9/9/2020) pukul 13.02. Selamat jalan, Pak JO.  


 


Rehat Terbaru