• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Metropolis

Pandemi Covid-19, STAI Al Fithrah Surabaya Gelar Wisuda Daring

Pandemi Covid-19, STAI Al Fithrah Surabaya Gelar Wisuda Daring
Suasana wisuda dalam jaringan STAI Al Fithrah Surabaya. (Foto: NOJ/Istimewa)
Suasana wisuda dalam jaringan STAI Al Fithrah Surabaya. (Foto: NOJ/Istimewa)

Surabaya, NU Online Jatim

Penyebaran virus Corona belum menunjukkan penurunan. Bahkan di berbagai tempat, angka warga yang positif terjangkit semakin tinggi.

 

Menyadari hal tersebut, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Fithrah Surabaya melaksanakan sidang senat terbuka wisuda secara dalam jaringan atau daring, Sabtu (05/12/2020).

 

Lembaga pendidikan yang didirikan KH Ahmad Asrori al Ishaqy bersama Prof Softjan Tsauri, Prof Abdul Haris, dan beberapa tokoh pendidikan Islam pada tahun 2008 ini menggelar wisuda sarjana strata satu ke-9.

 

Jusuf Syamsudin selaku Ketua STAI Al Fithrah menjelaskan bahwa wisuda daring atau virtual dipilih untuk menghindari kerumunan massa. Karena dengan menggelar wisuda seperti biasa yang tentu saja akan mengundang massa, ditakutkan dapat berpotensi menyebarkan Covid-19.

 

“Surabaya masih termasuk zona merah. Maka untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, kami memilih melaksanakan wisuda secara virtual,” katanya kepada media ini.

 

Lebih lanjut, Jusuf menjelaskan bahwa wisuda daring dipilih karena Al Fithrah Surabaya menjadi pusat dari seluruh cabang Al Fithrah di Indonesia dan juga menjadi cermin bagi jamaah al-Khidmah baik yang ada di Tanah Air ataupun di luar negeri.

 

“Kita ingin sampaikan bahwa di masa pandemi ini, kami taat aturan dan berusaha untuk menghindarkan diri dari kerumunan massa. Itulah sebabnya, bahkan haul akbar yang sejatinya dihelat setiap tahun sekali juga ditiadakan,” ungkapnya.

 

Dalam amanahnya disampaikan agar wisudawan harus optimistis dan melihat yang terjadi sebagai peluang. “Mungkin bagi sebagian orang saat ini adalah situasi sulit, tapi yakinlah bahwa kalian akan survival dan akan menjadi orang yang bermanfaat,” tegasnya.

 

Pembantu Ketua I, Sofwan Hasan menyebutkan ada 79 wisudawan-wisudawati yang berhasil dinyatakan lulus. Rinciannya, mereka dari Program Stusi Ilmu Al-Quran dan Tafsir 11 wisudawan, Akhlak Tasawuf 27 wisudawan, Manajemen Pendidikan Islam 26 wisudawan, Perbankan Syariah 9 orang, serta Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 6 wisudawan. 

 

Sofwan juga mengumumkan wisudawan terbaik diraih oleh Muhammad Rais Akbar (3.62) dari Program Studi (Prodi) Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Misbahul Hadi (3.6) dari Prodi Akhlak Tasawuf. Juga Dianatul Ula (3.6) dari Prodi Manajemen Pendidikan Islam, Zulfatul Kamila (3.35) dari Prodi Perbankan Syariah, serta Siti Fatimah (3.6) dari Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

 

Sebagai orator ilmiah dalam wisuda ini adalah Imron Mawardi, ahli ekonomi Islam dari Universitas Airlangga Surabaya, sekaligus Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Provinsi Jawa Timur.

 

Dalam paparan disampaikan bahwa pesantren memiliki potensi besar untuk mengembangkan unit bisnis, karena memiliki captive market yang besar. Pasar utama itu adalah  santri, alumni, keluarga santri dan alumni, dan masyarakat yang memiliki hubungan emosional yang kuat dengan kiai dan pesantren.

 

“Keberadaan unit bisnis (ini) sangat penting bagi pesantren, karena dapat memberikan pelayanan kepada para stakeholder, sekaligus memperoleh laba untuk mendukung kemandirian pesantren,” katanya.

 

Dalam pandangannya, dengan laba yang cukup besar, pesantren dapat menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas. Kendati demikian, biaya yang harus dikeluarkan wali maupun santri sangat terjangkau. Dan hal tersebut tepat karena santri sebagian besar dari kalangan menengah ke bawah.

 

Strategi pengembangan usaha pesantren menurut Imron  adalah memanfaatkan captive market dengan melakukan sinergi antar-pesantren. Sinergi dengan saling membeli produk pesantren lain untuk mencukup kebutuhan pesantran dan santri akan membuat nilai ekonomi transaksi akan dinikmati sendiri oleh pesantren.

 

“Hal ini dapat mempercepat kemandirian ekonomi,” jelasnya.

 

Hadir pada acara ini, para tokoh agama seperti Habib Musthofa al-Jufri, Habib Abdurrohman Bin Aqil, Habib Ahmad Al-Haddar, KH Hilmi Ahmad Basyaiban, dan tokoh agama Islam lainnya.


Editor:

Metropolis Terbaru