• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Metropolis

Panduan Mengisi Ibadah Usai Ramadlan Saat Pandemi Corona

Panduan Mengisi Ibadah Usai Ramadlan Saat Pandemi Corona
KH Farmadi Hasyim, Wakil Ketua PW LDNU Jatim. (Foto: NOJ/istimewa)
KH Farmadi Hasyim, Wakil Ketua PW LDNU Jatim. (Foto: NOJ/istimewa)


Sidoarjo, NU Online Jatim
Islam memberikan banyak panduan kepada umatnya dalam upaya meningkatkan kualitas diri dan lingkungan sekitar. Seperti juga dengan ibadah puasa Ramadlan selama sebulan penuh. Bahkan umat Islam dianjurkan meneruskan kebaikan dengan puasa sunah Syawal dan silaturahim.

 

Penegasan ini disampaikan KH Farmadi Hasyim saat dikonfirmasi terkait kegiatan yang harus dilakukan setelah Ramadlan tuntas ditunaikan. Bahkan setelah ditempa selama sebulan itulah, maka harus ada pencapaian yang membanggakan.

 

“Bisa dengan melanjutkan puasa selama enam hari di bulan Syawal, serta mempererat silaturahim,” katanya, Selasa (26/5).

 

Lebih lanjut, Wakil Ketua Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur ini menjelaskan bahwa ada keterangan menarik yang disampaikan Al-Imam Sayyid Mohammad bin Sayyid Alawi bin Sayyid Abbas Almaliki. Lebih tepat, pandangan tersebut termaktub dalam kitab Fathul Qaribil Mujib alat Tahdib wa Tarhib di halaman 126.

 

“Dari Abi Ayyub RA menyampaikan barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu berpuasa sunah enam hari di bulan Syawal, maka pahala yang berikan Allah kepada yang bersangkutan laksana orang puasa selama setahun,” katanya sembari menegaskan bahwa hadits diriwayatkan Muslim.

 

Lantas bagaimana cara menghitungnya sehingga tambahan puasa 6 hari menyamai setahun? 

“Karena satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Nah, kalau tiga puluh hari selama Ramadlan dikalikan sepuluh, maka sama dengan sepuluh bulan, sementara enam hari dikalikan sepuluh, maka sama dengan dua bulan. Sehingga dengan demikian pas setahun,” jelasnya. 

 

Terkait pelaksanaan puasa sunah Syawal, dapat dilakukan  sejak tanggal dua Syawal hingga hari keenam tanpa henti. Dan inilah yang lebih afdlal atau utama. 

 

“Karenanya, para leluhur kita dulu mentradisikan ketupat pada hari ketujuh Syawal sebagai penghormatan kepada mereka yang sanggup meneruskan puasa sejak hari kedua Syawal hingga hari keenam,” urainya.

 

Kendati demikian, puasa Syawal selama enam hari dapat juga dilakukan dengan jeda. Sehingga selama Syawal dapat diagendakan pelaksanaan puasa sunah tersebut seperti sejak tanggal tiga, enam, sembilan dan seterusnya. 

“Atau bisa juga puasa Syawal dilakukan di akhir bulan, dan ini juga dibolehkan,” ungkapnya.

 

Apalagi ibadah yang dianjurkan usai puasa Ramadlan? Setelah memastikan puasa selama enam hari saat Syawal, maka yang dianjurkan yakni silaturahim. 

 

“Hal tersebut sebagaimana sebuah hadits yang menceritakan bahwa siapa yang ingin rizkinya kian banyak, demikian juga umurnya dipanjangkan, maka jawabannya adalah memperkuat silaturahim,” tegasnya. 

 

Dijelaskan Kepala Seksi Pemberdayaan KUA dan Keluarga Sakinah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur ini bahwa bersilaturahim afdlalnya adalah bermuwajahah (bertatap muka) lalu bermushafahah yakni bersalaman.

 

“Namun  karena sekarang terjangkit wabah Corona, maka tanpa mengurangi rasa hormat silaturahim cukup dilakukan lewat media sosial dan sejenisnya. Dan ini insyaallah tidak akan mengurangi pahala silaturrahim tersebut,” jelasnya. 

 

Karenanya, sejumlah pihak yang harusnya mendapat prioritas bagi pelaksanaan silaturahim adalah orang tua, mertua, guru serta keluarga yang lebih tua dan sesama.

 

“Karena orang yang hormat kepada orang tua, maka pasti akan dimuliakan Allah,“ pungkasnya.

 

Editor: Syaifullah
 


Editor:

Metropolis Terbaru