• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Tapal Kuda

Pengamen di Probolinggo Akhirnya Bisa Daftarkan Ibunya Naik Haji

Pengamen di Probolinggo Akhirnya Bisa Daftarkan Ibunya Naik Haji
Slamet Efendi dan ibunya, Atmina. (Foto: NOJ/istimewa)
Slamet Efendi dan ibunya, Atmina. (Foto: NOJ/istimewa)

Probolinggo, NU Online Jatim

Sejumlah calon haji memiliki pengalaman berbeda terkait panggilan untuk bisa menyempurnakan rukun Islam. Ada yang landai, namun tidak sedikit yang mengejutkan. Seperti yang terjadi di Probolinggo.

 

Adalah Slamet Efendi, warga Dusun Krajan RT 03/RW 03 Desa Kerpangan, Leces, Probolinggo yang setiap harinya sebagai pengamen jalanan mampu mendaftar haji.

 

Namun yang menarik, pemuda berusia 30 tahun tersebut justru terlebih dahulu mendaftarkan ibunya, Atmina (57) untuk berangkat ke Tanah Suci Makkah. Setoran biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dengan nilai mencapai Rp.25 juta per-orang itu, dikumpulkan Slamet dari hasil mengamen.

 

Uang hasil jerih payahnya diserahkan ke ibunya untuk ditabung. Setelah dirasa cukup membayar setoran BPIH barulah ia mendaftar ibadah haji untuk ibu dan dirinya.

"Saya tabung ke ibu pak, sedikit demi sedikit selama sepuluh tahun. Saya daftarkan ibu dulu tahun 2018 lalu, baru saya mendaftar kemarin,” katanya, Kamis (3/9/2020).

 

Pemuda kelahiran tahun 1990 itu mengajak serta tetangganya, Yuyun Wahyuni yang diminta membantunya membaca dan menulis formulir pendaftaran BPIH di Kantor Kemenag Kabupaten Probolinggo.

 

"Saya yang antar, karena Slamet ini tidak bisa baca-tulis," kata Yuyun.

 

Keterbatasannya tentang baca-tulis dan kondisi fisik dan mentalnya yang sedikit mengalami kekurangan dibandingkan pemuda normal lainnya, tidak membuat Slamet patah semangat menabung untuk mendaftar haji.

 

Slamet sendiri tidak tamat sekolah dasar. Ia putus sekolah di bangku kelas 1 SD setelah ayahnya meninggal. Ia akhirnya tinggal bersama ibu dan merawatnya sampai mendaftarkan ibadah haji.

 

Dirinya menceritakan keiinginannya berangkat haji berdua bersama ibunya. Jarak pendaftaran antara ibu dan dirinya itu yang terpaut sekitar 3 tahun, membuat Slamet berharap ada toleransi dari pihak terkait sehingga bisa berangkat haji bersama orang tuanya.

 

"Saya cuma ingin ke Makkah bersama ibu pak. Semoga bisa lebih cepat berangkatnya dan tidak berpisah sama ibu," harapnya.

 

Kini Slamet terus berupaya mengumpulkan uang dari hasil mengamen, untuk melunasi sisa setoran BPIH setelah ia dan ibunya sudah mendapatkan kuota kursi pemberangkatan ibadah haji.


Editor:

Tapal Kuda Terbaru