• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Pemerintahan

Penggilingan Padi Jadi Bisnis Pesantren Al Mubarokah Sidoarjo

Penggilingan Padi Jadi Bisnis Pesantren Al Mubarokah Sidoarjo
Usaha penggilingan beras Pesantren Al Mubarokah Porong, Sidoarjo. (Foto: NOJ/opopjatim)
Usaha penggilingan beras Pesantren Al Mubarokah Porong, Sidoarjo. (Foto: NOJ/opopjatim)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Jawa Timur di tahun 2021 menjadi provinsi penghasil padi tertinggi se-Indonesia. Tidak hanya digeluti masyarakat umum, padi menjadi yang menjadi ketahanan pangan ini juga menjadi fokus usaha Pondok Pesantren Al Mubarokah, Porong, Sidoarjo. Selain mengajarkan para santri untuk mengaji dan bidang keagamaan, ponpes satu ini juga fokus mengembangkan bisnis usaha sendiri lewat penggilingan padi.

 

Nurul Millah, Ketua Koperasi Pondok Pesantren Al Mubarokah mengatakan, usaha penggilingan padi ini sudah ada sebelum pesantren berdiri.

 

“Usaha penggilingan padi ini sebenarnya sudah ada lebih dulu dibanding Pesantren, tepatnya sejak 1982. Baru 11 tahun kemudian berdirilah Pesantren Al Mubarokah,” katanya, Senin (17/05/2021).

 

Dirinya dan para pengurus pesantren selalu menekankan kepada santri tentang pentingnya bekal berwirausaha dan pemberdayaan masyarakat.

 

“Kalau keluar pondok nanti jangan sampai berharap jadi pegawai, tapi harus bercita-cita bagaimana caranya memiliki pegawai. Makanya disini santri bisa mandiri, usaha apapun yang bisa merekrut pegawai,” ungkapnya.

 

Usaha penggilingan beras dipilih karena beras adalah sumber ketahanan pangan bangsa Indonesia. Beras juga kebutuhan pokok yang akan selalu dicari.

 

“Beras itu tetap dibutuhkan masyarakat Indonesia sehingga perusahaan ini berdiri atas dasar kebutuhan masyarakat,” terang Ustadzah Nurul.

 

Usaha penggilingan beras ini tidak hanya melibatkan para ustadz/ustadzah dan para santri, tetapi juga warga sekitar.

 

“Banyak sekali melibatkan masyarakat, petani, penjemur gabah, penggiling gabah dan yang memasarkannya. Santri jelas terlibat karena kita memberikan bekal ilmu usaha untuk mereka kelas kalau sudah keluar dari pondok jadi ini sistem pertanian penjemuran gabah sampai kering,” pungkasnya.


Pemerintahan Terbaru