• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Keislaman

Penjelasan Gus Baha soal Terusirnya Nabi Adam dari Surga

Penjelasan Gus Baha soal Terusirnya Nabi Adam dari Surga
Ilustrasi tentang surga yang tentunya jauh dari kenyataan. (Foto: NOJ/RTb)
Ilustrasi tentang surga yang tentunya jauh dari kenyataan. (Foto: NOJ/RTb)

Banyak yang menyayangkan peristiwa terusirnya Nabi Adam dari surga karena terpedaya dengan bujuk rayu setan. Dapat dibayangkan seandainya kejadian tersebut tidak terjadi, maka hingga kini umat manusia akan berada di surga, bukan di bumi.

 

Dan ternyata, ‘keresahan’ sekaligus penasaran akan kejadian tersebut juga ada di benak Nabi Musa. Lantaran dalam sebuah kesempatan bisa bertemu dengan Nabi Adam, maka hal tersebut dikonfirmasi.

 

Cerita akan hal tersebut disampaikan KH Bahaudin Nursalim atau Gus Baha dalam sebuah kajian Islam yang diunggah channel YouTube Kalam Kajian Islam.

 

"Saat dipertemukan dengan Nabi Adam, yang dilakukan pertama kali oleh Nabi Musa adalah melabrak Nabi Adam," ungkap Gus Baha.

 

Saat itu, Nabi Musa mempertanyakan sekaligus menyalahkan Nabi Adam yang memakan buah khuldi dengan Ibu Hawa. Hingga akhirnya, Nabi Adam diturunkan ke bumi, dan manusia pun hidup di bumi seperti yang terjadi sampai sekarang.

 

Dalam perdebatan itu, Nabi Musa berpendapat jika Nabi Adam dan Ibu Hawa tak memakan buah khuldi, bukan tak mungkin manusia akan hidup damai di surga.

 

Hal itu kemudian mendapatkan jawaban dari Nabi Adam.  Dengan halus, Nabi Adam menyebut jika kisah yang terjadi merupakan kalamullah dan sudah tercatat jauh hari. Nabi Adam pun menerangkan bagaimana kisahnya itu tercatat selama 40 tahun sebelum Adam diciptakan.

 

‘Kesalahan’ yang sudah tercatat dalam skenario Allah SWT itu kemudian oleh Nabi Adam dipertegas melalui Kitab Taurat yang diberikan kepada Nabi Musa. Di dalamnya, juga dijelaskan jika Allah SWT menurunkan nabi ketika bumi dalam kondisi amburadul.

 

"Kemudian perdebatan itu pada akhirnya dimenangkan Nabi Adam," terang Gus Baha.

 

Dalam berbagai kesempatan, Gus Baha menyebut jika pemahaman masyarakat akan kisah Nabi Adam dan Ibu Hawa memakan buah khuldi perlu mendapat perhatian.  Karena jika dibiarkan, secara langsung akan menjustifikasi Nabi Adam juga tergoda oleh bujuk rayu setan.

 

Gus Baha dalam sebuah kajian di Pasuruan pada 2018 lalu menegaskan bahwa Nabi Adam adalah korban sumpah atas nama Allah, bukan korban godaan setan yang lemah. Hal itu dijelaskan melalui berbagai hadits dan kitab yang mengisahkan tentang Nabi Adam.

 

"Ketika beliau ditanya Allah kenapa memakan buah yang dilarang? Nabi Adam menjawab, Demi Allah, saya tidak pernah menduga ada orang berani berbohong atas nama-Mu," terang Gus Baha.

 

Dia menyebut jika Nabi Adam tak tergoda dengan setan, melainkan telah mendengar nama Allah dalam sumpah setan. Itu sebabnya, Nabi Adam dan Ibu Hawa memakan buah khuldi dan tak pernah mengira jika itu adalah sumpah palsu setan.

 

Di kesempatan lain, Gus Baha menjelaskan bahwa hal tersebut sama seperti kalau kita dipanggil seseorang yang memang dihormati.

 

“Umpama saya dipanggil oleh Mbah Mun, apakah kemudian akan bertanya apakah benar bahwa Mbah Mun benar-benar memanggil?” katanya memberikan tamsil.

 

Dengan demikian, Nabi Adam dan Ibu Hawa memakan buah tersebut justru menunjukkan kepercayaan kepada perintah Allah SWT. Menjadi berbeda kasusnya kalau ternyata setan melakukan muslihat dengan menyebut nama Allah SWT sebagai sumpah serapah untuk meyakinkan pasangan tersebut.


Editor:

Keislaman Terbaru