• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Opini

Pentingnya Literasi bagi Anak Usia Dini

Pentingnya Literasi bagi Anak Usia Dini
Sejak dini hendaknya anak dilatih untuk menghafal. (Foto: NOJ/RMn)
Sejak dini hendaknya anak dilatih untuk menghafal. (Foto: NOJ/RMn)

حِفْظُ الْغُلاَمِ الصَّغِيْرِ كَالنَّقْشِ فِي الْحَجَرِ وَحِفْظُ الرَّجُلِ بَعْدَ مَا يَكْبُرُ كَالْكِتَابِ عَلَي الْمَاءِ (رواه خاطب عن ابن عباس)

 

Artinya: Hafalan anak kecil adalah seperti tatahan pada batu. Dan hafalan orang sesudah tua adalah seperti menulis di atas air. (HR Khatib dari Ibnu Abbas, kitab Al-Jami’us Shaghier, hadits nomor 3733).

 

Maksud dari hadits tersebut, bahwa mendidik anak untuk menghafalkan literasi (kemampuan di bidang menulis dan membaca), sangatlah penting. Bahkan begitu banyak ulama yang menjadi teladan bagi kita karena memiliki keistimewaan dalam hafalan. Di antara ulama tersebut adalah Imam al-Ghazali yang bergelar Hujjatul Islam, yaitu gelar untuk ulama yang sudah hafal lebih dari 300.000 hadits beserta sanad dan matannya.

 

Contoh lainnya adalah Imam al-Bukhari yang dipuji oleh semua ulama atas ketinggian ilmunya. "Beliau seorang imam yang tidak tercela hafalan haditsnya dan kecermatannya," kata Abdurrahman Ahmad as-Sirbuny dalam buku 198 Kisah Haji Wali-wali Allah.

 

Sejarah menjelaskan, bahwa seorang alim (berilmu) kelahiran Bukhara tersebut, lahir tepat pada malam sebelum Idul Fitri, yaitu tanggal 30 Ramadlan. Konon, Imam Bukhari memiliki begitu banyak keistimewaan, di antaranya sebagai berikut:

 

1.    Pada usia 16 tahun telah menampilkan kitab Shahih Bukhari berisikan 6000 hadits.

2.    Saat berusia 10 tahun telah menulis 1080 hadits dari banyak guru ahli hadits.

3.    Total hadits yang ditulis sepanjang hidup ialah sejumlah 7275 hadits.

 

Setiap selesai menulis sebuah hadits, Imam Bukhari selalu mandi, lalu shalat dua rakaat. Sang mujtahid yang pernah mengalami buta di masa kecil tersebut memiliki seorang ibu yang doanya sangat makbul. Pada suatu malam, ibunya bermimpi bertemu Nabi Ibrahim Alaihi Salam, yang berkata kepadanya:  Hai ibu, Allah telah berkenan mengembalikan penglihatan mata putramu berkat doa yang seringkali kamu panjatkan setiap waktu.  Dan kemudian, Al Bukhari pun bisa melihat dengan jelas.

 

Kisah tersebut memberikan gambaran akan pentingnya bangunan hafalan sejak usia dini, termasuk pentingnya orang tua, terutama seorang ibu, untuk mendidik hal tersebut.

 

Akhir kata, marilah kita bersama turut membangun budaya literasi, yaitu termasuk hafalan surat pendek maupun hadits-hadits singkat bagi anak sejak dini. Terutama tingkat Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Kanak-kanak, hingga Sekolah Dasar. Dan semoga kita semua turut memberikan kemanfaatan bagi perkembangan ilmu di negeri ini, khususnya dalam penguatan ilmu agama. Amin ya rabbal alamin.


Editor:

Opini Terbaru