• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 28 Maret 2024

Pustaka

Pentingnya Peran Keluarga dalam Mendidik Perempuan Tangguh

Pentingnya Peran Keluarga dalam Mendidik Perempuan Tangguh
Buku tentang Fatimah az-Zahra
Buku tentang Fatimah az-Zahra

Bagi seorang perempuan memang tidak mudah menjadi pemimpin. Stereotip dalam gender telah mematikan peran wanita hanya berkutat pada dapur, sumur, dan kasur.

 

Padahal, perempuan bisa memberikan lebih terhadap apa yang diberikan orang lain kepadanya tanpa harus meninggalkan tugas utamanya sebagai ibu rumah tangga yang baik. Pendidikan karakter seorang perempuan bisa dimulai dari ranah keluarga sebagai lingkungan yang paling aman, tentram serta menyenangkan. 

 

Perempuan hari ini harus banyak belajar kepada Fatimah Az-Zahra, salah satu putri bungsu Nabi Muhammad SAW. Karena dalam dirinya, selain tersimpan beberapa pelajaran berharga tentang kesabaran, berumah tangga, mendidik anak, bahkan hingga menjadi pelindung dan tempat sandaran bagi ayahnya, Nabi Muhammad SAW pasca ditinggalkan oleh istri tercintanya,  Khadijah.

 

Maka, tidak heran jika Fatimah Az-Zahra mendapatkan gelar ummu abiha (ibu bagi ayahnya). Karena diusianya yang masih belia, dialah yang mengurusi keperluan rumah tangga sang ayah. (hal. 04)

 

Sikap-sikap Fatimah Az-Zahra dibentuk dari lingkungan keluarga. Karena ibundanya juga adalah wanita hebat yang memiliki sifat-sifat kesucian dan kebersahajaan. Ia berusaha tumbuh dengan akhlak yang mulia dan menjadikan ayah dan bundanya sebagai figur utama serta keteladanan yang baik dalam setiap pergaulannnya.

 

Walaupun, ketika kehilangan ibundanya, Fatimah tetap berusaha menyembunyikan rasa sedihnya dengan senyuman, kendati batinnya berteriak tidak rela jika harus kehilangan ibunda tercintanya.

 

Sikap yang disemai oleh keluarganya menular kepada Fatimah Az-Zahra hingga dirinya berkeluarga dengan Ali bin Thalib. Fatimah rela dengan kehidupan yang serba sederhana karena sedikit harta. Fatimah mewarisi sifat sabar ayahnya. Belum pernah terdengar ia mendesak sang suami untuk memberi nafkah atau perhiasan. Dalam keadaan sepeti apapun, ia menunjukkan ketabahan dan kesabaran (hal. 75). Ia menerima kondisi Ali bin Abi Thalib yang miskin dengan memberikan mahar seharga baju perang atas perintah Rasulullah SAW.  

 

Setidaknya ada enam alasan mengapa Rasulullah memuliakan terhadap Fatimah yang dipaparkan di dalam buku ini. Pertama, Fatimah adalah anak bungsu Nabi Muhammad SAW. Kedua, Rasullullah menghapus anggapan masyarakat bahwa Rasululllah tidak senang memiliki anak perempuan empat. Justru beliau menyambut kehadiran anak perempuan.

 

Barangkali, peristiwa ini menjadi alasan terhadap gerakan feminisme di tengah-tengah masyarakat. Rasulullah juga memuliakan perempuan saat masyarakat ketika itu tidak suka melahirkan anak perempuan. Ketiga, ibu dan kakak Fatimah Az-zahra meninggal dunia, tiada tersisa bagi dirinya kecuali ayahnya.

 

Keempat, Fatimah adalah wanita yang miskin, bersuamikan pria yang miskin pula yaitu Ali bin Abi Thalib. Sedangkan, kakak perempuannya semuanya menikah dengan pria yang kaya. Kelima,  sikap Fatimah yang memelihara ayahnya dan cintanya yang luar biasa kepada sang ayah. Keenam, dialah ibu dari cucu Nabi Muhammad SAW, yakni Hasan dan Husein. (hal. 111).

 

Dalam mengarungi kehidupan kekeluargaan, Fatimah dan Ali bin Abi Thalib bukan tidak memiliki permasalahan hidup dalam rumah tangganya. Karena Ali Bin Abi Thalib berwatak keras akibat seringkali bersinggungan dengan perang bersama Rasulullah. Sedangkan, Fatimah berwatak lemah lembut, mengidamkan suami yang lembut pula sehingga bisa menjadi sandaran hatinya.

 

Fatimah juga pencemburu. Maka tidak jarang pertengkaran dalam kehidupan rumah tangganya juga muncul tetapi hal tersebut bisa diredam oleh kehadiran Rasulullah SAW. “Wahai putriku, engkau ini lebih kusayangi dari pada Ali, dan Ali lebih mulia bagiku daripada engkau,”begitulah nasehat Rasulullah kepada keluarga Fatimah. Wallahu a’lam.  

 

Judul               : Fatimah: Pemimpin Wanita di Surga         

Penulis           : Fuad Abdurrahman

Penerbit         : Republika

Cetakan          : 2019

Tebal              : 196 halaman

ISBN               : 978-6237-4583-26

Peresensi        : Abdul Warits, Redaktur NU Online Sumenep

    


Editor:

Pustaka Terbaru