• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Pustaka

Perjalanan Berliku Sosok Kiai Asep

Perjalanan Berliku Sosok Kiai Asep
Kiai Asep sosok yang lengkap, dari mulai sebagai akademisi, pengasuh pesantren hingga guru besar. (Foto: NU Online jatim)
Kiai Asep sosok yang lengkap, dari mulai sebagai akademisi, pengasuh pesantren hingga guru besar. (Foto: NU Online jatim)

Gelar yang melekat di namanya adalah Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Beberapa waktu berselang dikukuhkan sebagai guru besar di Universitas Islam negeri Sunan Ampel Surabaya, bahkan Presiden Joko Widodo berkenan untuk hadir. Ini memberikan pesan bahwa Kiai Asep, sapaan kesehariannya adalah pribadi istimewa. Sosok yang jarang dijumpai dengan melewati perjalanan hidup demikian penuh liku.

 

Pendiri dan Pengasuh Pesantren Amanatul Ummah di Mojokerto dan Surabaya ini adalah salah satu sosok kiai NU dengan kharisma di atas rata-rata. Pesantren itu dibangun dengan megah, memiliki sekolah unggulan, dan universitas. Kiai Asep dikenal pula sebagai perintis sekolah gratis Hikmatul Amanah di Desa Bendungan Jati bagi 1.000 anak desa setempat. Kemudian ratusan  beasiswa juga diberikan setiap tahunnya kepada kader NU.

 

Selain itu, Kiai Asep juga menghidupkan kembali Persatuan Guru Nahdladul Ulama (Pergunu) sebagai badan otonom (Banom) NU yang puluhan tahun mati suri dan memberikan beasiswa pula kepada para guru anggotanya. Tidak sampai 10 tahun berdiri, pesantrennya telah memiliki santri lebih dari 10,000, dengan jumlah guru dan dosennya sekitar 800 orang. Sementara dari sisi prestasi, sebagai keluaran atas kualitas dilihat dari lulusannya terserap di banyak perguruan tinggi unggulan.

 

Tak kurang ada 50 alumni setiap tahunnya yang diterima di jurusan kedokteran. Dan, sedikitnya 100 siswa diterima luar  negeri dengan beasiswa seperti ke Eropa dan Timur Tengah. Untuk tingkat perguruan tinggi, saat ini Institut Kiai Haji Abdul  Chalim (Ikhac) telah memiliki jurusan S1 dan S2. Tahun ini menargetkan membuka jurusan S3.

 

"Membangun Indonesia tidak bisa tidak, harus dimulai dari pendidikannya. Ini semua untuk peningkatan kualitas, idealisme kita berjuang untuk tujuan akhirnya yaitu melindungi NKRI," kata Kiai Asep suatu ketika  Selain soal pendidikan, Kiai Asep juga mengingatkan bahayanya oligorki yang menyusup di segala lini, termasuk pemerintah. "Oligarki ini adalah ancaman sekaligus tantangan buat kita. Jika kita tidak segara sadar dan bangkit melawannya, maka jangan harap ada masa depan yang lebih baik dan sejahtera untuk generasi berikutnya,” ujarnya.

 

Kiai Asep memang dikenal kiai yang visioner dan progresif, berpikir global dan berprilaku lokal. Suatu ketika disampaikannya bahwa perilaku dan sopan santun kita sebagai  orang Jawa tidak boleh luntur, sebab itulah identitas kita, tetapi nilai-nilai Islam yang universal dan ilmu pengetahuan kita tidak boleh ketinggalan.

 

Karena itu, tidak mengherankan jika mahasiswa yang datang ke Ikhac tidak hanya dari masyarakat sekitar, tetapi datang  dari lintas provinsi, bahkan dari luar negeri, di antaranya Afghanistan, Kazakhstan, Thailand, Vietnam, Kamboja dan  Malaysia. Kiai Asep berambisi bahwa Ikhac sama persis dengan Jamiatu al Syarif al Azhar di Kairo, Mesir. Harvard  University di Amerika Serikat dan Sorbonne University di Perancis. 

 

Kiai Asep, dalam banyak kesempatan juga  mengatakan bahwa, tidak ada cara lain yang paling efektif untuk mengembalikan zaman keemasan Islam seperti pada pemerintahan Harun ar-Rasyid dan khalifah al-Makmun pada Dinasti Abbasiyah, selain  dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan. Pada masa itu Islam sedang ada pada masa golden age, itu dijadikan sebagai  pertanda kemajuan ilmu pengetahuan di dunia. 

 

Kiai Asep adalah putra salah satu pendiri jamiyah Nahdlatul Ulama (NU), KH Abdul Chalim dari Majalengka, Jawa Barat. Dan di buku ini dengan lebih gamblang mengulas biografi lengkapnya. Termasuk perjalanan hidup sejak nyantri di Pondok Pesantren Al-Khoziny Buduran Sidoarjo hingga menempuh perguruan tinggi.

 

Perjalanan panjang dilakoni dengan penuh kesabaran dan ketelatenan hingga kesuksesan di bidang pendidikan diraih dengan sempurna. Salah satu jembatan mengetahui sosoknya adalah dengan membaca buku ini. Sekaligus bisa memahami mimpinya bagi pesantren dan Indonesia di masa mendatang.

 

Data Buku

Judul: Kiai Besar bin Kiai Besar yang Berpikiran Besar (Liku-Liku Perjalanan Prof Dr KH. Asep Saifuddin Chalim, MAg)

Penulis: Djoko Pitono dan Achmad Lazim Suadi

Pengantar: Prof Dr (HC) Dahlan Iskan dan Prof Dr Ridwan Nasir MA

Penerbit: Tankali, Sidoarjo

Cetakan: I, Mei 2020

Tebal: xxii + 298 halaman, 14,5 x 21 cm

ISBN: 978-623-7451-198

Pemesanan: 085608769717


Editor:

Pustaka Terbaru