• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 19 Maret 2024

Madura

Perkuat Soliditas, KPNU Guluk-guluk Lakukan Silaturahim

Perkuat Soliditas, KPNU Guluk-guluk Lakukan Silaturahim
Silaturahim dan Temu KPNU se-Kecamatan Guluk-guluk. (Foto: NOJ/Habib)
Silaturahim dan Temu KPNU se-Kecamatan Guluk-guluk. (Foto: NOJ/Habib)

Sumenep, NU Online Jatim

Soliditas dan rasa kebersamaan antar anggota atau kader sangatlah diperlukan dalam sebuah perkumpulan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pertemuan yang bisa dilakukan secara rutin atau berkala. Mengingat, itu akan memupuk keakraban, dan bahkan agar lebih saling mengenal satu sama lain.

 

Guna memupuk soliditas inilah, Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (KPNU) Kecamatan Guluk-guluk Sumenep menggelar Silaturahim dan Temu KPNU se-Kecamatan Guluk-guluk pada Jumat (11/9/2020) malam. Kegiatan dipusatkan di Kantor Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) setempat.

 

Sebelum acara inti dimulai, seluruh kader melaksanakan shalat isyak berjamaah di Mushala As-Salaf Pondok Pesantren Annuqayah Latee. Kemudian dilanjutkan dengan ziarah muassis NU di lingkungan pesantren setempat.

 

Ziarah dimulai dari komplek pemakaman KH Ahmad Basyir, dan dilanjutkan ke KH Abdullah Sajjad. Kemudian berlanjut ke KH Muhammad Syarqawi, serta diakhiri di komplek pemakaman KH Moh Amir.

 

Kiai Moh Ilyas Naufal, selaku ketua panitia menuturkan bahwa ziarah merupakan serangkaian pra-acara dalam kegiatan. Semua dimaksudkan untuk mengenang jasa pendiri Nahdlatul Ulama di Sumenep secara umum, dan di Guluk-guluk secara khusus.

 

“Alhamdulillah, ziarah berlangsung khidmah dan lancar,” ujarnya.

 

Temu Kader dan Silaturahim

Seusai melaksanakan ziarah muassis, seluruh kader menuju kantor MWCNU untuk mengikuti serangkaian acara inti.

 

Hadir dalam acara ini, KH Kholilullah (musytasyar), Kiai Ainul Yaqin (rais), Kiai Asmawi Rotib, dan jajaran pengurus MWCNU Guluk-guluk beserta kader. Turut hadir pula KH A Pandji Taufiq (Ketua PCNU Sumenep), Kiai Zainul Hasan (instruktur PKPNU), dan Kiai Abd A’la Basyir yang didaulat untuk mengisi tausiyah.

 

Sebelumnya, Kiai Ainul Yaqin saat sambutan mengatakan bahwa acara merupakan bagian dari upaya yang dilakukan oleh MWCNU Guluk-guluk dalam meningkatkan pengabdian terhadap NU, dan mengaktifkan jamiyah. Mengingat di masa-masa sebelumnya jati diri sebagai Nahdliyin kurang nampak di struktural MWC setempat. Toh, meskipun di tingkatan PCNU banyak kader dan sesepuh Nahdliyin Guluk-guluk yang menduduki jabatan strategis, bahkan sampai dua periode.

 

“Ini merupakan upaya kami pengurus MWCNU Guluk-guluk dalam berkhidmah kepada NU, dengan ikhtiar membangun struktur, meneguhkan jati diri, dan membumikan tradisi,” katanya.

 

Upaya lainnya dilakukan seperti mengikutsertakan kader Nahdliyin dan sebagian santri untuk ikut PKPNU di berbagai daerah. “Bahkan beberapa juga ikut pelatihan di Sampang,” tegas Rais MWCNU Guluk-guluk ini.

 

Dalam sambutannya, KH A Pandji Taufiq menjelaskan bahwa kehadirannya bukan sebagai Ketua PCNU Sumenep, akan tetapi lebih sebagai kader penggerak.

 

Pada kesempatan itu, Kiai Panji, sapaan akrabnya lebih banyak bercerita soal awal mulanya berkhidmah dan sejarah NU di Kecamatan Guluk-guluk.

 

Dijelaskan bahwa awal mula bergabung karena bersama Kiai Abd A’la, atas perintah Kiai Tsabit Khazin yang datang langsung ke rumahnya dan meminta untuk berkhidmah di NU. “Pada masa itu jabatan saya secara struktural sebagai wakil sekretaris,” jelasnya.

 

Sebab itulah, ia terus aktif di NU hingga sekarang dan saat ini menjabat sebagai Ketua PCNU Sumenep dua periode. Bahkan, ia menuturkan bahwa awal mula kemunculan NU di Sumenep lahir dari tanah Guluk-guluk ini.

 

Sedang Kiai Abd A’la dalam tausiahnya mengingatkan bahwa mendekati Pilkada serentak dan Konfercab NU Sumenep, jangan sampai termasuk kalangan yang melanggengkan praktik money politik. Karena itu adalah praktik awal dari segala keburukan yang menyusul kemudian.

 

“Kita harus hati-hati menyikapi hal yang demikian, agar tidak terjebak dalam kepentingan praktis yang melenakan. Kita harus menjadi patron bagi Nahdliyin yang lain untuk tidak terjebak dalam praktik semacam ini,” tegasnya.

 

Guru besar di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini juga berpesan agar harus mempertegas ideologi agar tetap selaras dengan ideologi NU, dengan paham Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah. Selain itu harus mempertegas jati diri.

 

“Karena melakukan amaliah ke-NU-an selama ini tidak cukup jika tidak dibarengi dengan jati diri ke-NU-an kita,” jelasnya.

 

Mengingat, saat ini sudah banyak kelompok yang pada mulanya sangat menolak terhadap tradisi yang dilakukan oleh Nahdliyin akhirnya juga melaksanakan beberapa amaliah NU dan mengaku Aswaja.

 

Acara dipungkasi pendisitribusian ijazah PKPNU setelah sebelumnya kader melakukan prosesi mencium bendera Indonesia dan Nahdlatul Ulama.

 

Editor: Syaifullah


Editor:

Madura Terbaru