• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Rehat

Pertimbangan Mbah Hasyim Tentukan Hari Kemerdekaan RI

Pertimbangan Mbah Hasyim Tentukan Hari Kemerdekaan RI
Ir Soekarno selalu meminta pertimbangan ulama saat memutuskan peristiwa penting. (Foto: NOJ/ISt)
Ir Soekarno selalu meminta pertimbangan ulama saat memutuskan peristiwa penting. (Foto: NOJ/ISt)

Surabaya, NU Online Jatim

Hari ini, Selasa (17/08/2021), bangsa Indonesia memperingati kemerdekaan ke-76. Sejumlah warga dan elemen masyarakat dengan berbagai latar belakang menggelar aneka kegiatan, termasuk upacara bendera.

 

Bagaimana awal peristiwa proklamasi ini? Catatan berikut menarik untuk disimak sebagai refleksi betapa para pendiri bangsa demikian ekstra hati-hati dan meminta pertimbangan ke banyak tokoh, terutama ulama. Yang tidak mungkin dilupakan adalah pandangan Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari atau Mbah Hasyim.

 

“Sekitar 5 bulan sebelum diproklamirkan hari kemerdekaan, Ir Soekarno mendatangi Mbah Hasyim dan bertanya sebaiknya kapan proklamasi itu dibacakan?” kata Aguk Irawan di status Facebooknya hari ini.

 

Mendengar pertanyaan itu, pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang tersebut dengan tegas menjawab agar sebaiknya mengumumkan kemerdekaan pada hari Jumat Legi dan bulan Ramadlan.

 

“Maka jatuhlah hari Jumat Legi 9 Ramadlan 1364 H atau 17 Agustus 1945 M,” katanya.

 

Setelah itu, Ir Soekarno bertemu Sang Alif (R Sosrokartono) di Bandung, dan dibocorkan rencana itu. Lalu ia meminta pendapat, apa kira-kira rahasia di momentum yang disampaikan Mbah Hasyim tersebut.

 

Maka Sang Alif menjawab bahwa hal tersebut karena Jumat adalah penghulu hari, Legi memancarkan sinar putih dan kemerahan. Ramadhan penghulu bulan.

 

“Dan ini yang penting, rakyat sudah punya tradisi tirakan di malam Jumat, dengan yasinan, tahlilan dan mujahadahan, ditambah esoknya ada shalat Jumat, rakyat bisa berqunut nazilah,” urai novelis ini.

 

Dikemukakan bahwa pada saat yang bersamaan, karena Ramadlan maka rakyat sedang berpuasa. Maka suara pekik kemerdekaan akan lantang diteriakkan di seantero negeri.

 

“Karena itu kalau dulu para founding father kita di malam Jumat keramat 17 Agustus sedang munajat, berdoa, nanti malam mari kita tirakatan,” ajaknya.


Editor:

Rehat Terbaru