• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 17 April 2024

Metropolis

Pesan KH Zainuddin Djazuli Ploso kepada Santri dan Umat Islam

Pesan KH Zainuddin Djazuli Ploso kepada Santri dan Umat Islam
KH Zainuddin Djazuli, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Kediri (di kursi roda) beberapa waktu lalu sebelum Pandemi Covid-19. (Foto: Istimewa).
KH Zainuddin Djazuli, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Kediri (di kursi roda) beberapa waktu lalu sebelum Pandemi Covid-19. (Foto: Istimewa).

Surabaya, NU Online Jatim

KH Zainuddin Djazuli, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri telah wafat hari ini, Sabtu (10/07/2021). Kenangan petuah dan teladan dari almarhum tidak sedikit. Banyak orang mengakui dan mengetahui hal tersebut saat KH Zainuddin Djazuli masih sehat.

 

Pesan khusus yang pernah disampaikan Musatasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur itu kepada para santri dan umat Islam di antaranya terkait dengan maraknya orang belajar agama secara instan. Terutama melalui dunia maya atau internet.



Belajar agama tidak bisa dilakukan dengan cepat, melainkan dengan proses. Berikut penjelasannya.⁣

 

“Nah, sekarang coba kiai mana yang instan-instan kaya begitu, apa ada? Apa ada kiai mondok cuma seminggu? 'Kan tidak ada”.

 

“Abah saya (Kiai Djazuli) dulu pertama mondok di Gondang Legi, di sana khatam Kitab Ajjurrumiyah, terus pindah ke Mojosari, di sana 7 tahun, terus lanjut ke Makkah selama 3,5 tahun. Waktu di Makkah beliau di kasih kitab Dalailul Khairat oleh Habibullah asy-Syintiqiti, sambil diberi pesan agar nanti kalau mencarinya, carilah di tempat ini”.⁣

 

“Ternyata ketika dicari malah menemukan kabar bahwa Habibullah asy-Syintiqiti sudah meninggal 200 tahun yang lalu. Kalau mau ke Madinah, semua kitab disimpan rapi, hanya kitab dalail yang dibawa, beliau jalan kaki dari Makkah ke Madinah selama satu bulan.” .⁣

 

Santri sekarang apa ada yang sampai tirakat seperti itu. Dulu jalannya masih padang pasir, tiap kali berhenti istirahat di dalam pasir, hanya kelihatan wajahnya saja di permukaan. Seperti itu riyadhah Abah saya. Di Madinah ditangkap oleh Belanda lalu dipulangkan ke Indonesia hanya memakai kaos dan celana serta hanya membawa kitab dalail. Setelah itu Abah masih mondok lagi di Termas setengah tahun.”.⁣

 

 

“Yaa.. bisa dilihat barakahnya, bisa bangun pondok Al Falah seperti ini. Sekarang kalau cari yang instan tidak ada, yang instan namanya martabak dan mi.”⁣

 

Tulisan ini sebelumnya sudah terbit di NU Online Jatim berjudul: Romo Kiai Zainuddin Djazuli: Belajar Agama Tidak Bisa Instan


Editor:

Metropolis Terbaru