• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Metropolis

Pesantren di Mojokerto Sambut Baik Gerakan Ulama dan Santri Bermasker

Pesantren di Mojokerto Sambut Baik Gerakan Ulama dan Santri Bermasker
Sambutan KH Muslich Abbas, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Fatchul Ulum, Pacet, Mojokerto. (Foto: NOJ/MA)
Sambutan KH Muslich Abbas, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Fatchul Ulum, Pacet, Mojokerto. (Foto: NOJ/MA)

Mojokerto, NU Online Jatim

Pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Bahkan kondisinya semakin mencekam. Jika penanganan preventif tidak segera dilakukan, maka dikhawatirkan berbagai lini kehidupan manusia semakin terancam.

 

Merespons hal ini, Gubernur Jawa Timur, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur, dan Panglima Kodam (Pangdam) memberikan perhatian khusus kepada pesantren. Menindaklanjuti atensi tersebut, Kepolisian Resor (Polres) Kabupaten Mojokerto melakukan giat ulama dan santri bermasker. Acara ini digelar di Pondok Pesantren Salafiyah Fatchul Ulum, Pacet, Mojokerto.

 

KH Muslich Abbas, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Fatchul Ulum, Pacet, Mojokerto mengatakan memberikan apresiasi terhadap gerakan ini.

 

“Kami mengapresiasi segala usaha pemerintah dalam menghentikan penyebaran Covid-19 khususnya di pesantren,” katanya, Jumat (26/02/2021).

 

Menurutnya, gerakan ini adalah bagian dari ikhtiar dlohir dan wujud kecintaan kepada tanah air.

 

“Gerakan ulama dan santri bermasker adalah ikhtiar dlohir yang harus dilakukan. Serta penerapan mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas (5M) merupakan wujud kecintaan kepada tanah air, karena dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita harus patuh pada ketetapan pemerintah,” terangnya.

 

Kendati demikian, Kiai Muslich juga mengimbau kepada semua santri untuk juga melakukan ikhtiar batin dengan senantiasa berdoa dan melatunkan dzikir.

 

“Ulama-ulama NU juga menyerukan agar kita selalu melangitkan doa agar terhindar dari virus tersebut,” ujarnya.

 

Kiai Muslich menjelaskan, bahwa pihak pesantren melakukan pembatasan pembelajaran tatap muka selama pandemi.

 

“Kami memiliki 1250 santriwan dan santriwati. Namun saat pendemi ini, santri yang diperbolehkan belajar tatap muka hanya 600. Selebihnya mengikuti program belajar daring,” pungkasnya.


Metropolis Terbaru