Tulungagung, NU Online Jatim
Dalam rangka memperingati semangat kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76, Pondok Pesantren Al-Hikmah Melathen (AHM) Tulungagung di bawah Pengasuh KH Hadi Muhammad Mahfudz menggelar Musabaqah Kemerdekaan. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh santi putra, putri, siswa SMP dan MA Al Hikmah Melathen.
Ustadz Mutakin, Ketua Panitia Musabaqah Kemerdekaan menyampaikan gelaran Musabaqah Kemerdekaan ini bertujuan untuk mengembangkan bakat santri serta memberikan kesempatan untuk berkompetisi secara sehat dalam menjunjung tinggi sportifitas.
“Peran kiai dan santri dalam berkontribusi merebut kemerdekaan di tanah air tercinta ini sangat penting. Untuk itu pagelaran lomba ini dijadikan ajang mengasah skill sekaligus mengingatkan santri untuk berkontribusi menjaga NKRI sesuai dengan kemampuannya,” ungkapnya.
Dirinya menambahkan bahwa kegiatan ini sebagai upaya untuk menjaga tradisi budaya lokal di kalangan santri.
“Perlombaan ini merupakan representasi ikhtiar kita bersama untuk memperkuat budaya pesantren tanpa melupakan budaya lokal yang sudah mulai pudar saat ini. Dan santri AHM berusaha untuk menjaga tradisi itu,” tandasnya.
Musabaqah Kemedekaan ini dilaksanakan selama dua hari, berlangsung pada tanggal 20-21 Agustus 2021 dan dilaksanakan secara terpisah antara santri laki-laki dan perempuan. Acara cukup meriah dengan berbagai ajang perlombaan, baik penguatan lomba keagamaan atau pun lomba kemerdekaan tradisional. Adapun lomba keagamaan diantaranya adalah lomba adzan shubuh dan iqomah, kaligrafi, pidato, hifdzul Quran bil Ghina, membaca kitab Mabadi Fiqih juz 3, hafalan Juz ‘Amma, MC, serta lomba Matur Sowan yaitu cara adab yang baik ketika berkunjung menemui kiai.
Pada Sabtu (21/08/2021) juga tak kalah serunya dengan berbagai lomba tradisional dan modern, seperti tebak gambar, puisi berantai, memasukkan benang ke jarum, balap egrang, balap karung, mencabut koin, desain logo ISMA (Integritas Santri Melathen Putra), dan terakhir tak lupa lomba budaya khas Tulungagung, yaitu nyethe atau melukis di atas rokok yang dikhususkan kepada santri yang usianya lebih dari 17 tahun.
Penulis: Afif Hidayatul Mahmudah
Editor: Risma Savhira
