• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Opini

Sosok KH Moh Khazin Ilyas dan Kitab Mandhumat al-Nuqayah

Sosok KH Moh Khazin Ilyas dan Kitab Mandhumat al-Nuqayah
Almarhum KH Moh Khazin Ilyas. (Foto: NOJ/Firdausi)
Almarhum KH Moh Khazin Ilyas. (Foto: NOJ/Firdausi)

Oleh: Firdausi 

Almaghfurlah KH Moh Khazin Ilyas merupakan nama yang tidak asing di telinga masyarakat Madura, khususnya Guluk-guluk. Karena yang bersangkutan merupakan pencetus nama Annuqayah di pondok pesantren 'Luk-Guluk' yang saat ini menjadi pesantren terbesar di Kabupaten Sumenep. 

 

KH Moh Khazin Ilyas merupakan cucu pendiri atau perintis ma'had yaitu almarhum KH Muhammad Asy-Syarqawi yang secara nasab merupakan keturunan Sunan Kudus. Kiai Khazin sapaannya merupakan putra dari pasangan KH Moh Ilyas Syarqawi dan Ny Hj Arifah. Ayahnya merupakan salah satu ulama kharismatik yang dipercaya memimpin Nahdlatul Ulama di Kabupaten Sumenep sebelum dilimpahkan kepada KH Abu Sujak. 

 

Sebagaimana digambarkan almarhum KH Abd Warits Ilyas bahwa secara fisik, Kiai Khazin mempunyai tubuh yang kekar dan relatif tinggi. Sedangkan ciri fisik lainnya berwajah oval, beralis tebal dan bentuk dagu yang kokoh, dipadu oleh rambut yang sedikit bergelombang tetapi tidak ikal dan kulit yang kuning. Bentuk tersebut menampakkan secara lahir bahwa potongan fisik dikatakan sosok yang berkarakter kuat dan memiliki jiwa pemimpin. 

 

Masa pendidikannya dimulai dari sang ayah yang mengasuh sejak dini. Kemudian melanjutkan ke Pondok Pesantren Tebuireng di bawah pengasuh Hadratussyeh KH M Hasyim Asy'ari. Tercatat sebagai salah seorang santri yang cerdas serta cepat menyerap beragam ilmu pengetahun yang disampaikan putra Hadrartussyeh, KH Wahid Hasyim selaku gurunya. Sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menguasai beragam disiplin ilmu. 


Kiai Khazin tidak lama menuntut ilmu di Tebuireng karena terpanggil untuk bergabung di laskar pejuang rakyat yang dikenal dengan sebutan Hizbullah. Di sanalah kepeloporan dan kepemimpinannya semakin terasah, hingga akhirnya dipercaya menjadi komandan pejuang di daerah Sumenep dan pimpinan Hizbullah Surabaya. 

 

Di usia belia, diangkat secara langsung oleh ayahnya sebagai tenaga pendidik saat pulang ke tanah kelahiran. Karena berkat kecerdasan dan kepiawannya dalam mengelola lembaga pendidikan, Kiai Khazin membangun sistem pendidikan modern yang dibagi secara klasikal atas izin sang ayah. Sistem tersebut membawa Annuqayah mampu menyeimbangkan antar aspek duniawi dan ukhrawi, sedangkan sistem pendidikan modern membawa Annuqayah tetap bertahan di tengah perkembangan zaman hingga saat ini. 

 

Memaknai Pemikiran 
Filosofi pemikiran almarhum bersumber dari kitab Mandhumat al-Nuqayah karya Imam Asy-Syuyuti yang di dalamnya terdapat 14 disiplin ilmu, antara lain: ushuluddin, tafsir, hadits, ushul fiqh, faraidh (pembagian harta waris), nahwu (tata bahasa), tasrif (konjugasi), khath (kaligrafi), ma'ani, bayan (keduanya ilmu retorika), badi' (teori metafora), tasyrih (anatomi), thibb (kedokteran dan pengobatan), dan tasawuf.

 

Kitab tersebut didapatkan ketika menuntut ilmu di Tebuireng. 14 disiplin ilmu yang berada di dalam kitab tersebut benar-benar dijiwai hingga tindak-tanduk pemikirannya diwujudkan melalui dunia pendidikan yang dicetuskan atas izin ayahnya. 

 

Melalui kitab tersebut Kiai Khazin terinspirasi dan berpandangan bahwa semua ilmu sama, tidak ada yang diprioritaskan. Artinya, tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan umum. Sebab, penguasaan terhadap ilmu pengetahuan umum dapat mengantarkan manusia kepada kehidupan yang damai. Juga mampu berinteraksi dengan sesama, hingga akhirnya menjadi khalifah yang baik di muka bumi dan berimplikasi pada keridhaan Allah SWT.

 

Dengan mengembangkan 14 disiplin ilmu tersebut, para santri mampu bersaing dengan sekolah lain dan alumninya menegakkan keadilan di tengah masyarakat yang mulai brutal akibat perkembangan zaman. Terbukti sejumlah santri mampu menyeimbangkan nilai kehidupan di dunia tanpa mengesampingkan ukhrawi. Semua tidak lepas dari peran Kiai Khazin yang menuangkan ide beserta pemikirannya, sehingga sistem pendidikan di Annuqayah tetap relevan dengan perkembangan zaman.

 

Wakil Sekretaris Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Pragaan, Sumenep dan dzurriyah KH Muhammad Asy-Syarqawi (Bani Syarqawi).
 


Editor:

Opini Terbaru