• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 18 April 2024

Pantura

Tahun Baru 1443 Hijriah, Momentum Hijrah dari Pandemi

Tahun Baru 1443 Hijriah, Momentum Hijrah dari Pandemi
Moh Jazuli saat menyampaikan materi dalam kajian tematik MATAN UINSA Surabaya secara virtual. (Foto: NOJ/ Ahmad Rizkiansah R).
Moh Jazuli saat menyampaikan materi dalam kajian tematik MATAN UINSA Surabaya secara virtual. (Foto: NOJ/ Ahmad Rizkiansah R).

Tuban, NU Online Jatim

Seakan tidak mau kalah dengan yang lainnya, Pimpinan Komisariat (PK) Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyyah (MATAN) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya juga turut memeriahkan peringatan Tahun Baru 1443 Hijriah, Senin (09/08/2021).

 

Namun cara berbeda dilakukan, yakni dengan mengadakan kajian tematik secara virtual bertajuk ‘Muharram sebagai Momentum Hijrah dari Belenggu Pandemi’. Hadir sebagai pemateri dalam kajian ini Ustadz Moh Jazuli, seorang guru Insan Cendekia Mandiri Boarding School Sidoarjo.

 

“Asal usul bulan Muharram ini identik dengan hijrah, yang mana ia tidak lepas dari awal penentuan tahun Hijriah,” ujarnya memulai paparan.

 

Diceritakan Jazuli, bahwa kalender Hijriah dibuat pada masa Khalifah Umar bin Khatab pada tahun ke-17 Hijriah. Pada mulanya proses surat menyurat kenegaraan tidak memakai nomor surat.

 

Menanggapi kondisi yang demikian, akhirnya Abu Musa Al-Asy'ari pada waktu itu yang mengurusi hal surat menyurat melapor kepada Khalifah Umar, bahwa hanya negaranya yang tidak punya nomor surat dan mengusulkan pembuatan kalender Islam.

 

“Pasca laporan tersebut, dilakukanlah musyawarah besar yang pada akhirnya disepakati bahwa awal tahun Hijriah diawali ketika Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah,” terangnya..

 

Di samping itu, Jazuli juga menjelaskan hubungan hijrah dengan pandemi. Disebutkan bahwa pandemi merupakan ujian dan sekaligus musibah karena Allah Swt. Sebab, ketika seorang manusia mendeklarasikan keimanannya, maka konsekuensinya harus siap diuji, dann salah satu bentuk ujian ini yakni pandemi.

 

"Kita diuji dengan pandemi ini agar diketahui seberapa sabarkah diri kita ini. Dan bahkan, pandemi ini menghasilkan banyak tipologi manusia, ada yang tidak percaya dengan Covid-19, dan ada pula yang pasrah kepada Allah Swt," ungkapnya.

 

Oleh karena itu, agar hijrah di momentum Muharram tersebut terbebas dari belenggu pandemi, menurut Jazuli ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, hijrah dalam kebersihan, yakni mengubah kebiasaan buruk dalam hal kebersihan menuju kebiasaan baru yang lebih bersih.

 

“Misal sebelum dan sesudah melakukan aktivitas selalu mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizerm,” tutur Jazuli.

 

Kedua, hijrah dalam menjaga jarak atau physical distancing, yaitu menjaga jarak dengan lawan jenis. Apabila sebelum pandemi sering ikhtilath (berbaur dengan lawan jenis), maka saat ini hendaknya mengubah kebiasaan tersebut dengan mengurangi berkumpul.

 

Ketiga, hijrah dalam keselamatan, yakni mengubah kebiasaan buruk demi keselamatan. “Misal dulu sering bersin atau batuk sembarangan, namun sekarang ketika batuk atau bersin hendaknya menutup dengan baju atau masker.”

 

Keempat, yaitu meningkatkan imun dan iman. Ibarat menanam pohon mangga, tidak bisa membiarkannya tumbuh sendiri lalu berbuah. Pohon tersebut juga harus dirawat, dikasih pupuk agar bisa berbuah. Hal demikian ini dapat diibaratkan dengan menjaga imun.

 

“Kemudian, setelah ikhtiar menjaga dan merawat pohon, serahkan hasilnya kepada Allah Swt. Entah nantinya pohon itu berbuah atau malah mati. Dan inilah yang diibaratkan dengan menjaga iman,” pungkasnya.

 

Penulis: Ahmad Rizkiansah Rahman

Editor: A Habiburrahman


Pantura Terbaru