• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Metropolis

Tak Bisa Mudik, Siasat Perantau asal Jateng Obati Rindu ke Orangtua

Tak Bisa Mudik, Siasat Perantau asal Jateng Obati Rindu ke Orangtua
Silaturrahim perantau dengan para tokoh dan kiai di Sidoarjo. (Foto: NOJ/SA)
Silaturrahim perantau dengan para tokoh dan kiai di Sidoarjo. (Foto: NOJ/SA)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Sudah dua tahun ini umat Islam di Indonesia diganggu Covid-19 dalam merayakan Idul Fitri. Apapun kegiatan terkait perayaan tahunan itu pun terbatas, termasuk tradisi mudik. Banyak orang menunda mudik karena kebijakan pemerintah yang melarang mudik demi mencegah penularan Covid-19.

 

Salah seorang yang tak bisa mudik pada momentum Lebaran tahun ini ialah Mohammad Ilham, warga asal Magelang, Jawa Tengah, yang kini tinggal di Desa Tambakrejo, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo. Sudah dua tahun ia tak pulang kampung atau mudik gara-gara Covid-19.

 

"Karena kami hanya bisa pulang saat liburan dan Lebaran, segala persiapan mulai dari biaya dan lainnya sebenarnya sudah ada. Namun ketika pemerintah kembali menerapkan larangan mudik, ya, mau tidak mau kita harus mengikuti dan menahan rindu ketika ingin sungkem dengan Orangtua dan berkumpul bersama keluarga," kata Ilham kepada NU Online Jatim, Ahad (16/05/2021).

 

Untuk mengobati kerinduan dengan keluarga tercinta di kampung kelahiran, Ilham melakukan silaturahmi dengan para tokoh agama, para guru ngaji, sesepuh adat, teman dan kerabat dekat di wilayah Sidoarjo dan Surabaya.

 

"Sebagai pengganti sungkem dengan orangtua, para guru-guru kita ini juga sama dengan orangtua kita, yang perlu kita hormati dan kita sambangi. Karena bagaimana pun juga doa dari mereka ini juga penting," paparnya.

 

Selama tiga hari Lebaran, Ilham keliling pagi hingga malam hanya untuk menemui para tokoh, kiai, ustadz, dan sesepuh yang dianggap sebagai orangtua dan gurunya.

 

"Mudik boleh gagal, tapi silaturahim tidak boleh putus walaupun di tengah pandemi, yang penting kita tetap mematuhi protokol kesehatan. Makanya selain sama istri dan anak, saya biasanya mengajak teman-teman ngaji itu maksimal lima orang agar tidak terkesan terlalu ramai atau rombongan saat bersilaturahim," ujar Ilham.

 

Editor: Nur Faishal


Metropolis Terbaru