• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 23 April 2024

Rehat

Ternyata, Kisah Cinta Bisa Berawal dari Resleting

Ternyata, Kisah Cinta Bisa Berawal dari Resleting
Perjodohan bisa diawali dengan hal ringan. (Foto: NOJ/BUd)
Perjodohan bisa diawali dengan hal ringan. (Foto: NOJ/BUd)

Jangan pernah meremehkan kejadian ringan. Bisa jadi, dari hal kecil tersebut, ternyata dapat mengantarkan kepada peristiwa besar. Bahkan tidak sedikit yang menemukan tambatan hati, justru dari hal remeh temeh.

 

Tidak percaya? Berikut kisah yang disampaikan sahabat KH Zu’emuddin Widjaya As’ad, salah seorang Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan, Jombang.

 

"Suatu saat, kami kuliah lintas jurusun di gedung audit. Aku lupa mata kuliahnya. Ketika itu dosennya sudah datang duluan, duduk di kursi dosen sambil menata slide untuk OHP,” kata Gus Zu’em, panggilan akrabnya di akun Facebooknya, beberapa waktu berselang.

 

Sahabatnya tersebut mendapat kursi paling depan dekat mahasiswi dari jurusan lain karena datang agak lambat. Sementara kursi belakang sudah penuh.

 

“Maklum, dosennya sangat memperhitungkan presensi. Jadi pada takut absen,” ungkap cerita tersebut.

 

Tepat pukul 08:00 kuliah dimulai.

 

Nah, di saat sang dosen berdiri menghidupkan OHP dan pasang slide, perhatian sahabatnya terganggu. Karena mahasiswi di sebelahnya, ternyata ada yang manis.

 

Namun yang menyita perhatian karena sang mahasiwi tampak gelisah, dan mengambil selembar kertas dari tasnya serta menulis singkat kemudian dia lipat.

 

Sambil memegang lipatan itu, dia bilang nyaris berbisik: “Mas, tolong berikan ke bapak ya,” katanya.

 

Sahabat Gus Zu’em mengangguk dan langsung melangkah ke meja dosen. Dalam pikirannya, itu pertanyaan tertulis untuk pak dosen, seperti biasanya.

 

Begitu kembali duduk di kursi, sang dosen memandangi dari kursinya sambil duduk tersenyum dan mengangguk.

 

“Aku ya membalas dengan senyum saja,” ungkap dia.

 

Begitu sang dosen berdiri dan melanjutkan materi kuliahnya lagi, dirinya kaget, karena ada yang berubah. Resleting celananya kini sudah tertutup rapat, tidak seperti tadi yang sangat mengganggu perhatian.

 

“Tapi, kini pikiran dan perhatian saya justru terganggu pada mahasiswi di sebelahku,” ungkapnya.

 

Kalimat apa yang dia tulis? Mengapa tidak dia sendiri yang menyerahkan?

 

Pertanyaan itulah yang terus bergayut di benakku selama 1,5 jam kuliah, sambil sesekali mencuri pandang kepada wajah mahasiswi yang manis alami dengan riasan tipis sehingga sedap dipandang.

 

“Maka ketika pergantian jam kuliah, aku beranikan diri untuk bertanya, aku yakin pasti dia tidak keberatan karena dia punya utang jasa padaku yang mengantar surat itu,” pikir sang teman.

 

Betul juga, dia dengan santai menjawab kedua pertanyaan tadi.

 

Pertama, kalimat yang dia tulis: "Mohon maaf bapak, apakah tidak sebaiknya baju bapak dikeluarkan saja?"

 

Kedua, kalau sang mahasiswi sendiri yang menyerahkan, betapa malunya dosen itu, karena ketidakpantasannya telah dilihat oleh perempuan.

 

“Sejak saat itu, aku mulai menyimpan perhatian pada gadis yang mirip Desy Ratnasari itu,” selorohnya.

 

Rasanya hati sang sahabat telah tercuri habis oleh kecerdasan dan budi pekerti serta kemanisannya.

 

“Aku pun mulai dekati dia dengan selalu memenuhi apa yang dia mau, semampuku. Aku tak peduli, dia sudah punya pacar apa belum. Bagiku, sebelum janur kuning hiasi rumahnya, dia masih terbuka untuk siapa saja,” katanya penuh semangat.

 

Dan nyatanya, perjuangan tidak sia-sia. Hal tersebut dibuktikan tahun 1996 bisa menikahi sang mahasiswi idaman, bahkan anak pertamanya baru lulus kuliah.

 

Apa pesan moral dari cerita di atas?

 

“He he he, ternyata jodoh itu banyak jalannya, bahkan dari perkara resleting pun bisa mempertemukan dua hati untuk saling mengasihi dalam ikatan cinta,” kata Gus Zu’em.

 

Dalam pandangan putra almaghfurlah KH As'ad Umar ini, seandainya kisah sang sahabat disinetronkan, tentu sangat bagus.

 

“Judul bisa resleting cinta,” katanya dipungkasi tawa renyah.


Editor:

Rehat Terbaru