• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Tapal Kuda

Wakil Katib NU Jember: Saat Pilkada, yang Terpenting NU Solid

Wakil Katib NU Jember: Saat Pilkada, yang Terpenting NU Solid
Pemilihan kepala daerah secara langsung menjadi kesempatan menyatukan kekuatan warga NU. (Foto: NOJ/ilustrasi)
Pemilihan kepala daerah secara langsung menjadi kesempatan menyatukan kekuatan warga NU. (Foto: NOJ/ilustrasi)

Jember, NU Online
Pemilihan kepala daerah Jember, Jawa Timur yang akan dihelat tanggal 9 Desember 2020, diharapkan dapat menjadi momentum untuk memperkuat soliditas dan menjalin kebersamaan di  kalangan Nahdliyin. Sebab, di peristiwa itulah warga NU dapat menyatukan persepsi dan keinginan untuk mengantarkan kadernya menuju puncak kepemimpinan formal di kota suwar-suwir ini.

 

“Tapi nyatanya tidak demikian. Justru seringkali Pilkada menjadi penyebab terpecahnya  warga NU,” ucap Wakil Katib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jember, H  Zeinul Hasan di kediamannya, Rambipuji, Jember, Sabtu (27/6).

 

Menurut Gus Zen, sapaan akrabnya, keterpecahan suara Nahdliyin dalam setiap Pilkada adalah karena perbedaan pilihan politik simpul-simpul NU. Akibatnya, suara warga NU di akar rumput juga terpolarisasi sesuai dengan pilihan simpul-simpul NU yang mereka ikuti. Itulah sebabnya mengapa suara warga NU selalu terbelah, tidak utuh sehingga sulit memenangkan jago yang diusung dalam Pilkada.

 

“Memang semua mengakui bahwa warga NU mayoritas, tapi kalau tidak satu suara, sulit untuk mempunyai bupati atau wakil bupati.” jelasnya.

 

Oleh karena itu, alumni Pondok Pesantren Nuris Antirogo, Jember tersebut menekankan pentingnya warga NU bersatu dalam mengikuti hajatan politik Pilkada Jember tahun 2020. Caranya, membuat kesepakatan dengan seluruh komponen NU tentang siapa yang akan dimajukan dalam Pilkada. 

 

Gus Zen mengaku yakin jika proses kesepakatan itu dilakukan secara terbuka dan melibatkan semua komponen NU, siapa pun jago yang dipilh pasti diterima oleh warga NU dan partai poltik yang berafiliasi kepada NU.

 

Yang penting suara NU disatukan dulu dengan cara tersebut. Kalau NU bersatu, insyaallah menang walau pun misalnya tidak punya uang. Tapi seandainya kalah, tidak masalah. 

 

“Kalah tidak mengapa asal NU bersatu. Kita tetap rukun. Lebih parah kita kalah justru karena tidak bersatu. Sudah tidak rukun, masih kalah lagi, bahkan ketidak rukunan itu terbawa hingga Pilkada usai,” pungkasnya.

 

Reporter: Ade Nurwahyudi
Redaktur: Syaifullah
 


Editor:

Tapal Kuda Terbaru