• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Rehat

Hari Guru, Berikan Doa Terbaik kepada Pendidik

Hari Guru, Berikan Doa Terbaik kepada Pendidik
Hari guru harus diisi dengan doa terbaik kepada pendidik. (Foto: NOJ/PRS)
Hari guru harus diisi dengan doa terbaik kepada pendidik. (Foto: NOJ/PRS)

Setiap tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru. Hari guru diberikan untuk menunjukkan penghargaan terhadap pendidik. Bahkan di beberapa negara, hari guru merupakan hari libur sekolah.

 

Dalam prinsip orang Madura, keberadaan guru menjadi sosok yang demikian dihormati. Posisinya harus dijunjung dan menempati urutan ketiga setelah ayah dan ibu. Baru kemudian penguasa. Ini memberikan pesan bahwa usai dilahirkan ke dunia, kalangan yang membukakan wacana dan membebaskan seseorang dari kebodohan adalah guru. Tanpa jasa dan pengabdian pendidik, dapat dipastikan siapa saja tidak dapat merengkuh sukses seperti saat ini.

 

Sudah seyogianya bagi seorang murid mendoakan guru-gurunya sebagaimana doa kepada orang tua. Karena guru adalah pendidik ruhani, sedang orang tua lebih banyak berperan sebagai pendidik jasmani. Sebagaimana disebutkan dalam syair yang dikutip Ta’lim Muta'allim:

 

 أُقَدِّمُ أُسْتَاذِي عَلَى نَفْسِ وَالِدِي ** وَإِنْ نَالَنِي مِنْ وَالِدِي الْفضْلَ وَالشَرَف

 

Artinya: Aku lebih mengutamakan guruku dari orang tuaku, meskipun aku mendapat dari orang tuaku keutamaan dan kemuliaan.

 

 فَذَاكَ مُرَبِّ الرُّوْحِ وَالرُّوْحُ جَوْهَرُ ** وَهذَا مُرَبِّ الْجِسْمِ وَالْجِسْمُ كَالصَّدَف

 

Artinya: Ustadzku adalah pengasuh jiwaku dan jiwa adalah bagaikan mutiara, sedangkan orang tuaku adalah pengasuh badanku dan badan bagaikan kerangnya.

 

Dari syair di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwasannya seorang guru harus kita doakan pula, sebagaimana doa kita kepada orang tua, bahkan lebih. Entah doa yang berupa keselamatan, ampunan dan lain-lain.

 

Suatu hari, anak Imam Ahmad bin Hanbal, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal menanyakan kepada beliau, “Wahai ayahku, bagaimana sosok Imam asy-Syafi’i itu? Aku mendengar bahwa engkau banyak mendoakannya.

 

Imam Ahmad bin Hanbal menjawab: Wahai anakku, Imam Syafi’i itu diperumpamakan seperti matahari bagi dunia, dan kesehatan bagi manusia. Lihatlah, apakah kedua benda itu memiliki pengganti? Dari dialog di atas kita dapat mengambil kesimpulan, betapa pentingnya mendoakan guru-guru kita, yang masih hidup maupun yang telah wafat.

 

Syekh Abdul Fattah Abu Guddah menuliskan doa ampunan bagi guru-guru kita dalam catatan kaki kitab Risâlah al-Mustarsyidin:

 

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِمَشَايِخِنَا وَلِمَنْ عَلَّمَنَا وَارْحَمْهُمْ، وَأَكْرِمْهُمْ بِرِضْوَانِكَ الْعَظِيْمِ، فِي مَقْعَد الصِّدْقِ عِنْدَكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 

Allâhumma-ghfir li masyâyikhinâ wa liman ‘allamanâ wa-rhamhum wa akrimhum biridlwânikal ‘adhîm fî maq’adish shidqi ‘indaka yâ arhamar râhiîn

 

Artinya: Wahai Allah ampunilah guru-guru kami dan orang yang telah mengajar kami. Sayangilah mereka, muliakanlah mereka dengan keridhaan-Mu yang agung, di tempat yang disenangi di sisi-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di antara penyayang. (Imam al-Haris al-Muhasibi, Risâlah al-Mustarsyidin, Dar el-Salam, halaman 141)

 

Sudah selayaknya di hari spesial ini kita memohonkan doa terbaik kepada guru ngaji, guru di sekolah dan madrasah, dosen dan siapa saja yang telah memberikan tambahan pengetahuan kepada kita.

 

Artikel diambil dariDoa Memintakan Ampunan untuk Guru


Editor:

Rehat Terbaru