• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Tapal Kuda

Hadrah Klasik Nurus Sholeh, Tetap Eksis di Tengah Gempuran Musik Modern

Hadrah Klasik Nurus Sholeh, Tetap Eksis di Tengah Gempuran Musik Modern
Grup Hadrah Klasik Nurus Sholeh di Kabupaten Pasuruan tetap eksis di tengah gempuran musik modern. (Foto: NOJ/ Rahma Salsabila)
Grup Hadrah Klasik Nurus Sholeh di Kabupaten Pasuruan tetap eksis di tengah gempuran musik modern. (Foto: NOJ/ Rahma Salsabila)

Pasuruan, NU Online Jatim

Grup Hadrah Nurus Sholeh merupakan grup hadrah asal Kabupaten Pasuruan yang konsisten mempertahankan musik klasik di era modern. Hadrah dengan musik klasik semacam ini sudah jarang ditemui di daerah Pasuruan.

 

Ustadz Khoiri sebagai ketua grup hadrah menyebutkan, bahwa banyaknya kesenian baru yang muncul dengan komposisi musik modern menyebabkan perpaduan shalawat dengan musik tetabuhan rebana dan jidur ini hampir punah.

 

“Dulu kesenian musik yang ada belum terlalu banyak seperti saat ini,” ujarnya kepada NU Online Jatim, Ahad (24/10).

 

Meski musik modern banyak bermunculan, Ustadz Khori mengaku akan terus memperlihatkan dan memperkenalkan kepada anak muda tentang hadrah klasik tersebut. Karena hal ini adalah peninggalan nenek moyang yang harus dilestarikan.

 

Ia menjelaskan, awal mula terbentuknya grup hadrah tersebut bertujuan untuk menghidupkan kembali kesenian hadrah klasik yang sempat vakum karena banyak personil terdahulu yang meninggal dunia.

 

“Grup ini merupakan inisiatif kami untuk menunaikan amanah tokoh hadrah klasik terdahulu. Grup hadrah ini dibentuk sejak 14 Juni 2019, dan alhamdulillah tetap eksis hingga sekarang,” imbuh Khoiri.

 

Sementara Muhammad Ghozali seorang tokoh masyaraka setempat menyebutkan, bahwa grup hadrah klasik Nurus Sholeh berasal dari Dusun Banyusari, Desa Blarang,  Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan yang beranggotakan 40 orang dengan kisaran usia 35 tahun ke atas.

 

Menurut Ghozali, sebagai bentuk regenerasi dan menanamkan kecintaan generasi muda terhadap hadrah klasik, maka setiap pekan dilakukan perkumpulan rutin. Harapannya agar terus tertanam rasa cinta terhadap hadrah klasik itu sendiri.

 

“Dalam perkumpulan tersebut generasi muda diberi pemahaman tentang arti bacaan shalawat dan alat jidur itu sendiri. Dengan begitu, akan timbul rasa suka di hati mereka pada kesenian ini,” tutur Ghozali.

 

Meski realitanya usaha untuk merekrut golongan pemuda tidak semudah yang dibayangkan, akan tetapi upaya tersebut terus dilakukan. Karena menurutnya, hal ini merupakan bagian dari perjuangan mempertahankan warisan sesepuh terdahulu.

 

“Berbagai upaya terus kami lakukan agar hadrah klasik dengan komposisi musik rebana dan jidur tidak punah,” pungkasnya.

 

Penulis: Rahma Salsabila


Tapal Kuda Terbaru