Bondowoso, NU Online Jatim
Tidak ada awal yang mudah, termasuk dalam kemampuan menulis. Ibarat belajar mengendarai sepeda, maka kerap diawali dengan terjatuh dan pengalaman sedih yang lain.
Pandangan ini disampaikan Andiono Putra selaku Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Bondowoso. Penegasan disampaikannya pada acara Workshop Literasi Santri yang diadakan di Madrasah Aliyah Atqia Bondowoso, Sabtu (18/7).
“Untuk dapat naik sepeda, yang diperlukan tidak harus mempelajari teori mengendarai sepeda motor, tak perlu mengetahui seluk-beluk perangkat mesin dan cara menggunakannya,” katanya. Justru yang penting adalah mengayuh, maka sepeda yang dinaiki akan berjalan, lanjutnya.
Paparan ini disampaikan Andiono agar peserta workshop tidak minder dan memiliki semangat untuk belajar menulis. Meskipun mereka sebelumnya tidak pernah mendapatkan pembekalan seperti pelatihan jurnalistik.
“Mempelajari teori kepenulisan itu penting. Tapi bukan pada saat pertama kali belajar menulis. Teorinya nanti saja,” katanya. Analisa bahwa tulisannya begini dan begitu adalah belakangan. Yang penting, adalah menulis, lanjut alumni Pondok Pesantren Alwas’us Shadri Dabasah ini.
Pengasuh Pondok Pesantren Atqia, KH Matkur Damiri mengatakan sangat senang dengan semangat santri dalam mengikuti kegiatan.
Menurut dosen IAIN Jember ini, kegiatan diharapkan dapat meningkatkan semangat membaca dan menulis, khususnya di lingkungan Pesantren Atqia.
“Kita berharap di akhir semester atau di akhir tahun pelajaran, ada majalah yang diterbitkan yang penulisnya dari para santri dan pelajar Atqia," ungkapnya.
Kegiatan selain menghadirkan Ketua PC LTNNU Bondowoso, juga penulis buku Saat Perempuan Memimpin, yakni Bintana Alin Hilwah.
