• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 20 Mei 2024

Metropolis

Keadaban Digital dan Tantangan Konten Kontroversial menurut Dosen UINSA

Keadaban Digital dan Tantangan Konten Kontroversial menurut Dosen UINSA
Dosen UINSA Surabaya, Haqqul Yaqin. (Foto: NOJ/ Dian Daniati)
Dosen UINSA Surabaya, Haqqul Yaqin. (Foto: NOJ/ Dian Daniati)

Surabaya, NU Online Jatim

Media digital digemparkan oleh kasus seorang TikToker Galih Loss yang diduga menjadikan agama sebagai bahan candaan. Imbasnya, konten ‘hewan mengaji’ yang dibuat membuatnya jadi tersangka kasus penistaan agama.

 

Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Haqqul Yaqin turut berkomentar terkait hal ini. Ia mengatakan, sebuah karya seharusnya memiliki semangat untuk bisa saling menghargai dan menjunjung tinggi nilai toleransi.

 

“Apalagi di era teknologi informasi, masyarakat dapat secara bebas mengakses informasi kapanpun dan di manapun,” ujarnya kepada NU Online Jatim, Rabu (01/05/2024).

 

Sebab itu, Sekretaris Prodi Studi Agama-Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UINSA ini menegaskan bahwa di era ini sangat perlu dicanangkan keadaban digital. Yakni, suatu sikap yang menjunjung tinggi nilai-nilai etis dalam menggunakan teknologi informasi.

 

Menurutnya, keadaban digital layaknya kesalehan digital yang akan selalu mengukur kualitas komunikasi setiap orang (ihsan) dengan sesama berdasarkan semangat nilai-nilai agama.

 

“Ketika keinginan seseorang untuk membuat konten di media sosial tertentu, maka tidak boleh mengabaikan keberadaan dirinya untuk koeksistensi dengan yang lain. Koeksistensi merupakan sistem dimana seseorang hidup saling berdampingan dengan berbagai perbedaan," tuturnya.

 

Di sisi lain, tanpa disadari beberapa orang menyalahgunakan media digital hanya untuk konten yang tidak pantas. "Karena itu, jangan hanya karena mengejar keuntungan material yaitu ngonten, kemudian menghalalkan segala cara," ucapnya.

 

Dalam hal ini, lanjut Haqqul, tentu pendidikan tetap menjadi prioritas harapan, terkait menyajikan dan menyampaikan nilai-nilai etika, moral, serta akhlak bagi semua orang. Pendidikan yang dimaksudkan bukan hanya pendidikan secara formal, tetapi pula sebuah edukasi yang mampu dilakukan oleh semua orang, terutama di lingkungan keluarga.

 

“Pada lingkup keluarga maupun masyarakat kita harus memiliki kearifan lokal tentang sikap tenggang rasa, misalnya, semangat gotong royong, sikap toleransi dan sebagainya. Yang semuanya itu merupakan suatu ikatan moral-sosial yang dapat mengajari kita cara berinteraksi dengan satu sama lain, termasuk di dunia digital,” tegasnya.

 

Ia menyampaikan, perkembangan teknologi itu ibarat pisau bermata dua. Ia bisa digunakan untuk hal-hal yang positif dan negatif sekaligus. Selama teknologi dapat memberikan kemanfaatan, maka gunakan dan manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Begitupun sebaliknya, jika itu menjadi ancaman maka hindari semaksimal mungkin.

 

“Karena itu, mari kita memanfaatkan kemajuan teknologi informasi ini dengan arif dan bijaksana demi tetap menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika, dan akhlak," tandasnya.

 

Penulis: Dian Daniati


Metropolis Terbaru