• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 20 Mei 2024

Rehat

Begini Cara Kiai Wahab Mengenalkan Sisi Humanis dan Ajaran Tasawuf

Begini Cara Kiai Wahab Mengenalkan Sisi Humanis dan Ajaran Tasawuf
KH Abdul Wahab Chasbullah atau Kiai Wahab. (Foto: NOJ/Istimewa)
KH Abdul Wahab Chasbullah atau Kiai Wahab. (Foto: NOJ/Istimewa)

KH Abdul Wahab Chasbullah atau Kiai Wahab adalah sosok yang demikian berpengaruh di Nahdlatul Ulama. Diamanahi posisi Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) hingga akhir hayat. Tidak hanya di NU, khidmahnya juga demikian dominan dalam perjalanan bangsa sehingga mendapat anugerah sebagai pahlawan nasional.


Kendati memiliki sumbangsih yang demikian diperhitungkan dalam percaturan politik nasional hingga internasional, dalam kesehariannya juga selalu menyertakan hal kemanusiaan kepada anak-anaknya. Demikian pula yang tidak kalah penting adalah mengenalkan ajaran tasawuf kepada sejumlah buah hatinya tersebut.

 

Hal tersebut tercermin dari cerita salah satu putrinya, Nyai Hj Mundjidah Wahab. Perempuan yang kini menjadi Bupati Jombang tersebut memiliki banyak kenangan tentang sang abah, Kiai Wahab.

 

Di antara kesan dan pelajaran yang disampaikan Kiai Wahab dibagikan saat memberikan sambutan acara muwadaah santri di Pondok Pesantren Al-Wahabiyah I Al-Lathifiyah 2 Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang,  Sabtu (13/05/2023) malam lalu.

 

Sang abah memiliki abdi ndalem bernama Dimyati. Dan tentu saja, hampir setiap hari dia membersamai keluarga tersebut demi melayani kebutuhan Kiai Wahab, termasuk anak-anaknya.

 

Lantaran ‘hanya’ sebagai abdi ndalem, maka anak-anak Kiai Wahab kerap memanggil cukup dengan namanya saja; Dimyati. Kala membutuhkan bantuan laki-laki tersebut, maka dipanggillah Dimyati, meski usianya lebih tua.

 

Saat mengetahui ada putra dan putrinya memanggil Dimyati secara jangkar yakni hanya menyebut nama, dengan tegas Kiai Wahab langsung meluruskan: "Kang". Maksudnya, panggillah dia dengan sebutan "Kang Dimyati".

 

Dengan demikian, anak-anak Kiai Wahab saat memanggil sang abdi ndalem dengan sebutan Kang Dimyati. Karena dalam pandangan Kiai Wahab, memanggil seorang yang lebih tua dengan hanya menyebut namanya dalam tradisi Jawa dianggap suul adab.

 

Di lain waktu, Kiai Wahab bepergian dengan turut serta membawa putra-putrinya. Saat mampir di restoran untuk makan, Kiai Wahab menyampaikan:

 

"Sopir yang berhak duluan makan enak daripada kalian."

 

"Lha kok saget ngoten Bah?," tanya Nyai Mundjidah saat itu penuh heran.

 

"Sopir ngunu wong seng nggowo nyowo menungso sakmene kehe," jawab Kiai Wahab.

 

Dalam catatan Miftakhul Arief yang saat itu hadir pada acara muwadaah, Kiai Wahab memberikan pesan, bahwa serendah apapun status sosial seseorang, ia tetap harus dihormati. Demikian pula diperlakukan secara manusiawi.


Sikap ngajeni menungso atau menghargai orang seperti di atas adalah cerminan ajaran tasawuf. Saat ditanya apa itu tasawuf, Imam Junaid al-Baghdadi menjawab:

 

تعظيم أمر الله وشفقته على عباد الله


Artinya: Tasawuf adalah mengagungkan perintah Allah dan bersikap welas asih kepada hamba-hamba-Nya.

 

Demikian pelajaran yang ditunjukkan Kiai Wahab kepada anak-anaknya. Dan tentu saja, ajaran mulia ini sangat relevan untuk dilestarikan hingga kini. Kepada Kiai Wahab, alfatihah.


Rehat Terbaru