• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 19 Mei 2024

Metropolis

Gelombang Panas di Indonesia Bukan Heatwave, Ini Kata Pengurus LF PBNU

Gelombang Panas di Indonesia Bukan Heatwave, Ini Kata Pengurus LF PBNU
Suhu panas. (Foto: NOJ/BPBD)
Suhu panas. (Foto: NOJ/BPBD)

Surabaya, NU Online Jatim

Suhu yang meningkat di Indonesia sering dihubungkan dengan gelombang panas (Heatwave). Bahkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah mencatat peningkatan suhu hingga lima derajat di atas rata-rata pada Kamis (02/05/2024) kemarin.

 

Peningkatan suhu ini telah menarik perhatian masyarakat global, terutama karena terjadi gelombang panas di beberapa negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Thailand, Myanmar, Bangladesh, dan India.

 

Namun, menurut Ma'rufin Sudibyo dari Pengurus Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), suhu panas di Indonesia tidak disebabkan oleh heatwave. Ia dengan tegas menyatakan bahwa Indonesia saat ini tidak sedang mengalami gelombang panas.

 

Sudibyo menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, tidak ada inversi atmosferik berskala regional di Indonesia, dan secara teoritis, sangat sulit terjadi karena Indonesia berada di garis khatulistiwa.

 

"Kedua, sistem angin yang berhembus ke Indonesia tetap didominasi angin muson yang relatif basah (bukan angin gurun), dan ketiga, Indonesia dikelilingi perairan samudera sehingga meminimalisir kemungkinan terbentuknya angin hangat dan kering seperti di gurun," kata Sudibyo kepada NU Online, Jumat (3/5/2024).


Lebih jelas lagi, Sudibyo menjelaskan bahwa udara di Indonesia terasa panas terutama di tengah hari, di antara pukul 10.00 - 14.00 setempat, disebabkan oleh dua faktor yang sama sekali berbeda dibanding gelombang panas.


Pertama, sedang dalam proses transisi dari musim penghujan ke musim kemarau, sehingga hemat Sudibyo letak matahari secara harfiah melintas di atas Indonesia dalam perjalanan semu-nya menuju ke garis balik utara.


"Sehingga suhu rata-rata paras bumi di Indonesia sedikit lebih tinggi. Kedua, kelembaban udara Indonesia cenderung tinggi (di atas 70 persen)," katanya.


Untuk memahami mengapa udara Indonesia terasa panas dan gerah, Sudibyo menganjurkan harus melihat tabel Heat Index, yaitu tabel tentang suhu yang dirasakan tubuh manusia sebagai kombinasi antara suhu udara aktual dan kelembaban udara relatif.


Diketahui bahwa suhu udara tengah hari di Indonesia pada saat ini rata-rata 32° C. Dengan kelembaban udara rata-rata 70%, maka Heat Index di Indonesia rata-rata 41°C.


"Heat Index yang tinggi inilah yang menyebabkan udara di Indonesia saat ini terasa gerah. Karena berada di zona kuning (zona harus sangat hati-hati), dimana terlalu lama di bawah sinar Matahari pada tengah hari akan berpotensi mengalami terpapar serangan panas (heat stroke) dan tidak hanya berupa kelelahan semata," jelasnya.


Durasi Gelombang Panas di Indonesia

Sebelumnya Sudibyo sudah menyatakan bahwa Indonesia tidak mengalami gelombang panas, maka durasi suhu panasnya pun juga tidak ada. Sebaliknya terkait udara gerah, hal itu selalu terjadi selama musim kemarau meteorologis.


"Secara astronomis musim kemarau Indonesia terjadi sejak 1 April hingga 31 Oktober setiap tahun. Sedangkan secara meteorologis, terjadi tidaknya kemarau dalam periode tersebut sangat bergantung kepada faktor dinamika suhu udara di paras air Samudera Pasifik (antara bagian barat dan bagian timur) serta dinamika suhu udara pula di paras air Samudera Indonesia/Indian Ocean (juga antara bagian barat dan timur)," terang Sudibyo.


Metropolis Terbaru