• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Metropolis

3 Penyebab Cuaca Panas Ekstrem menurut BMKG

3 Penyebab Cuaca Panas Ekstrem menurut BMKG
Ilustrasi cuaca panas. (Foto: NOJ/freepik)
Ilustrasi cuaca panas. (Foto: NOJ/freepik)

Surabaya, NU Online Jatim
Suhu panas masih dirasakan oleh masyarakat di Indonesia. Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto mengungkapkan penyebab suhu panas di Indonesia dipicu beberapa hal. Salah satunya dinamika atmosfer yang membuat cuaca sering cerah, sehingga tidak ada awan hujan dan mengakibatkan sinar matahari masuk tanpa hambatan ke bumi.

 

"Kedua, ada namanya gerak semu matahari yang seharusnya pada 23 September 2023 dia bergerak dari utara ke selatan. Nah dalam pergerakan di tanggal itu pas di ekuator, dan ekuator itu kan di Indonesia. Sehingga sinar matahari tadi memang lebih intens juga karena jaraknya lebih dekat ke ekuator," paparnya.

 

Ia pun menerangkan cuaca panas ekstrem terjadi karena sebagian wilayah Indonesia bagian selatan masih mengalami kemarau.


"Minimnya pertumbuhan awan hujan juga memicu udara terasa kering," terangnya.

 

Sehingga suhu maksimum di wilayah Jawa Timur beberapa hari terakhir berkisar antara 33-36 derajat Celcius berdasarkan pengamatan di sepuluh stasiun BMKG Jawa Timur. 

 

“Suhu maksimum yang tinggi ini masih akan kita rasakan bersama hingga lima belas hari ke depan,” papar Taufiq Hermawan, Kepala Stasiun Meteorologi Juanda Sidoarjo, dilansir laman Konteks pada Rabu (04/10/2023).

 

Puncak dari kondisi ini diperkirakan akan terjadi pada 12-14 Oktober 2023 akibat adanya peristiwa kulminasi yang akan menyebabkan peningkatan suhu udara. Pada wilayah Jawa Timur, BMKG memprediksi saat fenomena kulminasi terjadi akan meningkatkan suhu hingga 37 derajat celcius terutama di wilayah perkotaan dan pesisir pantai.

 

“Kulminasi sendiri terjadi ketika di beberapa daerah matahari berada pada titik tertinggi di langit. Ketika deklinasi matahari sesuai dengan lintang pengamat, fenomena ini dikenal sebagai kulminasi utama,” terangnya.

 

Pada saat ini, Matahari berada secara langsung di atas kepala pengamat, yang dikenal sebagai titik zenit. Fenomena ini mengakibatkan bayangan objek tampaknya ‘menghilang’ karena berbaur dengan objek tersebut. Durasi paparan sinar Matahari yang lebih panjang ini akan mempengaruhi paparan ultraviolet yang ekstrem.

 

Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk meminimalisir kegiatan di luar ruangan dan memperbanyak konsumsi air putih beberapa hari ke depan.


Metropolis Terbaru