KH Miftachul Akhyar: Hadapi Masa Sulit dengan Ilmu, Istighfar, dan Sikap Pasrah
Ahad, 24 Agustus 2025 | 16:30 WIB
Surabaya, NU Online Jatim
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengajak masyarakat, khususnya umat Islam, untuk menyikapi masa sulit (al-qabdhu) dengan ilmu. Hal ini ia sampaikan dalam pertemuan ke-134 Ngaji Kitab Syarah Al-Hikam di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Jalan Kedung Tarukan No. 100, Surabaya, Jawa Timur.
Ia menjelaskan masa sulit dapat diatasi di antaranya dengan merenungkan peristiwa yang seseorang lalui. Sebab, menurutnya, manusia kerap tidak menyadari kesalahan yang ia lakukan.
"Yaitu dengan istighfar, memperbaiki diri. Kalau sudah termasuk dosa besar hendaknya bertaubat dan tidak mengulangi perbuatan itu," jelasnya dalam kanal Youtube Multimedia KH. Miftachul Akhyar sebagaimana dikutip NU Online pada Ahad (24/8/2025).
Kiai Miftach menegaskan, masa sulit hendaknya dihadapi dengan hati yang pasrah (taslim), bukan menentangnya dengan marah. Sikap semacam ini, ungkapnya, mampu membalikkan suasana sulit menjadi lapang.
"Karena kita tidak tahu di balik Allah menguji kekurangan yang dialami, nanti bisa berubah rezeki yang bertubi-tubi. Di balik semua kejadian itu ada hikmahnya tapi kita nggak tahu," ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya itu juga menuturkan, masa sulit adalah masa untuk evaluasi, belajar menerima dan memperbanyak pahala.
Hal itu untuk mencegah adanya penyesalan yang mengakibatkan depresi. Padahal, katanya, masa sulit dan bahagia menjadi keniscayaan hidup di dunia.
"Sudah itu menjadi kesempatan di saat adanya gangguan dan cobaan, (yakni) dengan ridha, taslim dan mencari pahala di sisi Allah," kata kiai kelahiran Surabaya 72 tahun yang lalu itu.
"Walaupun berat untuk diamalkan karena tidak biasa, ya di awal sedikit demi sedikit nggak apa-apa, 'kan belajar kita ini. Belajar menjadi khalifatullah fil ardl," imbuhnya.
Kiai Miftach juga menegaskan bahwa dalam kondisi sulit karena dizalimi, sebaiknya seseorang menghadapinya dengan ridha dan sabar. Kendati diperbolehkan dalam kacamata syariat, membalas dengan kezaliman lagi justru akan menarik dua tindakan zalim yang lain, yakni bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menyambut Maulid dengan Meneladani Akhlak Nabi
2
PBNU Silaturahim dengan Muhammadiyah, Tegaskan Peran Strategis Kedua Organisasi bagi Bangsa
3
Pesan Gus Iqdam saat Ceramah di Lumajang
4
Komisi Fatwa MUI Jatim Jelaskan 5 Perbedaan Zakat dan Pajak
5
Demi Ketahanan Pangan, Ansor Jatim Serahkan 150 Ton Benih Padi di Malang
6
Unisma Gelar Pengajian Mbalah Aswaja di Pesantren Gus Baha
Terkini
Lihat Semua