• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 21 Mei 2024

Matraman

Ketelatenan Mufid Penjual Pentol Asal Trenggalek hingga Bisa Berangkat Haji

Ketelatenan Mufid Penjual Pentol Asal Trenggalek hingga Bisa Berangkat Haji
Mufid dan Ngaisah sedang mengemas pentol jualannya. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)
Mufid dan Ngaisah sedang mengemas pentol jualannya. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)

Trenggalek, NU Online Jatim 

Ramah dan supel, menjadi kunci sepasang suami istri penjual pentol yang akan berangkat haji tahun 2024 ini. Mereka adalah Mufid Asnawi (62) dan istri Siti Ngaisah (59) asal Dusun Brongkah, Desa Kedunglurah, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek.

 

Tiba di kediamannya, penulis disambut dengan senyum hangat Mufid yang masih memegang gagang sapu lidi tengah membersihkan halaman rumah. Sementara sang istri masih berkutat pada dapur mempersiapkan pentol.

 

Rumah sederhana, dekat dengan area persawahan. Balutan cat rumah berwarna kalem serta foto salah satu mursyid thariqah terpajang di dinding menambah adem seisi ruangan.

 

Mufid mulai menceritakan awal mula perjalanan hidupnya kepada NU Online Jatim. Ia asli Jawa Tengah, jauh-jauh ke Trenggalek mengemban ilmu di Pondok Pesantren At-Taqwa asuhan Alamagfurlah KH Umar Sholeh yang juga masih satu desa dengan istrinya.

 

Usai menikah dengan Siti Ngaisah, sebagai santri ia masih belum memiliki pekerjaan yang tetap. Gayung bersambut, tetangga yang sudah berjualan pentol menawarkan untuk berjualan hal yang sama. Akhirnya memilih berjualan pentol, karena melihat keuntungan menjanjikan daripada bekerja sebagai kuli bangunan.

 

"Mulai berjualan (pentol) sejak 1992 diajari oleh tetangga. Penghasilannya lumayan dengan usaha yang tidak terlalu menguras banyak tenaga," ungkap Mufid dengan semangat, Jum'at (10/05/2024).

 

Ia mengaku dahulu sehari hanya menghabiskan bahan baku pentol sebesar 1,5 kilogram yaitu tepung kanji dan tepung terigu dengan modal Rp 1.500. Lalu, pulang membawa uang sebesar Rp 4.000, sehingga mendapat laba Rp 2.500 pada tahun 1992 silam.

 

Calon Jamaah Haji (CJH) yang berangkat 6 Juni 2024 ini berjualan pentol di Lapang Durenan, tepat bersebelahan berbatasan tetangga kecamatan. Awalnya, anak-anak sekolah diberi cuma-cuma untuk menarik dan promosi. Baru hari berikutnya ia mencoba berjualan. 

 

"Dulu naik sepeda pancal berjualan keliling tahun 1992. Mulai ke Lapangan Durenan, ke mushala-mushala, TK, SD, SMP, SMA," kenangnya.

 

Sedangkan untuk sekarang, ayah tiga anak ini sehari menghabiskan bahan baku pentol sebanyak 10 kilogram. Dirinya mencampuri daging ayam seberat 2 kilogram untuk menambah cita rasa nikmat.

 

"Kalau sekarang modal sekitar Rp 300 ribuan, nanti pulang mendapat sekitar Rp 600-700 ribu," ujarnya.

 

Perjalanan mendaftar haji

Sampai suatu ketika, Mufid silaturahim anjang sana ke salah satu saudara yang sepulang dari ibadah haji. Seperti pada umumnya meminta doa supaya mendapatkan keberkahan dan bisa menyusul.

 

Di situlah, dirinya memiliki keinginan yang kuat untuk memenuhi panggilanN-ya. Namun, kerinduan untuk ke Baitullah mendapatkan gejolak hatinya lantaran kondisi perekonomian yang serba sederhana dan cukup dari penghasilan menjual pentol.

 

"Di sana didoakan mudah-mudahan yang hadir di sini bisa berangkat ibadah haji. Mulai tahun itu saya seperti orang gila, malam nangis berdoa Ya Allah saya tidak punya apa-apa, bagaimana bisa naik haji," ujarnya dalam renungan.

 

Tidak disangka, akhirnya pada 2012 ia malah bisa mendaftar bersama anak mantu dan anak perempuan. Sehingga satu rumah ada 3 orang yang mendaftar pada Januari 2012.

 

Selang dua bulan berikutnya, sang istri Siti Ngaisah pun merasa ingin dan bertekad untuk ikut mendaftar. Hingga lima tahun, mengumpulkan hasil menjual pentol dengan menyisihkan Rp 500 ribu per bulan. Sedangkan iuran sang istri bisa lunas terlebih dahulu.

 

"Awalnya istri tidak bareng mendaftar karena pikir-pikir dahulu. Uangnya belum ada, tapi setelah itu saya memikir lagi, Insyaallah bisa," cterangnya.

 

"Hampir satu tahun Rp 25 juta bisa dilunasi. Sehingga selama itu saat berjualan kalau belum habis (pentol) belum berhenti melayani pembeli," tambahnya.

 

Mereka berempat akan berangkat pada 6 Juni 2024 ini merasa bersyukur. Tampak dari raut wajahnya yang berbinar-binar menceritakan kehidupan selama berjualan pentol hingga bisa benar-benar menunaikan rukun Islam yang kelima.

 

Mufid mengaku pentol yang ia buat menurut pembeli bercita rasa sama dari awal sampai sekarang. Sehingga pelanggan yang dahulu masih sekolah SD, SMP maupun SMA masih membeli dan menjadi jujugan sebagai makanan camilan.

 

Cerita menarik lain, Mufid selama berjualan sejak lama di sekolah melayani anak-anak. Dimana siswa pada masa itu masih banyak yang belum punya tidak seperti sekarang. Sehingga tidak sedikit yang hanya ngambil tidak membayar. 

 

Akan tetapi mereka berdua mengikhlaskan. Belasan tahun berselang, sang istri mendapati orang tua yang ingin membayar hutang. Saat ditanya, betapa terkejut mereka adalah siswa yang pernah mengambil pentol jualan Mufid, saat ini sudah dewasa dan sukses.

 

"Ada kalau 5 orang yang ke sini sudah dewasa. Katanya membayar hutang pentol saat dahulu masih sekolah. Padahal saya sudah lupa," jelasnya.

Persiapan keberangkatan

Diketahui, semakin dekatnya keberangkatan CJH dan banyaknya kegiatan manasik haji baik dari Kementerian Agama Kabupaten Trenggalek serta dari KBIH, membuat sejak Senin lalu, Mufid beserta istri sementara waktu beristirahat berjualan.

 

"Banyak pelanggan yang menanyakan kenapa lama tidak berjualan. Lantas istri memberi tahu bahwa sebentar lagi berangkat ibadah haji. Tak lupa ia meminta doa supaya diberi kelancaran dan menjadi haji yang mabrur," pungkasnya.


Matraman Terbaru