• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Khutbah

Khutbah Jumat Singkat Bulan Sya’ban: Ayo Bersiap Sambut Ramadhan

Khutbah Jumat Singkat Bulan Sya’ban: Ayo Bersiap Sambut Ramadhan
Mari bersiap menyambut Ramadhan dengan mengoptimalkan ibadah di bulan Sya'ban. (Foto: NOJ/NU Notwork)
Mari bersiap menyambut Ramadhan dengan mengoptimalkan ibadah di bulan Sya'ban. (Foto: NOJ/NU Notwork)

Bulan Sya'ban adalah pintu menuju Ramadhan. Karenanya, umat Islam hendaknya mengisi bulan ini dengan ibadah terbaik, terutama puasa. hal itu penting agar saat masuk Ramadhan nanti telah benar-benar siap lahir batin.

Tidak semua orang mendapat kesempatan untuk sampai di bulan ini, apalagi sampai Ramadhan mendatang. Karenanya senyampang ada kesempatan, banyak amalan yang dapat dijadikan pembiasaan agar ketika tiba saatnya, tidak ada keluhan.

Segala ikhtiar tersebut sebagai bentuk syukur kita kepada Allah SWT karena diberikan usia panjang. Oleh sebab itu, mari kita bersiap menyambut Ramadhan dengan memperbanyak kebaikan, utamanya ibadah sosial. Agar umat Islam dan Nahdliyin dapat gembira saat memasuki Ramadhan.

Naskah khutbah ini dapat diperbanyak sebagai syiar menebar kebaikan di sejumlah masjid. Caranya dengan membagi link atau mencetak naskah lewat tanda print berwarna merah. Dengan demikian akan berguna untuk kalangan lain. (Redaksi)

 

Khutbah Pertama


 اَلْحَمْدُ لله على نعمه فى شهر شعبان، الذى جَعَلَنَا مِنَ المسلمين الكاملين، وَأَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ سَبِيْلِ المُؤْمِنِيْنَ، اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ 

 

Jamaah Shalat Jumat yang Dirahmati Allah
Semoga kesempatan hadir di masjid untuk melaksanakan shalat Jumat ini menjadi sarana untuk menunjukkan bahwa takwa kita kepada Allah semakin meningkat. Saya mengajak kepada diri dan jamaah mari jaga kualitas takwallah tersebut dengan menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. 


Hadirin Rahimakumullah
Waktu terus mengalir dan tak terasa kita sudah sampai di bulan Sya’ban. Bulan suci Ramadhan pun kian dekat dan memberikan suasana batin tersendiri bagi masing-masing orang. Ada yang bergembira dengan kehadiran bulan suci ini. Ada pula yang biasa-biasa saja: Sya’ban dan Ramadhan dinilai tak jauh berbeda dari bulan-bulan lainnya. 


Sikap kedua ini bermasalah karena menjadi indikasi tentang tidak sensitifnya hati kita kepada kemuliaan waktu khusus yang tertuang dalam ajaran Islam. Umumnya, suasana ‘biasa saja’ itu bukan karena sikap ingkar melainkan karena terlalu padatnya kehidupan seseorang dengan aktivitas duniawi sehingga menganggap perjalanan bulan Rajab, Sya’ban, dan kemudian Ramadhan tak ubahnya rutinitas belaka. Islam tidak menganjurkan demikian. 


Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin menyebut adanya hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah). Hal tersebut dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan, dan tiap pekan. Terkait siklus bulanan, Imam Al-Ghazali memasukkan bulan Sya’ban ke dalam kategori bulan-bulan utama (al-asyhur al-fadhilah) di samping Rajab, Dzulhijjah, dan Muharram. Ada hal yang istimewa dalam bulan Sya’ban. Ia menjadi jembatan menuju bulan yang paling diagung-agungkan. Itulah sebabnya mengapa bulan ini dikatakan ‘sya’ban’. Sya’ban yang berasal dari kata syi’ab bisa dimaknai sebagai jalan setapak menuju puncak. Artinya, bulan Sya’ban adalah bulan persiapan yang disediakan oleh Allah untuk hambanya dalam menapaki, memantapkan diri, sebagai persiapan menyongsong bulan puncak bernama ‘Ramadhan’. 


Jamaah Jumat Hadâkumullah
Lantas, apa yang mesti dipersiapkan? Sudah lazim kita menyaksikan bahwa Ramadhan sebagai fenomena tahunan memberikan efek ekonomi dan peralihan budaya yang cukup signifikan. Menjelang bulan puasa, kita jumpai pasar-pasar kian ramai, pusat-pusat perbelanjaan semakin menunjukkan gairahnya, hingga televisi pun menyesuaikan sajian tayangan kepada masyarakat yang mulai berubah semakin religius. 


Untuk menghadapi ini semua, kita butuh persiapan. Tapi ini persiapan fisik dan material. Karena Ramadhan memang membawa dampak material, juga bulan sesudahnya, yakni lebaran atau Syawal. Akan tetapi, persiapan yang kita maksud sekarang adalah persiapan secara spiritual. Sebagai ‘jalan menuju puncak’, seyogianya Sya’ban menjadi momen bagi umat Islam untuk memperkuat mental, menata batin, dan membenahi perilaku untuk menyambut bulan puasa: Puasa dari makan dan minum maupun puasa dari sikap untuk selalu menuruti ego pribadi.


 قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: ذاَكَ شَهْرٌ يَغْفَلُ النّاسُ عَنْهُ يَعْنِي بَيْنَ رَجَب ورَمَضَان وَهُوَ شَهْرٌ تَرْفَعُ اْلأَعْمَالُ فِيْه إِلَى رَبّ العالمين فَأُحِبُّ أَنْ يَرْفَعَ عَمَلِيْ وأنا صَائِمٌ 


Artinya: Bulan itu (Sya‘ban) adalah bulan yang dilupakan manusia, berada di antara Rajab dan Ramadhan. Dan ia adalah bulan diangkatnya amal ibadah kepada Tuhan Pemilik Semesta Alam, maka aku (Nabi Muhammad) suka amal ibadahku diangkat ketika aku berpuasa. (HR An-Nasa’i) 

 

Baca JugaKhutbah Jumat Bulan Rajab: Saatnya Bertobat dan Meningkatkan Ibadah 


Istri Nabi, Aisyah Radliyallahu Anha meriwayatkan: Hanya di bulan Ramadhan Nabi Muhammad berpuasa satu bulan penuh dan saya tidak melihat beliau sering puasa kecuali di bulan Sya’ban. (HR Al-Bukhari). 

 

Dalam riwayat Ahmad disebutkan: Puasa yang disukai Nabi Muhammad SAW ialah puasa di bulan Sya’ban. Ini menandakan bahwa persiapan menyambut bulan Ramadhan yang diteladankan Rasulullah salah satu bentuknya adalah puasa. Bulan Sya’ban merupakan waktu yang tepat untuk berpuasa guna melatih diri agar terbiasa puasa satu bulan penuh selama Ramadhan. Orang yang menjalankan puasa Sya’ban termasuk orang yang memuliakan dan menghormati bulan Ramadhan. Rasulullah pernah bersabda: Puasa Sya’ban itu untuk menganggungkan Ramadhan. (HR At-Tirmidzi). 


Jamaah Rahimakumullah 
Bagi kebanyakan umat Islam, mungkin puasa masuk deretan yang terberat di antara ibadah-ibadah lainnya. Puasa menghendaki kita untuk bertahan dalam lapar dan haus sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Meski demikian, dalam puasalah, seorang hamba memperoleh pendidikan ruhani yang luar biasa. Puasa tak sekadar menahan diri dari aktivitas makan dan minum tapi juga aktivitas lain yang menjadi selera hawa nafsu, seperti bohong, menggunjing orang, boros, pamer, suka dipuji, merasa lebih salih, gemar menilai keimanan orang lain, dan lain-lain. Hal ini terjadi bila kita memaknai puasa dalam dua dimensi sekaligus, yakni jasmani dan ruhani. 


Sebelum menapaki bulan seribu berkah, yakni Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk menggembleng diri dengan puasa dan meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah. Bukan semata dengan banyaknya ritual ibadah melainkan pula meningkatnya kesadaran ketuhanan (ilahiyah) yang kemudian menjiwai seluruh gerak-gerik kita. 


Khutbah Kedua


 اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ


Khutbah Terbaru