• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Metropolis

Cerita Gus Mus Mengenal Gus Im

Cerita Gus Mus Mengenal Gus Im
Almarhum, H Wahid Hasyim atau Gus Im. (Foto: NOJ/Kb)
Almarhum, H Wahid Hasyim atau Gus Im. (Foto: NOJ/Kb)

Rembang, NU Online Jatim
Pengasuh Pondok Pesantren Radlatut Thalibin Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad  Mustofa Bisri menceritakan kesannya tentang almarhum H Wahid Hasyim. Adik kandung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut meninggal dunia, Sabtu (1/8) pagi.

 

“Sama-sama putra pahlawan nasional, sang kakak putra sulung dan sang adik putra bungsu. Keduanya sama-sama memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Sang kakak populer dan terbuka, sang adik tak suka menonjol dan 'misterius',” tulis Gus Mus melalui akun media sosial Facebook. 

 

Gus Mus pun menceritakan, awal mengenal Gus Im karena dikenalkan oleh Gus Dur. 

 

“Waktu itu setiap ketemu, kulihat sang adik selalu tampil perlente, dengan rambut kribo, berdasi, dan menenteng aktentas yang tampak mewah,” ungkap Gus Mus.

 

Ketika Gus Mus bertanya tentang kegiatannya, sang kakak menjelaskan, seperti sambil lalu, bahwa adik bungsunya itu pengusaha dan berkantor di salah satu hotel berbintang.

 

Beberapa waktu, Gus Im tiba-tiba menghilang seperti ditelan bumi. Setelah beberapa tahun, Gus Mus melihat Gus Im muncul kembali dengan penampilan yang sangat berbeda.

 

“Ketika aku diajak sang kakak berkunjung ke rumah adik bungsunya itu, aku betul-betul tercengang. Sang adik hanya memakai kaus oblong dan sarungan sekenanya,” cerita Gus Mus. 

 

Sikap Gus Im kepada Gus Mus pun berbeda. Kalau dulu, seperti umumnya pengusaha, terkesan acuh tak acuh kepada orang biasa, sekarang begitu ramah dan akrab sebagaimana kakaknya. Bicaranya kelihatan seperti seorang sufi yang arif.

 

Selanjutnya, sementara Gus Dur menjadi tokoh yang menjadi pusat perhatian di mana-mana, sang adik justru seperti bersembunyi dengan kegiatan-kegiatan yang hanya diketahui kalangan terbatas. Memang pernah muncul di hiruk-pikuknya perpolitikan nasional, namun hanya sebentar. 

 

Dan yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang, lanjut Gus Mus, tokoh 'misterius' yang sempat dijuluki pengamat internasional ini, pernah menulis antologi puisi berjudul ‘Bunglon’. Peluncuran antologi tersebut, menurut Gus Mus, tergolong dahsyat. Saat peluncurannya di TIM mengejutkan kalangan seniman yang tidak menyangka bahwa tokoh Gus im ini juga menguasai bidang seni seperti kakaknya.

 

Hari ini, setelah 11 tahun kepergian kakak sulungnya (KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur) dan kemudian 2 orang kakaknya yang lain (Nyai 'Aisyah Wahid dan KH Salahuddin Wahid alias Gus Sholah), rahimahumulla, Gus Im menyusul pulang ke rahmatullah.

 

Inna lillahi wa inna lillahi rajiun. Selamat jalan, Gus Im. Selamat bergabung dengan saudara-saudara dan para leluhur dalam naungan kasih-sayangNya. Al-Faatihah,” tutup Gus Mus mendoakan.

 

Jenazah dimakamkan di pesarean Pesantren Mambaul Ma'arif, Denanyar, Jombang.

 

Kontributor: Kendi Setiawan
 


Editor:

Metropolis Terbaru