NU Online

Fenomena Doom Spending di Kalangan Gen Z: Dampak Media Sosial dan Kesehatan Finansial

Jumat, 3 Januari 2025 | 20:00 WIB

Fenomena Doom Spending di Kalangan Gen Z: Dampak Media Sosial dan Kesehatan Finansial

Psikolog Klinis, Bianglala Andriadewi saat mengisi acara. (Foto: instagram @bianglalaa)

Surabaya, NU Online Jatim

Perilaku belanja impulsif atau doom spending semakin banyak terjadi di kalangan generasi Z. Psikolog Klinis Bianglala Andriadewi menyebutkan bahwa stres akibat tekanan sosial, perasaan tidak aman (insecure), dan pengaruh media sosial, termasuk ajakan influencer untuk membeli barang yang tidak mendesak, menjadi faktor utama. Kebiasaan ini tidak hanya meningkatkan kecemasan, tetapi juga berdampak buruk pada kondisi keuangan.


"Saat seseorang merasa cemas, mereka mencari pelarian, salah satunya melalui belanja impulsif," ucap Lala kepada NU Online, Jumat (3/1/2025). 


Menurut dia, Generasi Z mudah terpapar gaya hidup glamor di media sosial. Mereka kerap merasa tergoda untuk mengikuti tren meskipun hal itu tidak sesuai kebutuhan.


"Misalkan live di marketplace, langsung pengen cepat beli. Mereka berkata, kalau aku gak beli ini aku akan rugi," katanya 


Hal tersebut lah menurut Bianglala tidak semua faktor doom spending yang memicu dari Gen Z. Ada faktor yang diciptakan media dan menimbulkan fenomena doom spanding yang dalam jangka panjang akan terus mengakibatkan efek cemas,  masalah keuangan karena boros dan terlalu banyak barang yang sebenarnya tidak penting fungsinya yang bisa membuat ketidaknyamanan dan memicu tingkah stres.


"Kalau boleh bilang apapun itu gak sepenuhnya salah gen Z karena banyak faktor yang mempengaruhi," paparnya. 


Ia mengatakan, media sosial menciptakan identitas yang terlalu ideal, mendorong orang untuk harus membeli dan mencoba ada hal yang kurang tepat justru dinormalisasi.


Akibatnya, Mereka tidak mempunyai karakter stabil dan cenderung mengikuti tren media sosial, jika tidak mereka akan cemas.


Mengatasi doom spending 

Untuk menghadapi masalah ini, Psikolog lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Bianglala menyarankan beberapa langkah praktis bagi bagi Gen Z dan masyarakat secara umum.


Ia mengatakan, anak muda atau masyarakat harus mempunyai emotional awareness atau kesadaran mengelola emosi. Individu yang memiliki emotional awareness akan mampu mengenali dan memahami perasaan dan perilaku diri sendiri termasuk dalam menahan diri untuk tidak berbelanja secara berlebihan.


Dengan emotional awareness tersebut individu dapat mengambil keputusan dengan baik dan bisa mengontrol pengeluaran. Kemudian juga harus memahami terkait dengan literasi keuangan bagaimana individu bisa mengelola keuangan secara bijak.


Fenomena doom spending ini tentu menjadi tantangan besar bagi anak muda di era digital. Dengan membangun kebiasaan finansial yang sehat dan memprioritaskan kebutuhan, mereka dapat mengendalikan diri dan menghadapi tekanan emosional tanpa harus mengorbankan keuangan.