• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 5 Mei 2024

Metropolis

Harlah ke-90, Berikut Sekilas Sejarah Berdirinya GP Ansor

Harlah ke-90, Berikut Sekilas Sejarah Berdirinya GP Ansor
Ilustrasi kader GP Ansor. (Foto: NOJ/ ISt)
Ilustrasi kader GP Ansor. (Foto: NOJ/ ISt)

Surabaya, NU Online Jatim

Gerakan Pemuda (GP) Ansor merayakan hari lahir (Harlah) ke-90 hari ini, yakni Rabu (24/04/2024), sejak resmi berdiri pada 24 April 1934 M. Hal tersebut berdasarkan hasil ketetapan Muktamar ke-9 NU di Banyuwangi, Jawa Timur.

 

Kelahiran GP Ansor dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) diawali situasi “konflik” internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Kelahiran GP Ansor diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan.

 

Dilansir dari NU Online, konflik dimaksud berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader.

 

KH Abdul Wahab Hasbullah sebagai tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda, justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.

 

Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH Abdul Wahab –yang kemudian menjadi pendiri NU– membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).

 

Nama Ansor ini merupakan saran KH Abdul Wahab, seorang ulama besar sekaligus guru besar kaum muda saat itu, yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah.

 

Meski ANO (yang kelak disebut GP Ansor) dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal belum tercantum dalam struktur organisasi NU. Hubungan ANO dengan NU saat itu masih bersifat hubungan pribadi antar tokoh. Baru pada Muktamar ke-9 NU di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: Ketua H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris H. Achmad Barawi dan Abdus Salam.

 

Ketua Umum GP Ansor
Sejak awal berdirinya, GP Ansor telah mengalami 12 pergantian ketua umum, mulai dari KH M Thohir Bakri pada masa khidmat 1934-1949 di masa awal, hingga kepemimpinan H Yaqut Cholil Qoumas yang menakhodai GP Ansor di masa sekarang.

 

Berdasarkan data yang tercantum pada laman NU Online dan Ensiklopedia Khittah NU Jilid 2 yang ditulis Nurkholik Ridwan, para Ketua Umum GP Ansor ialah sebagaimana berikut:

 
  1. KH M Thohir Bakri (1934-1949)
  2. KH Chamid Wijaya (1949-1954)
  3. KH Imron Rosyadi (1954-1963)
  4. KH Chamid Wijaya (1963-1967)
  5. KH Yahya Ubaid (1967-1980)
  6. KH Chalid Mawardi (1980-1985)
  7. KH Slamet Effendi Yusuf (1985-1995)
  8. H M Iqbal Assegaf (1995-1999)
  9. H Saifullah Yusuf (Pjs. 1999-2001)
  10. H Saifullah Yusuf (2001-2010)
  11. H Nusron Wahid (2010-2015)
  12. H Yaqut Cholil Qoumas (2015-2024)
  13. H Addin Jauharudin (2024-Sekarang)
 

Logo Harlah ke-90 GP Ansor
Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor resmi merilis logo Harlah 90. Logo ini diharapkan mampu menjadi simbol dari simpul dan semangat para kader dalam pelaksanaan Harlah 90 PP GP Ansor.

 

Logo Harlah 90 tahun ini terinspirasi dari orang yang saling bersalaman dan merangkul. “Logo dengan dua sisi dan bentuk yang sama menggambarkan sinergi dan harapan. Serta komitmen untuk menjaga stabilitas agama, bangsa dan negara,” tulis Ardani Rahmansyah dalam draft filosofi logo Harlah ke-90 GP Ansor.

 

Selain itu, Ardani menjelaskan bahwa 0= bisa diartikan ikatan yang kuat, tidak ada bolongnya. “Kita berangkat dari 0, untuk mengurus dan merawat bintang 9,” jelas Ardani.

 

Di samping itu, filosofi lain yang lebih tebal tergambar pada corak warna yang dipakai oleh sebagai perpaduan dalam perkamen logo tersebut.

 

Terdapat lima nilai yang terkandung dalam lima corak warna yang dipakai dalam logo tersebut, antara lain; kolaborasi, persatuan, kepedulian, gotong royong, dan soliditas.


Metropolis Terbaru