• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Opini

Sejarah Berdirinya Ansor menurut Peraturan Dasar dari Masa ke Masa

Sejarah Berdirinya Ansor menurut Peraturan Dasar dari Masa ke Masa
Tampilan GP Ansor saat ini. (Foto: NOJ/BOe)
Tampilan GP Ansor saat ini. (Foto: NOJ/BOe)

Pada 24 April kali ini, Gerakan Pemuda (GP) Ansor berusia 85 tahun. Terhitung sejak ditetapkan sebagai departemen resmi di bawah Nahdlatul Ulama pada Muktamar IX di Banyuwangi. Saat itu, GP Ansor masih bernama Anshoru Nahdlatoel Oelama.

 

Akan tetapi, tahukah kalian jika perhitungan tersebut ternyata baru saja ditetapkan sekitar dua dekade silam. Sebelum itu, sejarah berdirinya Ansor tidaklah demikian. Peraturan Dasar (PD) GP Ansor dari masa ke masa merekam hal tersebut.

 

Salah satu PD GP Ansor yang paling tua yang penulis akses adalah terbitan Surabaya, 17 Agustus 1953. [Saat itu, masih menggunakan istilah Anggaran Dasar, yang kemudian menjadi Peraturan Dasar]. Ini merupakan produk hukum hasil Kongres Kedua GP Ansor yang kembali mengamanatkan Abdul Chamid Widjaja sebagai ketua. Dalam anggaran tersebut, pada pasal 1 disebutkan demikian:

 

"Gerakan Pemuda ini bernama GERAKAN PEMUDA boleh disingkat dengan GP ANSOR, didirikan di Surabaja pada tanggal 14 Desember 1949 untuk waktu jang tidak terbatas."

 

Tanggal 14 Desember 1949 tersebut di atas merujuk pada acara reuni para alumni Anshoru Nahdlatoel Oelama (ANO) yang pada masa pendudukan Jepang hingga era revolusi melebur dalam Hizbullah. Dipelopori oleh M Chusaini Tiway, reuni yang diadakan di gedung PB ANO di Bubutan VI/2 Surabaya itu, memutuskan untuk kembali menghidupkan Ansor. Yang mana, Ansor yang terlahir kembali itu, mengubah namanya menjadi GP Ansor sebagaimana yang kita kenal saat ini. Dari reuni tersebut, dua tahun kemudian diadakan Kongres GP Ansor pertama (Erwien Kusuma, 2012, p 33-34).

 

Dari pasal tersebut, keterhubungan GP Ansor tak terikat secara resmi dalam anggaran dasar tersebut. Baru pada Peraturan Dasar GP Ansor hasil Kongres kelima di Solo, 1959, ada perubahan. Begitu juga pada peraturan dasar yang disahkan pada 26 Oktober 1967 keterkaitan dengan ANO terekam secara implisit.

Berikut Pasal 1 pada Peraturan Dasar tersebut:

 

"Organisasi ini bernama Gerakan Pemuda ANSOR disingkat Pemuda ANSOR, didirikan di Surabaya pada tanggal 14 Desember 1949 sebagai kelanjutan dari 'ANSOR NAHDLATUL ULAMA' yang didirikan pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau tanggal 24 April 1934 M."

 

Meski telah disebut GP Ansor merupakan kelanjutan dari ANO, akan tetapi masih menyebut Surabaya sebagai tempat berdirinya. Banyuwangi belum diakuinya.

 

Namun, jika membaca Peraturan Dasar GP Ansor hasil Kongres X di Ujung Pandang, 1990, sudah ada perubahan yang spesifik. Pasal I ayat 1 menyebut demikian:

 

"Organisasi ini bernama Gerakan Pemuda Ansor, disingkat GP Ansor sebagai kelanjutan dari ANSORU NAHDLATUL ULAMA (ANO) yang didirikan pada 10 Muharram 1353 H atau bertepatan dengan 24 April 1934, di Banyuwangi, Jawa Timur."

 

Perubahan frase "berdiri di Surabaya" menjadi "di Banyuwangi" ini, besar kemungkinan ditetapkan pada Kongres IX yang diadakan di Bandar Lampung, 1985. Cocok dengan cerita tutur.

 

Sayangnya, penulis belum mengetahui bagaimana hasil-hasil Kongres IX tersebut. Kala berkunjung ke Perpustakaan PBNU beberapa waktu lalu, saya belum menemukannya. Mungkin karena waktunya yang relatif singkat.

 

Akan tetapi, ada beberapa keterangan pada dokumen hasil Kongres X ini yang memperkuat indikasi di atas. Dalam laporan pertanggungjawaban Pucuk Pimpinan GP Ansor periode 1985 - 1989 itu, ada beberapa kegiatan yang membuktikannya.

 

Pertama adalah peringatan Harlah ke-55 GP Ansor yang dipusatkan di Magelang pada Juli 1989. Acara tersebut diawali dengan ‘pawai kirab panji-panji Ansor dari kota kelahiran di Banyuwangi hingga ke pusat acara di Magelang’. (lihat halaman 27).

 

Selain itu, juga adanya program penerbitan sejarah GP Ansor. Dalam LPJ ‘bidang penerangan dan dakwah’ poin ‘h’ menyebutkan sebagai berikut:

 

"Menyusun buku sejarah GP Ansor. Percetakan buku ini masih mengalami hambatan teknis, meskipun bahan-bahannya sudah cukup lengkap. Pelaksanaan penulisan dipercayakan kepada salah seorang anggota Pimpinan Wilayah Jawa Timur yang dianggap kompeten”.

 

Maksud dari poin di atas adalah buku yang ditulis oleh Choirul Anam, aktivis Ansor cum sejarawan NU. Melalui penerbitan Majalah NU Aula di Surabaya, pada 1990, Cak Anam -sapaan karibnya- meluncurkan buku berjudul ‘Gerak Langkah Pemuda Ansor: Sebuah Percikan Sejarah Kelahiran’. Dalam buku legendaris tersebut, dituliskan pendirian Ansor bertepatan dengan Muktamar IX NU yang dilaksanakan di Banyuwangi.

 

Dalam bukunya itu, Cak Anam menguraikan peristiwa tersebut terlalu singkat. Hanya berkisar pada usulan di muktamar, sempat mendapat penolakan, lalu disahkan oleh Hofdbestuur Syuriyah. Ada sebenarnya detail tentang itu yang bisa ditelusur. Konstruksi yang lebih lengkap tentang peristiwa penting tersebut. 

 

Ayung Notonegoro, Penggiat Sejarah Pesantren dan NU. Kini Aktif sebagai Kerani di Komunitas Pegon.

 


Editor:

Opini Terbaru