Opini

Pesantren sebagai Lumbung Peradaban

Selasa, 24 Juni 2025 | 19:00 WIB

Pesantren sebagai Lumbung Peradaban

Ilustrasi santri di pondok pesantren. (Foto: Istimewa)

Oleh: Abdul Wasik *)

 

Di tengah gempuran budaya instan yang mengedepankan kecepatan hasil dan prestise gelar akademik, makna pendidikan kerap tereduksi menjadi sekadar formalitas administratif. Banyak keluarga lebih mengutamakan pendidikan umum yang mengutamakan kecerdasan intelektual semata, namun melupakan penguatan moral, spiritual, dan integritas.

 

Dalam situasi seperti ini, pesantren hadir sebagai pilar pendidikan holistik yang menggembleng manusia seutuhnya. Pesantren membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga matang secara spiritual dan berintegritas tinggi.

 

Ironisnya, ada sebagian orang tua yang masih ragu memilih pesantren karena takut anak-anaknya "ketinggalan zaman". Padahal justru pesantrenlah yang menanamkan fondasi kokoh bagi kehidupan mereka di masa depan.

 

Pesan Moral BJ Habibie

Kesadaran akan pentingnya pendidikan pesantren tidak hanya datang dari kalangan ulama, melainkan juga dari tokoh intelektual besar bangsa ini. Salah satu pernyataan yang patut menjadi renungan bersama pernah disampaikan oleh mantan Presiden RI, Prof Dr Ing BJ Habibie. Dalam sebuah wawancara, ia mengakui penyesalan moral karena tidak mengarahkan anak-anaknya untuk menimba ilmu di pesantren.

 

“Saya merasa keliru. Anak-anak saya sekolahkan tinggi-tinggi di luar negeri. Mereka memang pintar. Tapi setelah mereka pulang, mereka tidak menguasai ilmu-ilmu agama secara mendalam. Mereka tak cukup memahami Al-Qur'an dan Hadis. Andai waktu bisa diputar, saya akan memasukkan mereka ke pesantren terlebih dahulu, baru ke perguruan tinggi umum." (BJ Habibie)

 

Pengakuan tokoh sekelas BJ Habibie ini menggambarkan betapa pentingnya keseimbangan antara ilmu dunia dan ilmu akhirat. Intelektualitas yang tidak dibarengi dengan spiritualitas dan integritas rawan kehilangan arah. Pesantren justru menyediakan fondasi nilai yang melandasi pemanfaatan ilmu pengetahuan secara benar dan bermanfaat bagi umat manusia.

 

Kultur Pesantren

Pesantren menawarkan pendidikan berbasis nilai dengan tiga pilar utama. Pertama, Intelektualitas yang Terbimbing. Pesantren mengajarkan ilmu-ilmu keislaman mendalam, sekaligus mengintegrasikan sains, teknologi, bahasa asing, dan kewirausahaan dalam kurikulumnya.

 

Kedua, Spiritualitas yang Mendalam. Santri dibimbing dalam pembinaan ibadah rutin, pembiasaan dzikir, shalat berjamaah, serta pembinaan akhlak hati sehingga tercipta kedamaian batin.

 

Ketiga, Integritas yang Kokoh. Pesantren mendidik santri menjadi pribadi yang jujur, amanah, disiplin, dan tangguh dalam menghadapi godaan dunia modern.

 

Prestasi Santri: Bukti Keunggulan Pesantren

Prestasi santri tidak hanya di ranah keagamaan, melainkan juga di panggung nasional dan internasional. Sebagai contoh, pada 13 Februari 2020, Kementerian Agama RI menggelar program Penguatan Karya Tulis Santri Ma’had Aly, yang menghasilkan 20 Peneliti Muda dari kalangan santri. Mereka mempresentasikan hasil penelitian ilmiah di Yogyakarta, membuktikan bahwa tradisi ilmiah di pesantren terus berkembang.

 

Banyak pula santri yang mendapatkan beasiswa luar negeri di kampus-kampus ternama dunia, misal di Universitas Al-Azhar, Universitas Madinah, bahkan Eropa dan Amerika.

 

Alumni pesantren juga banyak tampil di panggung nasional. Di antaranya KH Ma’ruf Amin (Wakil Presiden RI) dan KH Yahya Cholil Staquf (Ketua Umum PBNU). Di samping itu, sederet alumni pesantren kini menjadi gubernur, bupati, anggota DPR, menteri, akademisi, pengusaha, dan pemimpin strategis di berbagai bidang. Semua ini menjadi bukti bahwa pesantren adalah pusat kaderisasi intelektual sekaligus moral bangsa.

 

Investasi Membentuk Generasi Unggul

Pendidikan pesantren bukanlah jalan pintas. Ia menuntut kesabaran dan kesungguhan. Tetapi hasil akhirnya adalah karakter tangguh yang kokoh secara iman, matang secara akal, serta bersih secara moral. Di pesantren, anak-anak tidak sekadar belajar hidup, tetapi belajar menjalani kehidupan secara benar, bermanfaat, dan penuh tanggung jawab sosial.

 

Jika bangsa ini sungguh-sungguh ingin membangun peradaban unggul, pesantren harus terus mendapat dukungan. Pesantren telah membuktikan dirinya sebagai benteng peradaban yang melahirkan generasi yang berilmu, berakhlak, berintegritas, toleran, serta berdaya saing global.

 

Mari jadikan gerakan "Ayo Mondok" bukan sekadar slogan, melainkan komitmen nasional menuju Indonesia yang beradab, berilmu, dan bermartabat.

 

*) Abdul Wasik, Pengurus RMI NU Jawa Timur dan Dosen Pascasarjana IAI At Taqwa Bondowoso.