Madura

Harlah NU di Pragaan Sumenep Dimeriahkan Lomba Tartil

Jumat, 6 Maret 2020 | 01:19 WIB

Harlah NU di Pragaan Sumenep Dimeriahkan Lomba Tartil

Peserta lomba tartil MWCNU Pragaan Sumenep sedang menunjukkan kemampuan di hadapan juri dan pengunjung. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim
Banyak cara yang dilakukan Nahdliyin atau warga NU untuk membumikan Al-Qur'an di Nusantara. Salah satunya adalah menanamkan sejak dini membaca al-Qur'an dengan metode tartil. 

 

Berangkat dari niat yang tulus, kali ini Jam'iyatul Qurra wal Huffadz Pragaan, Sumenep menggelar lomba tartilul Qur'an dari tingkat MI, MTs dan MA yang dipusatkan di halaman kantor Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan saat malam hari. Kegiatan ini salah satu rentetan acara Pekan Rajabiyah & Hari Lahir ke-97 Nahdlatul Ulama, Rabu (4/3).

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

"Acara ini salah satu media memperkokoh ukhuwah an-Nahdliyah, ukhuwah islamiah dan ukhuwah wathaniyah antarsesama guru beserta muridnya,” kata KH Asnawi. 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Lewat kegiatan ini, para santri dari bebagai pesantren atau madrasah saling bertemu untuk menambah wawasan. Ajang ini sebagai sarana evaluasi hasil pendidikan membaca al-Qur'an di kalangan pelajar yang ada di berbagai lembaga pendidikan Islam.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Menurutnya, secara istilah bahwa tartil bermakna perlahan dan tidak tergesa-gesa. Dengan memperhatikan potongan ayat, permulaan dan kesempurnaan makna, seorang pembaca akan berpikir terhadap apa yang dibaca. 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

“Hakikat dari metode tartil dapat membantu seorang anak memahami al-Qur'an dan mentadabburinya, seperti halnya Nabi Muhammad SAW membaca al-Qur'an dengan tartil seolah-olah menjadi surat yang paling panjang,” ungkapnya.


Pembina Jam'iyatul Qurra' wal Huffadz tersebut menegaskan, lewat kegiatan ini bisa dikatakan sebagai sarana membumikan al-Qur'an di kalangan pelajar.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Hal tersebut sama seperti Rasulullah SAW membaca al-Qur'an secara perlahan dengan tajwid dan makhraj yang jelas serta benar. 

 

“Dengan cara ghaddan, yang artinya segar yang belum berubah, suara beliau menyentuh dan memahami semua hak hurufnya, serta membuat Khalifah Umar menangis serta mengucapkan dua kalimat syahadat,” urainya.

“Sebelum dimulai, juri membacakan syarat dan ketentuan lomba. Seluruh kriteria lomba ini sudah dijelaskan saat technical meeting di aula MWCNU Pragaan,” kata Ustadz Harun Adiyanto.

 

Kontributor: Firdausi
Editor: Syaifullah
 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Terkait