Madura

KH Bahri Abdullah, Menyadarkan Masyarakat di Bangkalan Belajar Agama

Selasa, 14 Januari 2020 | 12:55 WIB

KH Bahri Abdullah, Menyadarkan Masyarakat di Bangkalan Belajar Agama

KH Bahri Abdullah Pengasuh Yayasan Miftahul Mubtadiin Assolihin, Bandung, Konang, Bangkalan. (Foto: NOJ/Subairi)

Bangkalan, NU Online Jatim

Nama aslinya adalah KH Fathurrosi Abdullah, dan kini lebih akrab dengan nama KH Bahri Abdullah yang terlahir di pelosok Desa Bandung Barat, Konang, Bangkalan, 1 Juli 1967. Dalam dirinya mengalir darah biru karena berasal dari lingkungan keluarga kiai, yakni ayahnya KH Abdullah Soleh dan cucu dari KH Soleh.

 

KH Bahri Abdullah pertama kali menggali ilmu agama dari sang ayah di rumahnya sendiri.  Saat itu kediamannya masih terbuat dari bambu yang sangat sederhana, kemudian lanjut sekolah di Pondok Pesantren Ulul Albab Nung-gunung, Bates, Blega pada tahun 1977 yang diasuh KH Syarqowi Baihaqi.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Di sanalah KH Bahri Abdullah kecil memperdalam ilmu agamanya selama 8 tahun, lalu pindah ke Pondok Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo pada 1985 yang diasuh KH Mujib Abbas.
Namun menginjak kelas 3 tsanawiyah harus berhenti mondok karena sang ayah memberikan tiga pilihan antara tetap mondok, berangkat ke Makah dan Madinah atau menikah.

 

Akhirnya  yang dipilih adalah berhenti mondok dan berangkat ke Tanah Suci bersama ibunda tercinta. Dan ketika pulang, berniat untuk kembali ke Pesantren Al-Khoziny akan tetapi tidak diizinkan oleh grurunya. Malah diperintah ke tanah kelahirannya untuk mendirikan madrasah menggantikan sang ayah. KH Abdullah Soleh adalah sosok kiai yang menjadi panutan masyarakat Desa Bandung Barat. Hal itu dibuktikan dengan seringnya diundang acara pernikahan maupun haflatul ikhtibar untuk memberi tausiyah kepada masyarakat.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Pada saat yang sama, dirinya menyelipkan  pesan untuk semangat menyekolahkan anaknya ke madrasah. Apalagi kebanyakan masyarakat saat itu masih demikian awam terhadap ilmu agama.

 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Madrasah Rujukan

 

Sejak berdirinya Madrasah Miftahul Mubtadiin Assolihin, santri berbondong-bondong masuk ke madrasah tersebut. Rupanya nasihat yang kerap disampaikan di banyak kesempatan dapat membekas pada diri masyarakat sehingga berkenan untuk mengirim anaknya menimba ilmu agama di madrasah tersebut.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Yang juga menjadi nilai lebih dari pesantren ini tentu saja adalah sosok KH Bahri Abdullah, sehingga masyarakat rela untuk mengirimkan anaknya belajar di madrasah sekaligus ngamrih berkah.

 

Seiring dengan perkembangan waktu dan kian percayanya masyarakat terhadap madrasah, KH Bahri Abdullah akhirnya mengambil guru tugas atau guru bantu. Sejumlah pesantren dihubungi demi mendapatkan ustadz terpilih di antaranya Pondok Pesantren Kajuk, Sampang, Lan-bulan, termasuk Bata-bata Pamekasan. 

 

Madrasah yang bertempat di Desa Bandung, Konang, Bangkalan tersebut berada di jalan KH Moh Syarim Krasaan ini telah berusia 32 tahun. Lembaga yang sederhana mulai dari tempat yang tanpa semen atau keramik, kini terlihat megah dan mewisuda santriwan dan santriwati. 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Penulis: Subairi

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Terkait