Madura

Peserta Makesta di Sumenep Diingatkan sebagai Penerus NU Masa Depan

Jumat, 28 Februari 2020 | 16:28 WIB

Peserta Makesta di Sumenep Diingatkan sebagai Penerus NU Masa Depan

Pembukaan Makesta PR IPNU-IPPNU Aeng Panas, Pragaan Sumenep. (Foto: NOJ/Ainul Yaqin)

Sumenep, NU Online Jatim
Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) serta Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Aeng Panas, Pragaan, Sumenep mengadakan Masa Kesetiaan Anggota atau Makesta. Acara dipusatkan di LPI Annajah Allailiyah pada Jumat (28/2).

 

Jalaluddin selaku Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU Pragaan merasa bangga karena di bawah tanggung jawabnya, dalam 3 bulan terakhir telah melaksanakan Makesta hingga dua kali. Sebelumnya kegiatan dilaksanakan di Pondok Pesantren Ali Imron.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Ia mengatakan, pengkaderan harus terus dilakukan mengingat banyaknya tantangan media sosial yang semakin menyeret kaum milenial akan pola pikir apatis.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

"Generasi yang diinginkan oleh kami adalah sosok santri yang tetap sami'na wa atha'na terhadap gurunya demi tegaknya agama Islam rahmatan lil'alamin sebagaimana diperjuangkan oleh para muassis Nahdlatul Ulama,” katanya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Materi Makesta pada hari pertama membahas ideologi negara Indonesia yang disampaikan Achmad Zubairi Karim. 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Dia secara panjang lebar menjelaskan empat pilar kebangsaan yang dibangun pendiri bangsa khususnya para petinggi NU. Empat pilar tersebut disingkat menjadi PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945).

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Pada kesempatan tersebut Zubairi membeberkan peran para pendekar keilmuan NU saat itu, KH Ahmad Shiddiq, KH As'ad Syamsul Arifin serta KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sewaktu Muktamar ke-27 NU di Situbondo pada 1984. 

 

"Pengusul diterimanya asas tunggal Pancasila itu Gus Dur dengan legitimatornya KH Ahmad Shiddiq dan KH As'ad Syamsul Arifin," jelasnya.

 

Menurutnya, Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara Republik Indonesia bukanlah agama, tidak dalam posisi mau menggantikan agama dan tidak dapat dipergunakan untuk menggantikan kedudukan agama. 

 

“Pancasila hanya wadah cara pandang hidup berbangsa agar warganya dapat menjalankan perintah agama sesuai keyakinan agamanya masing masing," jelasnya di hadapan puluhan peserta.

 

Dirinya menjelaskan pula bahwa hasil penting dalam Muktamar tersebut adalah kembalinya NU ke Khittah 1926 dan penerimaan terhadap Pancasila sebagai asas tunggal.

 

Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan, KH Ahmad Junaidi Muarif yang turut hadir dalam kesempatan tersebut juga berpesan bahwa suatu saat Nahdlatul Ulama akan sampai di tangan para pelajar.

 

“Maka jangan sampai kaderisasi perjuangan ini terputus hanya karena keegoisan dan kepentingan pribadi. Teruslah berada di jalan tengah sebagaimana yang dicita-citakan ulama terdahulu,” katanya sambil membuka acara.

 

Makesta kali ini diikuti 39 peserta putra dan putri dari satu ranting Desa Aeng Panas dan akan berlangsung hingga Sabtu (29/2). 

 

Kontributor: Ainul Yaqin
Editor: Syaifullah
 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Terkait