Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network

Rehat

Ziarah Kubur, di Antara Amalan yang Disarankan Jelang Ramadhan

Ziarah kubur adalah di antara amalan yang disarankan jelang Ramadhan. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)

Sya’ban sudah ada di ujung bulan. Dengan demikian, umat Islam dan warga Nahdlatul Ulama atau Nahdliyin akan segera memasuki bulan Ramadhan. Nah, ada sejumlah amalan yang disarankan ketika berada di ujung bulan Sya’ban dan memasuki gerbang Ramadhan.


Kala memasuki bulan Ramdhan, tidak hanya harga sembilan bahan pokok atau sembako yang secara perlahan tapi pasti mulai beranjak naik, tetapi juga semangat beribadah semua orang dari anak-anak hingga kakek nenek pun semakin bertambah. Bahkan masjid dan mushala mulai berbenah diri untuk menyambut, tarawih, tadarus dan buka bersama.


Dan perlu diketahui, ada sejumlah amalan yang disarankan dalam rangka menyambut bulan Ramadhan.

1. Menyambut dengan lapang hati (ikhlas) dan gembira.

Karena hal itu dapat menjauhkan diri dari api neraka. Sebuah hadits yang termaktub dalam kitab Durratun Nasihin menjelaskan: 


 مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ

 

Artinya: Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.

 

Begitu mulianya bulan Ramadhan sehingga untuk menyambutnya saja, Allah telah menggaransi selamat dari api neraka. Oleh karena itu wajar jika para ulama salaf terdahulu selalu mengucapkan doa: 


 اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ

 

Artinya: Ya Allah berikanlah keberkahan di bullan Rajab dan Sya'ban, serta sampaikan ke bulan Ramadhan.

 

Sampai kepada Ramadhan adalah kebahagiaan yang luar biasa, karena hanya di bulan itu mereka bisa mendapatkan nikmat dan karunia Allah yang tidak terkira. Tidak mengherankan jika kemudian Nabi SAW dan para sahabat menyambut Ramadhan dengan senyum dan tahmid, dan melepas kepergian Ramadhan dengan tangis.

 

2. Berziarah ke makam orang tua

Kala ziarah tersebut, kita mengirim doa untuk para ahli kubur. Dan sebagian daerah, tradisi ini dikenal dengan istilah kirim dongo poso. Yaitu mengirim doa untuk para leluhur dan sekaligus bertawassul kepada mereka semoga diberi keselamatan dan berkah dalam menjalankan puasa selama sebulan mendatang.


Tawassul dalam berdoa merupakan anjuran dalam Islam. Sebagaimana termaktub dalam surat Al-Maidah ayat 35 sebagai berikut: 


 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

 

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS Al-Maidah: 35).

 

Diriwayatkan pula dari sahabat Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah Muhammad SAW ketika menguburkan Fatimah binti Asad, ibu dari sahabat Ali bin Abi Thalib, beliau berdoa: 


  اَللَّهُمَّ بٍحَقٍّيْ وَحَقِّ الأنْبٍيَاءِ مِنْ قَبْلِيْ اغْفِرْلأُمِّيْ بَعْدَ أُمِّيْ

 

Artinya: Ya Allah dengan hakku dan hak-hak para nabi sebelumku, ampunilah dosa ibuku setelah Engkau ampuni ibu kandungku. (HRThabrani, Abu Naim, dan al-Haitsami) dan lain-lain.

 

3. Saling memaafkan

Mengingat Ramadhan adalah bulan suci, maka tradisi bersuci pun menjadi sangat sesuai ketika menghadapi bulan Ramadhan. Baik bersuci secara lahir seperti membersihkan rumah dan pekarangannya dan mengecat kembali mushala, maupun bersuci secara batin yang biasanya diwujudkan dengan saling memaafkan antarsesama umat muslim. Terutama keluarga, tetangga dan kawan-kawan.


Hal ini sesuai dengan anjuran Islam dalam surat Al-Baqarah ayat 178 sebagai berikut;

 

  ...فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ  

 

Artinya: Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (dia) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.(QS. 2:178)

 

Menurut sebuah hadis shahih, Nabi Muhammad SAW pernah menganjurkan agar siapa yang mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain, baik menyangkut kehormatan atau apa saja, segera menyelesaikannya di dunia ini, sehingga tanggung jawab itu menjadi bebas (bisa dengan menebus atau meminta halal, maupun meminta maaf).

 

Sebab nanti di akhirat sudah tidak ada lagi uang untuk tebus menebus. Orang yang mempunyai tanggungan dan belum meminta halal ketika dunia, kelak akan diperhitungkan dengan amalnya: apabila dia punya amal salih, dari amal salihnya itulah tanggungannya akan ditebus. Bila tidak memiliki, maka dosa atas orang yang disalahinya akan ditimpakan kepadanya, dengan ukuran tanggungannya. (Lihat: Jawahir al-Bukhari, halaman: 275, hadis nomor: 353 dan Shahih Muslim, juz II, halaman: 430).

 

Artikel diambil dariAmalan Menyambut Ramadhan

 

Dengan kata lain, jika seseorang ingin bebas dari kesalahan sesama manusia, hendaklah meminta maaf kepada yang bersangkutan. Begitu pula jika seseorang menginginkan kesucian diri guna menyambut bulan yang suci, maka hendaklah saling memaafkan. Wallahu a'lam.

Syaifullah
Editor: A Habiburrahman

Artikel Terkait