IPPNU Serukan Literasi Digital Berbasis Etika dan Empati di Forum ICCS 2025
Jumat, 27 Juni 2025 | 18:30 WIB
Surabaya, NU Online Jatim
Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) menekankan pentingnya penguatan literasi digital guna meningkatkan kesadaran dan pemahaman generasi muda, khususnya pelajar, dalam bermedia sosial secara bijak.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Nurul Afifah Marwatin, Ketua Bidang Hubungan Masyarakat dan Luar Negeri PP IPPNU, dalam forum International Conference on Cohesive Societies (ICCS) 2025 yang diselenggarakan di Raffles City Convention Centre, Bras Basah, Singapura, pada 24–26 Juni 2025.
Nurul menyoroti kompleksitas media sosial yang kini bagaikan pisau bermata dua: memberi kemudahan dalam berbagi informasi dan berekspresi, tetapi juga membuka ruang bagi penyebaran ujaran kebencian, pelanggaran privasi, dan hilangnya batas etika dalam komunikasi digital.
Menurutnya, kondisi ini menjadi paradoks serius, terutama bagi generasi muda yang sedang dalam proses pembentukan jati diri. Sebagai organisasi pelajar putri dan santri, IPPNU melihat secara langsung dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja, termasuk tekanan sosial, perundungan daring, dan kekerasan verbal.
Untuk itu, IPPNU mendorong literasi digital yang menyeluruh—tidak hanya berfokus pada kemampuan teknis, tetapi juga pada pembentukan sikap etis, empati, serta tanggung jawab dalam berinteraksi secara daring.
Hal ini dilatari kompleksitas media sosial di era digital saat ini yang kian menyerupai dua mata pisau. Di satu sisi, media sosial memberikan manfaat besar melalui kemudahan akses informasi, ruang ekspresi, dan konektivitas tanpa batas. Namun di sisi lain, ia juga membuka celah bagi maraknya ujaran kebencian, pelanggaran privasi, dan pergeseran batas-batas etika dalam interaksi digital.
"Fenomena ini menciptakan paradoks yang nyata di tengah masyarakat, terutama bagi kelompok muda yang tengah membentuk identitas dan kepribadiannya," ujarnya.
IPPNU sebagai organisasi pelajar dan santri berbasis perempuan merasa penting untuk menyuarakan isu ini. Dengan basis anggota yang mayoritas berada di rentang usia remaja hingga dewasa awal, IPPNU melihat langsung bagaimana media sosial dapat menjadi sarana bullying, tekanan sosial, dan kekerasan verbal yang mengganggu kesehatan mental serta berdampak jangka panjang terhadap masa depan pelajar.
Oleh karena itu, IPPNU mendorong pentingnya literasi digital yang tidak hanya fokus pada kemampuan teknis, tetapi juga pada penanaman nilai-nilai etika, empati, dan tanggung jawab dalam berinteraksi di ruang digital.
"Ini adalah bagian dari komitmen IPPNU untuk menciptakan ruang digital yang lebih sehat, aman, dan memberdayakan bagi generasi muda Indonesia," ujarnya.
PP IPPNU, lanjutnya, meyakini bahwa menciptakan ruang digital yang aman membutuhkan kerja-kerja dari semua elemen masyarakat atau kelompok kepentingan.
Sebagai informasi, forum ini merupakan pertemuan tingkat global yang dihadiri oleh lebih dari 1100 delegasi yang berasal dari 50 negara yang membahas tentang masyarakat yang kohesif menuju ketahanan masa depan.
Forum ini dihadiri dari berbagai unsur kelompok kepentingan seperti pemimpin organisasi kemasyarakatan atau masyarakat sipil, akademisi, agamawan, dan pemangku kebijakan dari berbagai negara.
Mewakili PP IPPNU, Afifah berperan aktif dalam sejumlah sesi penting, seperti berbagi perspektif mengenai Moderasi Percakapan di Media Sosial; sesi khusus tentang Pengembangan Sebuah Ekosistem Digital Tangguh di Masyarakat Multikultural: dan Cerita-Cerita yang Menginspirasi Inklusi Multikultur dan Tujuan Bersama.
Terpopuler
1
Lafal Doa Akhir dan Awal Tahun dalam Kitab Kanzun Najah was Surur
2
Anjuran Minum Susu Putih di 1 Muharram, Ini Doa dan Maknanya
3
Khutbah Jumat: 2 Amalan yang Sangat Dianjurkan di Bulan Muharram
4
Memasuki Bulan Muharram, Ini 12 Amalan yang Hendaknya Dilaksanakan
5
Dalil dan Keutamaan Membaca Doa Akhir dan Awal Tahun
6
Khutbah Jumat: Menjadikan Muharram Pemacu Ibadah dan Laku Baik
Terkini
Lihat Semua