• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Khutbah

Khutbah Jumat Bulan Rajab: Waspadai Tahun Politik dan Jaga Kualitas Shalat

Khutbah Jumat Bulan Rajab: Waspadai Tahun Politik dan Jaga Kualitas Shalat
Waspada saat berada di tahun politik, apalagi tengah berada di bulan Rajab. (Foto: NOJ/ISt)
Waspada saat berada di tahun politik, apalagi tengah berada di bulan Rajab. (Foto: NOJ/ISt)

Hal yang mendesak untuk diingatkan kepada warga bangsa adalah bahwa saat ini tengah berada di tahun politik. Semangat bulan Rajab hendaknya mengingatkan semua kalangan untuk waspada dan menahan diri dari tindakan merugikan baik kepada diri dan kalangan lain. 

Rajab juga kembali mengingatkan umat Islam akan perintah shalat. Karena ibadah tersebut adalah tiang agama yang tentu saja akan sangat menentukan tegak maupun robohnya bangunan keislaman seseorang. Demikian penting dan bermaknanya ibadah shalat, maka rukun Islam kedua ini menjadi amal pertama yang akan dihisab kelak di akhirat.

Garansi kebaikan seorang muslim juga dapat antara lain dilihat dari bagaimana melaksanakan ibadah shalat. Lantaran salah satu fungsi shalat adalah mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Oleh sebab itu, momentum bulan Rajab ini menjadi kesempatan penting dalam mengevaluasi kualitas shalat yang dikerjakan selama ini.

Materi khutbah Jumat ini menjadi pilihan untuk disebar dan dibagikan kepada kalangan lain sebagai sarana menambah kebaikan. Semoga bermanfaat. (Redaksi)

 

Khutbah I

 

   اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ فَضَّلَنَا بِشَهْرِ رَجَبَ، وَهُوَ الَّذِيْ اصْطَفَى نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا ﷺ الْمُجْتَبَى الْمُؤَيَّد


اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمَ وَبَارِكْ وَتَرَحَّمْ وَتَحَنَّنْ عَلَى مَنْ بِهِ تُرْجَى شَفَاعَتُهُ يَوْمَ الْمَآبِ


أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعِبَادِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى سَائِرِ الْأَعَاجِمِ وَالْعَرَب


أما بعد  فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْنِىْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

 

Jamaah Jumat yang Berbahagia

Mengawali pesan di atas mimbar yang mulia ini, saya berwasiat kepada diri pribadi, juga kepada hadirin sekalian, marilah tingkatkan takwa kepada Allah dengan cara berusaha semampu mungkin menjalankan aneka perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Karena dengan ikhtiar tersebut, maka keberadaan kita di dunia akan semakin bermakna tidak saja kepada diri pribadi, juga keluarga, lingkungan maupun dalam skala yang lebih luas yakni kehidupan bangsa dan negara.


Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT

Saat ini kita telah memasuki bulan Rajab. Salah satu dari empat bulan yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Taala. Keempat yang dimuliakan tersebut adalah bulan Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram.   


Firman Allah Subhanahu Wa Taala menyebutkan sebagai berikut: 


    إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

 

Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS At-Taubah: 36)  

 

Hadirin yang Mulia

Ayat di atas menjelaskan tentang kemuliaan empat bulan dibanding bulan lain dalam setahun. Apakah mungkin Allah yang menciptakan semua bulan itu sendiri, tapi ada yang lebih mulia daripada bulan yang lain? Jawabnya mungkin-mungkin saja. Kita bisa melihat, ada hari-hari dalam sepekan, namun dibandingkan yang lain, hari Jumat merupakan hari paling mulia. Ada bulan-bulan dalam setahun, Ramadhan yang paling mulia, di situ orang-orang diwajibkan berpuasa. Hari Arafah lebih mulia daripada hari-hari lain dalam setahun, malam lailatul qadar lebih utama daripada malam-malam lain, dan Nabi Muhammad lebih utama daripada semua makhluk. Dan seterusnya.   


Artinya, meskipun masing-masing diberi kemuliaan oleh Allah Subhanahu Wa Taala, atas kehendak-Nya, Allah membuat kemuliaan antara yang satu lebih tinggi dari yang lainnya karena memang kehendak Allah demikian. Termasuk bulan Rajab beserta tiga bulan lainnya, Allah lebih memuliakan dibandingkan bulan lain.   


Di bulan ini orang-orang dilarang melakukan peperangan dan mengangkat senjata. Jadi siapa pun merasa aman. Bahkan para pakar fiqih memperberat sanksi diyat bagi siapapun yang membunuh seseorang pada bulan-bulan ini dengan hukuman yang lebih berat.   


Al-Imam Fakhruddin ar-Razi dalam tafsirnya menjelaskan tentang empat bulan yang dimuliakan tersebut dengan kalimat berikut: 


   وَمَعْنَى الْحُرُمِ: أَنَّ الْمَعْصِيَةَ فِيهَا أَشَدُّ عِقَابًا، وَالطَّاعَةَ فِيهَا أَكْثَرُ ثَوَابًا


Artinya: Yang dimaksudkan dengan bulan-bulan yang dimuliakan di sini, sesungguhnya maksiat dalam bulan ini siksanya lebih berat. Jika menjalankan ketaatan, pahalanya dilipatgandakan. (Tafsir Ar-Râzi)  


Pada bulan Rajab ini perlu menjadi pengingat supaya kita membersihkan diri dari kotoran-kotoran maksiat. Mari hentikan caci maki, menyebar kabar bohong, hoaks, fitnah menggunjing sesama warga negara dan bentuk perilaku-perilaku yang tidak pantas dilakukan oleh seorang Muslim. Ingatlah, dosanya dilipatgandakan. Kita perlu waspada, perilaku dosa di bulan ini tidak main-main. Apalagi di tahun politik ini. Kita perlu ingat, bahwa ini momen demokrasi biasa saja. Momentum lima tahunan yang berulang seperti biasanya. Kalau perang yang jelas-jelas membela agama Islam di masa Rasulullah saja disuruh berhenti karena menghormati bulan mulia, apalagi caci maki membela calon presiden dan wakil hingga calon wakil rakyat tertentu, memang seharusnya untuk dihentikan sekarang juga. Tidak usah menunggu besok-besok. Ini bukan perang yang sesungguhnya.  


Berpartisipasi di alam demokrasi ini memang perlu, namun jangan sampai lupa diri bahwa kita adalah manusia yang juga harus menghormati manusia lain. Apalagi di bulan mulia. Mari kita mulai konsentrasi memikirkan akhirat kita yang abadi, menyambut bulan Ramadhan yang suci tinggal sebentar lagi.   


Al-Imam Dzun Nûn al-Mishriy mengatakan: 


    رَجَبٌ شَهْرُ الزَّرْعِ، وَشَعْبَانُ شَهْرُ السَّقْيِ، وَرَمَضَانُ شَهْرُ الْحَصَادِ

 

Artinya: Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyiram, sedangkan Ramadhan adalah bulan menuai. 


 وَكُلٌّ يَحْصُدُ مَا زَرَعَ، فَمَنْ ضَيَّعَ الزِّرَاعَةَ نَدِمَ يَوْمَ الْحَصَادِ

 

Artinya: Setiap orang akan mengunduh atas apa yang ia tanam. Barangsiapa yang tidak merawat tanamannya, ia akan menyesal saat musim panen.   

 

Hadirin Hafidhakumullah  

Pada bulan Rajab sebagai bulan menanam ini, jangan sampai kita bercocok tanam keburukan. Minimal, jika kita tidak bisa menanam dengan membantu atau membuat orang lain tersenyum, setidaknya jangan sampai merugikan orang lain. Jangan sakiti siapapun. Mari kita mulai dari bulan Rajab yang mulia ini.   

 Dan menurut mayoritas ulama, termasuk di antaranya adalah Imam Nawawi dalam kitabnya Ar-Raudhah menyatakan pada malam tanggal 27 Rajab, dahulu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam diisra’kan atau dititahkan oleh Allah melaksanakan perjalanan malam dari Baitul Haram, Makkah menuju Baitul Maqdis, Palestina.   


Setelah itu, Baginda Rasul dinaikkan dari Baitul Maqdis, Palestina menuju Sidratil Muntaha dengan ditemani malaikat Jibril. Singkat cerita, di situlah Nabi Muhammad mendapatkan mandat shalat lima waktu yang diwajibkan kepada semua umat Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. 


Hadirin yang Mulia

Dengan momentum Isra’ Mi’raj ini, marilah mengingat kembali betapa kita dimuliakan oleh Allah, yakni sewaktu-waktu minimal dipanggil menghadap kepada Allah dalam sehari semalam. Kita diperbolehkan bahkan diwajibkan menghadap penguasa alam semesta sebanyak minimal lima kali. Orang biasa yang ingin bertemu menteri tentu tidak mudah. Bisa jadi waktu yang dibutuhkan sampai sepekan baru bisa bertemu. Apalagi presiden, mungkin bisa sampai sebulan baru dapat berjumpa. Ini kita disuruh menghadap kepada presidennya presiden dalam sehari semalam selalu dipersilakan “open house”. Bukankah ini sebuah penghormatan dari penguasa jagat raya? Anehnya, atas penghormatan itu, banyak orang yang tidak dapat memanfaatkan kesempatan dengan sebaik mungkin. Ada yang belum mau shalat, atau mau shalat tapi masih bolong-bolong, naudzu billah, allahu yahdina, amin ya rabbal alamin.   


Melalui mimbar khutbah ini kami mengajak, marilah bersama menata shalat. Yang belum jamaah rutin di masjid, jika ada panggilan azan, panggilan menghadap kepada-Nya, mari gumregah, cepat-cepat mendatangi panggilan-Nya. Orang yang ingin doanya terkabul, hendaknya jika Allah memanggil segera mengabulkan undangan Allah yang berupa shalat. Dengan shalat di awal waktunya insyaAllah doa-doa akan mudah diijabah oleh Allah.   

 

Jamaah yang Dimuliakan Allah SWT


Shalat merupakan ibadah yang paling utama. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah ditanya: 


   اَيُّ الْعَمَلِ اَفْضَلُ؟


Artinya: Kegiatan apa yang paling utama, Ya Rasul?  

 

Kemudian Rasul menjawab: 


   اَلصَّلاَةُ لِاَوَّلِ وَقْتِهَا

Artinya: Shalat di awal waktunya.   


Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT

Sangat banyak hadits yang menyebutkan keutamaan tentang shalat. Di antaranya adalah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berikut ini: 


     إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَاِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ. .... الحديث

 

Artinya: Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada diri seorang hamba pada hari kiamat dari amalnya adalah shalat. Jika shalatnya baik, sungguh ia beruntung dan sukses. Jika rusak shalatnya sungguh ia menjadi orang yang merugi. (HR Abu Dawud, An-Nasai dan At-Tirmidziy).   

 

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Yang perlu menjadi catatan adalah, bahwa shalat tidak dapat berdiri sendiri. Ia harus dilengkapi syarat, rukun. Wudlunya harus sesuai aturan, mandinya bagaimana, bacaan Fatihah-nya bagaimana, ini yang perlu kita introspeksi pada diri masing-masing. Sudah sesuai aturan syara’ atau belum? Kalau belum, jangan sungkan-sungkan mendatangi kiai atau ustadz untuk belajar. Carilah guru yang benar-benar bisa membimbing kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jangan cari ustadz yang justru menjauhkan kepada-Nya.   


Semoga kita dan keluarga kita senantiasa diberi pertolongan oleh Allah subhanahu wa taala agar diberi pertolongan menjadi orang baik, mudah melaksanakan shalat dan amal-amal baik yang lain, amin ya rabbal alamin.

 

   بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣) ـ  وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ

 

Khutbah II

 

   اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ


وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا


 أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


 اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزِّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ


عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

Ustadz Ahmad Mundzir, pengajar di Pesantren Raudhatul Quran an-Nasimiyyah, Semarang, Jawa Tengah.

 


Editor:

Khutbah Terbaru