Khutbah Jumat: Kejujuran dan Integritas sebagai Muslim Sejati
Rabu, 27 Agustus 2025 | 16:00 WIB
Sutrisno Akbar
Kontributor
Naskah Khutbah Jumat ini menjelaskan tentang pentingnya seorang muslim sejati memiliki sifat jujur dan berintegritas. Dua hal ini berkaitan erat dengan ketakwaan, baik kepada Allah SWT ataupun makhlukNya.
Dalam Islam, kejujuran menempati posisi yang paling istimewa. Seorang muslim dianggap cacat kemuslimannya manakala ia tidak bisa berperilaku jujur. Integritas seorang muslim tergantung kejujurannya.
Silakan naskah Khutbah Jumat ini dibagi dan digandakan sebagai sarana saling mengingatkan dalam kebaikan. Semoga bermanfaat. (Redaksi)
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰه، اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰه، أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰه، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
. وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيمْ
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Dengan penuh kesadaran, marilah kita sanjungkan rasa syukur kita kehadirat Ilahi Rabbi, yang senantiasa telah melimpahkan segala kenikmatan, kesehatan, kesempatan, dan keselamatan yang tiada terhingga. Sungguh jika hari ini kita masih memiliki mata yang bisa kita gunakan untuk melihat, telinga yang bisa kita gunakan untuk mendengar, mulut yang bisa digunakan untuk berbicara dan hati yang bisa kita gunakan untuk merasakan, semua itu adalah wujud ujian Allah SWT kepada kita. Ujian yang dapat mengukur seberapa besar syukur kita kepadaNya.
Dalam Surat Ar Rahman ayat 13 yang diulang 31x, فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ Allah mengingatkan manusia dengan kalimat yang sama, dengan jumlah huruf yang sama, agar manusia mudah mengingatnya dan pandai bersyukur. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?
Hadirin rahimakumullah,
Melalui mimbar yang mulia ini izinkanlah khatib berpesan dengan pesan yang wajib disampaikan, yaitu marilah kita bersama-sama berusaha dan berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya takwa kepadaNya. Yaitu berusaha untuk menjalanakan segala perintahNya, baik perintah untuk beribadah kepadaNya maupun perintah untuk melaksanakan amanah di muka bumi ini sebagai khalifah. Serta berusaha untuk menjauhi dan menghindari segala laranganNya, baik larangan untuk berbuat maksiat kepada-Nya maupun larangan untuk berbuat dzalim kepada seluruh makhluk-makhluknya yang ada dimuka bumi ini.
Hal ini sebagaimana dalam surat Ali Imran ayat 102 berikut:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Di antara bentuk ketakwaan adalah menghiasi diri dengan kejujuran. Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
Artinya: “Hai orang2 yg beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab: 70)
Kejujuran dalam bahasa Arab disebut as-Shidqu yang berarti menyampaikan sesuatu, baik dengan perkataan maupun perbuatan yang sesuai dengan kenyataan. Kejujuran sangat dijunjung tinggi oleh seluruh umat dan segala bangsa. Manusia sebagai makhluk yang pandai berkata-kata, akan dinilai kualitas kemanusiaannya berdasarkan tingkat kejujurannya.
Dalam bahasa sekarang dikenal dengan istilah integritas, yang bermakna di antaranya konsistensinya, kesesuaiannya antara perkataan dan perbuatan. Syarat menjadi pemimpin adalah harus mempunyai integritas tersebut. Tidak ada kepemimpinan tanpa integritas dan tidak ada integritas tanpa adanya kejujuran. Dan kita semua ini adalah pemimpin, baik pemimpin bagi diri kita sendiri maupun pemimpin bagi keluarga kita, saudara-saudara kita, tetangga dan masyarakat pada umumnya. Maka kejujuran dan integritas harus menjadi ciri khas utama kita sebagai pribadi muslim yang sesungguhnya.
Hadirin rahimakumullah,
Dalam Islam, kejujuran menempati posisi yang paling istimewa. Seorang muslim dianggap cacat kemuslimannya manakala ia tidak bisa berperilaku jujur. Integritas seorang muslim tergantung kejujurannya. Hal ini dikarenakan Islam adalah agama dari Allah SWT yang Maha Jujur. Allah sebagai pencipta segalanya, yang menurunkan kitab suci Al-Qur’an, menyatakan bahwa Dialah yang paling jujur dengan firmannya dalam surat An-Nisa ayat 122:
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًۭا ۖ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقًّۭا ۚ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ قِيلًۭا
Artinya: "Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah SWT?" (QS. An-Nisa: 122)
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Ketika Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul untuk umat manusia, maka sudah bisa dipastikan bahwa merekalah orang-orang yang paling jujur di zamannya. Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi yang terakhir bahkan dikenal sebagai orang yang paling jujur dan dijuluki dengan sebutan Al-Amin (yang dapat dipercaya). Maka jauh sebelum ia diangkat sebagai Nabi dan Rasul, integritas dan kejujuran sudah menyatu dalam kepribadian Rasulullah.
Diharapkan, umat Islam sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW adalah orang-orang yang selalu jujur, baik dalam berkata-kata maupun bertingkah laku. Tunjukkanlah bahwa umat Nabi Muhammad SAW adalah orang-orang yang berintegritas. Dan Allah murka dengan orang-orang munafik karena mereka tidak jujur. Apa yang mereka tampakkan tidak sama dengan apa yanag mereka sembunyikan di hati mereka.
Karena pentingnya kejujuran tersebut, maka tidak salah ketika Allah SWT menempatkan orang-orang yang jujur dan benar sebagai orang yang menempati perigkat kedua dari orang-orang yang mendapat nikmat setelah para Nabi. Setelah itu, tempat ketiga dan keempat diisi oleh para syuhada (orang yang mati syahid) dan orang-orang saleh (shalihin). Mengenai hal ini, Allah SWT berfirman:
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا
Artinya: “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman-teman yang sebaik-baiknya” (QS. An-Nisa’: 69)
Hadirin rahimakumullah,
Dalam kehidupan sosial kita sehari-hari, kita bisa melihat betapa hati manusia sangat terpaut kepada orang-orang yang jujur, meskipun strata sosial mereka dipandang rendah. Sebaliknya, hati manusia menolak kepada orang-orang yang dikenal tidak jujur, meskipun strata sosial mereka dipandang tinggi. Karena secara fitrah kita hanya condong kepada orang-orang yang berintegritas.
Dalam kehidupan politik juga demikian. Rakyat akan cinta kepada pemimpin yang jujur dan akan membenci pemimpin pendusta. Sungguh sudah menjadi fitrah manusia, cinta kepada kejujuran dan benci kepada kedustaan. Bahkan, setiap bayi sebenarnya dilahirkan dalam keadaan fitrah, termasuk fitrah kejujuran di dalamnya. Namun, karena pengaruh keluarga, teman, tetangga dan masyarakat atau lingkungan di sekitarnya yang “tidak baik”, maka si anak mulai belajar bagaimana cara berbohong. Ketika beranjak remaja dan dewasa, ia akan semakin lihai berbohong. Hal ini semakin parah ketika si anak tersebut menjadi pejabat publik atau panutan di masyarakat. Bisa jadi, kebohongannya menjadi contoh kepada yang lain bagaimana cara berbohong sekaligus cara menutupi kebohongan itu dengan sangat cerdas dan culas. Na’udzubillah tsumma na’udzubillah.
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Sekarang pertanyaannya, kini adakah kejujuran itu pada diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, pemimpin kita? Jika iya, maka kita patut bersyukur kepada Allah SWT. Namun, bila tidak, maka hanya kepada Allah-lah kita meminta dan memohon pertolongan.
Demikian khutbah yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan kita senantiasa selalu diberi petunjuk dan hidayah oleh Allah SWT agar mampu menjadi pribadi yang jujur dan berintegritas, khususnya dalam berinteraksi dan bergaul di tengah masyarakat. Aamiin.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah II
الحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقٌوْنَ قال الله تعالى إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚيَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين
*) Sutrisno Akbar, guru madrasah sekaligus pengurus LTNNU Sidoarjo dan Sekretaris LAZISNU MWCNU Krembung.
Terpopuler
1
Menata Ulang Relasi Kiai dan Santri Ndalem
2
Mengenal Kudapan Jalabiya, Jajanan Tradisional Kue Manis Khas Dungkek Madura
3
KH Anwar Iskandar Raih Bintang Mahaputera Pratama dari Presiden Prabowo
4
Presiden Prabowo Anugerahkan Bintang Mahaputra untuk KH Miftachul Akhyar dan Sejumlah Tokoh NU
5
Menelusuri Ajaran Al-Qur'an dalam Pancasila
6
UNU Blitar Meriahkan BEN Carnival 2025, Tampilkan Tari Moyo
Terkini
Lihat Semua