• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Madura

Lakpesdam Pragaan Sumenep Hadirkan Penulis Buku Menjerat Gus Dur

Lakpesdam Pragaan Sumenep Hadirkan Penulis Buku Menjerat Gus Dur
Virdika Rizky Utama penulis buku Menjerat Gus Dur usai bedah buku di kantor MWCNU Pragaan, Sumenep. (Foto: NOJ/Firdausi)
Virdika Rizky Utama penulis buku Menjerat Gus Dur usai bedah buku di kantor MWCNU Pragaan, Sumenep. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim
Munculnya buku karangan Virdika Rizky Utama ‘Menjerat Gus Dur’ menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Sebagian elit politik melirik sekaligus mempertanyakan kebenarannya. 

 

Berangkat dari inilah pengurus Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia atau Lakspesdam Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Pragaan, Sumenep  menggelar bedah buku tersebut. 

 

Kegiatan juga diisi diskusi publik yang bekerja sama dengan Badan Ekesekutif Mahasiswa (BEM) STKIP PGRI Sumenep. Acara dipusatkan di aula kantor MWCNU setempat dan dipadati sejumlah Nahdliyin serta mahasiswa yang datang dari berbagai kampus, Senin (9/3). 

 

KH Zarkasyi Abdurrahiem selaku Rais MWCNU Pragan sebelum membuka secara resmi kegiatan mengajak segenap undangan untuk melawan segala bentuk kedzaliman.

 

"Kita berkumpul di sini dalam rangka melawan bentuk kedzaliman yang pernah dialami saudara dan guru kita tahun 2001 yang lalu saat dilengserkan dari kekuasaannya sebagai presiden," ungkapnya.

 

Bedah buku dan diskusi adalah salah satu rangkaian Pekan Rajabiyah dan Hari Lahir ke-97 Nahdlatul Ulama dengan menghadirkan Virdika Rizky Utama. Selain itu Lakpesdam NU Pragaan selaku penyelenggara juga menghadirkan mantan aktivis '98 Abrori Alsael sebagai pembanding dan Ahmad Rozali, jurnalis NU Online selaku moderator. 

 

Gemuruh tepuk tangan ramaikan auditorium saat moderator membacakan bio data narasumber.

 

"Ternyata Virdi belum pernah bertemu dengan Gus Dur bahkan beliau bukan aktivis NU struktural. Dokumen klasik ini ditemukan tahun 2001 dan ditulis tahun 2017, lalu dijadikan hadiah oleh Virdi saat peringatan Hari Santri Nasional," kata Ahmad Rozali.

 

Ada beberapa hal yang menarik dalam buku ini sehingga nama Virdi meroket di permukaan.

 

Pertama, Gus Dur masuk pada masa transisi Orde Baru yang terkesan oligarki. Sehingga ada sebagian orang dari kalangan elit politik tidak senang dengan gaya kepemimpinannya.

 

Kedua, Gus Dur menegakkam supremasi hukum yang kala itu mewabahnya virus KKN dikalangan aparatur pemerintah, baik di jajaran eksekutif,  legislatif, & yudikatif.

 

Ketiga, supremasi militer harus disingkirkan dari kancah perpolitikan negara. Karena tidak sesuai dengan orientasinya.

 

Keempat, Gus Dur menjunjung tinggi HAM. Sehingga meminta maaf kepada keluarga korban G30SPKI yang kala itu dikucilkan oleh sebagian golongan. Padahal kenyataannya ada dalang yang memainkan skenario tersebut.

 

Kelima, terdapat dokumen otentik proses pelengseran Gus Dur dengan menyebut Semut Merah yang ditulis Fuad Bawazier kepada Bang Akbar dengan melibatkan para tokoh bangsa.

 

Keenam, politik Gus Dur tidak diwujudkan dalam siyasah safilah (politik praktis atau politik kekuasaan), tetapi politiknya dalam wujud siyasah aliyah (politik kebangsaan, politik kerakyatan, dan etika berpolitik). Wajar Gus Dur lebih dikenal dengan sebutan bapak kebangsaan dan bapak negarawan yang bersusah payah serta tidak peduli dengan beragam ancaman politis dari berbagai elemen.

 

Ketujuh, kandungan buku ini sangat objektif tanpa ada sentimen kepentingan golongan. Wajar jika ada nama-nama elit politik yang getol ingin melengserkan Gus Dur dengan meggunakan cara yang kurang etis. Seluruh nama-nama tersebut sampai detik ini belum bisa menyanggah dengan berbasis data maupun belum mampu dipertanggungjawabkan kepada khalayak.

 

"Buku ini merupakan wasilah kepada segenap bangsa, terutama Nahdliyin, tak lupa juga Gusdurian Sumenep. Dimana bisa dijadikan jembatan untuk memahami Gus Dur saat dikudeta oleh musuhnya," ujar Virdi.

 

Sebelum diskusi berakhir, Ahmad Rozali secara khusus mempersilakan KH Junaidi Muarif selaku tokoh senior pada forum itu untuk menceritakan perihal peristiwa pelengseran Gus Dur belasan tahun lalu.

 

"Waktu itu saya sedang di Situbondo dan sempat kaget dengan adanya penebangan pohon asam di tepi jalan raya. Saya heran dan bertanya-bertanya, apa sih hubungan pelengseran Gus Dur dengan penebangan pohon. Jika tidak dijegal oleh tokoh, maka perjalanan kami terhambat," kenang kiai yang juga Ketua MWCNU Pragaan tersebut.

 

Kontributor: Firdausi
Editor: Syaifullah
 


Editor:

Madura Terbaru