NU Online

Delegasi Beasiswa Human Fraternity 2025 Kunjungi PBNU, Pelajari Humanitarian Islam dan Islam Nusantara

Rabu, 13 Agustus 2025 | 19:00 WIB

Delegasi Beasiswa Human Fraternity 2025 Kunjungi PBNU, Pelajari Humanitarian Islam dan Islam Nusantara

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menerima kunjungan delegasi beasiswa Human Fraternity 2025 di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Rabu (13/8/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)

Surabaya, NU Online Jatim

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menerima kunjungan delegasi beasiswa Human Fraternity 2025 di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Rabu (13/8/2025).


Dalam kunjungan tersebut, peserta yang berasal dari berbagai negara dan beragam agama itu mendapatkan pengetahuan mengenai gerakan NU dalam mempromosikan nilai-nilai humanitarian Islam dan praktik keagamaan Islam Nusantara.


Gus Yahya menyampaikan bahwa NU dengan pengikut lebih dari setengah populasi Indonesia berdasarkan survey memiliki sejumlah inisiatif dalam membantu masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam. Pun NU juga berperan dalam komunitas global dan dinamika internasional.


“NU berkontribusi pada komunitas internasional dan dinamika internasional. Kita memiliki Humanitarian Islam,” katanya.


Gus Yahya menyebut sejumlah inisiatif yang telah NU lakukan dalam upaya kontribusi terhadap komunitas internasional, di antaranya Forum R20 yang digelar beriringan dengan G20 yang dituanrumahi Indonesia. Bersama dengan Muhammadiyah, NU juga mendapatkan penghargaan prestisius, yaitu Zayed Award for Human Fraternity pada tahun 2024 lalu.


Sementara itu, Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla menjelaskan bahwa humanitarian Islam diusung NU dalam rangka menunjukkan Islam sebagai kerangka kerja untuk mewujudkan perdamaian dan harmoni di dunia.

 

“Islam tidak hanya berkah untuk Muslim, tapi juga untuk kemanusiaan seutuhnya,” katanya.


Adapun Islam Nusantara, jelasnya, merupakan sebuah praktik keislaman di kepulauan Indonesia. Sebab menyebar di berbagai wilayah dan diadopsi dalam konteks wilayah berbeda, Islam pun berkembang di Indonesia dengan model Indonesia.


“Indonesia memiliki praktik berbeda. Masyarakat dunia bisa belajar dari Indonesia. (Praktik Islam di Indonesia) terbentuk dan mengadopsi berbagai budaya lokal. Islam bisa hidup bersama dengan berbeda agama grup dan organisasi sosial,” katanya.


Hal ini dapat tumbuh karena para ulama melihat ulang terhadap khazanah intelektual yang sudah ada dan menyesuaikannya dalam konteks kekinian. Mereka merekontekstualisasikan Khazanah intelektual Islam tersebut dalam situasi dan kondisi saat ini di bumi Indonesia.


Dalam kesempatan itu, hadir pula Emily selaku panitia Human Fraternity dan Mohamed El Amin dari Muslim Elders Council. Selain Gus Ulil, Gus Yahya juga didampingi sejumlah pengurus PBNU lain, di antaranya Ketua PBNU Ahmad Suaedy, Wakil Sekretaris Jenderal Sidrotun Naim, Safira Mahrusah, dan Ahmad Ginanjar Sya’ban.