• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Pantura

Penting Jaga Lingkungan, IPNU-IPPNU di Bojonegoro Diskusikan Film Kinipan

Penting Jaga Lingkungan, IPNU-IPPNU di Bojonegoro Diskusikan Film Kinipan
Suasana diskusi film Kinipan oleh IPNU-IPPNU Nglarangan, Kanor, Bojonegoro. (Foto: NOJ/Luluk NR)
Suasana diskusi film Kinipan oleh IPNU-IPPNU Nglarangan, Kanor, Bojonegoro. (Foto: NOJ/Luluk NR)

Bojonegoro, NU Online Jatim

Bagi sebagian orang, film dokumenter memang kurang semenarik drama Korea yang saat ini sedang digandrungi kalangan remaja. Namun, film Kinipan yang baru saja tayang sebagai salah satu film yang hangat diperbincangkan dan menjadi objek nonton bareng (Nobar).

 

Hal itu juga seperti dilaksanakan Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Desa Nglarangan pada Ahad (11/04/2021) malam.

 

Kegiatan yang digelar di Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) Ihyaul Ulum, Nglarangan, Kanor, Bojonegoro ini dirangkai dengan penggalangan dana untuk korban bencana di Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal itu dilakukan melalui kotak berjalan yang sudah disediakan panitia.

 

Ruri Fahrudin selaku pemantik pertama mengatakan, Kinipan merupakan film yang diproduksi oleh Watch Doc dengan mengambil seting lokasi di berbagai daerah Indonesia, seperti Bengkulu, Jambi, hingga Kalimantan Tengah. Menariknya, film yang berdurasi lebih dari dua jam ini menjelaskan fakta ilmiah tentang virus Corona yang setahun ini mengubah tatanan hidup.

 

"Dari film ini kita sadar pentingnya melestarikan lingkungan hidup. Adanya banjir saat hujan, kebakaran saat kemarau, tanah longsor, dan beberapa bencana yang terjadi adalah dampak dari penebangan dan kerusakan alam. Parahnya lagi, kerusakan alam tersebut juga mengakibatkan munculnya pandemi," tutur laki-laki yang akrab disapa Ruri itu.

 

Lebih lanjut, Direktur Lembaga Minat dan Bakat itu menyebut hilangnya ekosistem virus yang seharusnya berada di hutan, pada akhirnya berpindah ke habitat manusia. Sehingga, meskipun tidak terdampak secara langsung, kerusakan alam ini akan tetap berakibat untuk keberlangsungan hidup.

 

"Dengan begitu, alam justru akan merugikan banyak pihak," ungkapnya.

 

Selain menyoal perkara lingkungan, lanjut Ruri, film Kinipan juga mengangkat tentang restorasi ekosistem yang kontradiktif antara pengelola perusahaan dengan masyarakat adat. Kerusakan hutan dan masyarakat tersingkir juga terjadi di tempat lain. Melihat persoalan Kinipan bisa terjadi karena ada aturan dan sistem yang jauh di luar laman mereka.

 

Sementara Lailatul Farikhah Al Isroiyyah selaku pemantik kedua menjelaskan, meski tidak semiris yang ada dalam film, di daerahnya juga terdapat permasalahan yang sama. Proyek pembangunan yang membuat daerah sekitar Bengawan Solo kehilangan potensi alamnya.

 

"Jika berbicara akses memang dengan adanya proyek-proyek baru semua nampak lebih mudah, namun kita juga perlu memperhatikan sektor-sektor lain yang terdampak adanya perusahaan itu," katanya.

 

Perempuan yang akrab disapa Farikha itu juga mengatakan, film ini menyadarkan bahwa dalam siklus kehidupan tidak hanya hidup bersama manusia. Ada ekosistem lain yang harus dirawat dan dipertahankan, yang sebenarnya juga untuk menunjang kehidupan manusia itu sendiri.

 

Dirinya kemudian memberikan contoh kecil yang dapat dilakukan untuk ikut andil menjaga alam. Yakni dengan mengurangi sampah plastik, melakukan tebang pilih, dan berbagai kegiatan sederhana, tapi berpotensi untuk pemberdayaan alam.

 

"Kalau belum bisa melakukan hal besar untuk perubahan, kita bisa memulai dari diri sendiri dengan hal-hal sepele, namun berdampak untuk lingkungan sekitar," pungkas Farikha.

 

Editor: Syaifullah

 


Editor:

Pantura Terbaru