Jember, NU Online Jatim
Ketua Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Jember Hobri Ali Wafa mendukung rencana Bupati Jember H Hendy Siswanto yang akan mengaktifkan kembali pembelajaran tatap muka (PTM) atau luring. Tentu saja dalam pelaksanaannya diatur secara baik agar risiko penularan Covid-19 bisa ditekan sekecil mungkin.
Dukungan itu disampaikan Hobri karena, menurutnya, pembelajaran dengan daring kurang efektif, selain menimbulkan kejenuhan bagi murid dan guru.
“Saya mendukung rencana tersebut, apalagi di beberapa daerah sudah banyak lembaga pendidikan, terutama SMK yang menerapkan pembelajaran dengan tatap muka,” katanya dikutip dari NU Online, Selasa (09/03/2021).
Agar potensi penularan Covid-19 bisa ditekan, diperlukan beberapa langkah saat PTM dilaksanakan. Pertama, kata Hobri, wajib memperhatikan protokol kesehatan (prokes) seperti menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Jangan sampai pembelajaran luring menjadi area baru transmisi penyebaran Covid-19.
“Jika prokes dipatuhi, saya optimis penyebaran Covid-19 bisa dihindari dalam sistem pembelajaran luring, apalagi saat ini dan ke depan vaksinasi terus dilakukan,” ujar dosen Matematika FKIP Universitas Jember itu.
Kedua, lanjut dia, pelaksanaan pembelajaran secara luring harus memiliki SOP (Standard Operating Procedure) yang harus dipatuhi oleh guru, murid, wali murid, dan semua yang terlibat dalam kegiatan belajar luring. Sehingga, pembelajaran tatap muka itu bisa meningkatkan kemampuan siswa dari sisi afektif, kognitif dan psikomotorik.
“Karena ini musim wabah corona, maka harus ada SOP-nya atau naskah akademiknya sebagai panduan menjalankan pembelajaran luring. Jangan sampai kita sudah siap luring, tapi naskah akademiknya kita belum siap,” papar Hobri.
Ketiga, ujar dia, adalah menjaga efektivitas waktu. Untuk mengurangi risiko penularan Covid-19, durasi pertemuan harus dimanfaatkan sebaik mungkin, sehingga tidak terlalu lama murid dan guru berkumpul. Caranya adalah menggunakan apa yang disebut hybrid learning dan blended learning, yaitu memadukan sistem luring dan daring.
Misalnya, materi pelajaran bisa disampaikan secara online, baik lewat WhatsApp atau google classroom.
“Nah, saat sekolah tatap muka dilaksanakan, guru tinggal menjelaskan, atau diskusi untuk mempertajam pemahaman tentang materi tersebut. Sehingga durasi pertemuan bisa dipersingkat,” tandas Hobri.