Matraman

Kiai Ma'ruf Khozin Ulas 4 Hal Warga NU Sering Jadi Bahan Bid’ah

Sabtu, 3 Agustus 2024 | 20:10 WIB

Kiai Ma'ruf Khozin Ulas 4 Hal Warga NU Sering Jadi Bahan Bid’ah

Ketua Aswaja NU Center Jatim, KH Ma'ruf Khozin. (Foto: NOJ/Aswaja NU Center Jatim)

Jombang, NU Online Jatim

Ketua Aswaja NU Center (Asnuter) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, KH Ma'ruf Khozin menyampaikan 4 hal yang menyebabkan NU di bid'ah-bid'ahkan oleh kelompok lain.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Hal ini disampaikannya saat mengisi Kajian Islam Ahlussunah Wal Jamaah (Kiswah) yang diadakan oleh Aswaja NU Center Jatim dalam rangka Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jatim di Masjid Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Sabtu (03/08/2024).


"Saya mengikuti perdebatan hujjah aswaja sejak zamannya Kiai Muhyiddin, Kiai Abdullah bin KH Syamsul Arifin. Itu kita di bid'ahkan karena berputar dalam 4 hal," katanya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Ia memaparkan, pertama disebabkan hadist dhaif, Madzab Syafi'i khususnya orang NU ini menerima atau sering mengamalkan hadist dhaif, seperti hadistnya talqin mayit dan juga hadistnya membaca yasin di malam Jum'at.


Kedua, terkait permasalahan tradisi yang sering dituduh bid'ah adalah yang berkaitan dengan tradisi. Seperti halnya tradisi tahlilan, tingkepan, manaqiban, dan lain-lainnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Ketiga terkait masalah qiyas fil ibadah. Orang di luar semisal salafi, Muhammadiyah, wa ahlihi wa shahbihi ajma'in itu paling tidak suka dengan qiyas fil ibadah. Karena menurut mereka dalil itu cuma Al-Qur'an dan hadist.


“Sedangkan bagi kita qiyas fil ibadah itu boleh, di antaranya adalah mengadzani mayit ketika di kubur. Sekarang itu mengadzani mayit di kuburan bukan lagi menjadi qiyas, akan tetapi sebagai identitas, karena mayit yang tidak diadzani itu menunjukkan bahwa mayitnya orang NU, begitu juga sebaliknya," terangnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Kemudian yang keempat yakni terkait masalah ibadah mahdhoh dan ghoiru mahdhoh, mereka kelompok Wahabi tidak mengenal istilah ini. Singkatnya ibadah mahdhoh adalah ketentuannya pasti tidak dapat dikurangi maupun ditambah seperti halnya shalat.


Sedangkan ibadah ghoiru mahdhoh ini ada peluang diperkenankan dalam syariat untuk kemudian ditambah, contohnya seperti shalawatna. Shalawatan itu perintahnya jelas di Al-Qur'an tapi petunjuknya tidak dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW, dan ini tidak bid'ah karena sifatnya adalah ghoiru mahdhoh.


"Yang terpenting kita sudah yakin terhadap amaliyah Aswaja kita, tidak cuma sekadar mengamalkan, akan tetapi juga mendakwahkan sekaligus menjadi pembela ajaran Aswaja," pungkasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

ADVERTISEMENT BY ANYMIND