NU Online

6 Tips Jaga Hubungan Pernikahan Walau LDR

Selasa, 26 Agustus 2025 | 20:30 WIB

6 Tips Jaga Hubungan Pernikahan Walau LDR

Kunci LDR Harmonis ala Islam (NUO).

Pernikahan adalah amanah yang mempersatukan dua insan untuk saling melengkapi, menguatkan, dan menapaki kehidupan bersama. Namun, tidak semua pasangan suami istri berkesempatan menikmati kebersamaan setiap hari. Terkadang, keadaan memaksa mereka menjalani rumah tangga dengan jarak yang membentang di antara keduanya, baik karena tuntutan pekerjaan, pendidikan, maupun amanah tertentu.
 

Hubungan jarak jauh (long distance relationship/LDR) ibarat menempuh perjalanan darat yang panjang. Ada saatnya jalan terasa mulus, namun tak jarang muncul tikungan tajam, tanjakan terjal, atau hambatan yang menguji kesabaran. Untuk sampai ke tujuan dengan selamat, dibutuhkan ketelitian, komunikasi, dan kerja sama antara “pengemudi” dan “penumpang”-nya. Dalam konteks rumah tangga, ini berarti kedua pasangan harus mampu menjaga komitmen, saling memahami, dan tetap terhubung meski terpisah jarak.
 

Agar hubungan tetap harmonis dalam kondisi LDR, diperlukan strategi dan sikap yang tepat. Berikut beberapa tips yang dapat membantu pasangan menjaga kehangatan, kepercayaan, dan keharmonisan meski tidak berada di tempat yang sama.
 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

1. Menjaga Komunikasi

LDR sejatinya hanya persoalan jarak, bukan penghalang untuk tetap dekat secara hati. Kuncinya adalah komunikasi yang teratur dan berkualitas. Di era modern ini, komunikasi bukan lagi terbatas pada tatap muka langsung. Beragam media sosial, aplikasi pesan singkat, hingga panggilan video telah memudahkan pasangan utuk tetap terhubung kapan saja. 
 

Suami dan istri perlu menyisihkan waktu khusus, meski sebentar, untuk saling menanyakan kabar, bertukar cerita, atau sekedar bercakap santai. Menghadirkan suasa hati yang positif seperti ini mampu menumbuhkan rasa kebersamaan, walau dipisah jarak dan waktu. 
 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya percakapan hangat dan ceria dalam hubungan rumah tangga. Beliau mengatakan:
 

الثَّالِثُ أَنْ يَزِيدَ عَلَى احْتِمَالِ الْأَذَى بِالْمُدَاعَبَةِ وَالْمَزْحِ وَالْمُلَاعَبَةِ فَهِيَ الَّتِي تُطَيِّبُ قُلُوبَ النِّسَاءِ
 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Artinya: “Ketiga, selain bersabar menghadapi gangguan, hendaknya ia juga menambahnya dengan bersikap ramah, bercanda, dan bermain-main (dengan penuh kasih) karena hal itu dapat menyenangkan hati para istri.” (Ihya' Ulumiddin, [Beirut, Darul Ma’rifah: t.t.], jilid II, halaman 44).
 

Menjaga komunikasi secara teratur dan disertai kehangatan menjadi kunci penting dalam mempertahankan keharmonisan hubungan. Apalagi di era sekarang, teknologi memudahkan pasangan untuk saling terhubung kapan pun dan di mana pun, sehingga jarak bukan lagi penghalang untuk tetap dekat secara emosional.
 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

2. Saling Mendoakan

Selain menjaga komunikasi, kekuatan doa juga menjadi penopang utama dalam hubungan jarak jauh. Doa adalah ikatan spiritual yang menghubungkan hati dua insan, meski tepisah ribuan kilometer. Ketika suami dan istri saling mendoakan, mereka tidak hanya meminta kebaikan untuk pasangan, tetapi juga mengokohkan rasa cinta dan tanggung jawab dalam ikatan pernikahan.
 

Hal ini sebagaimana diajarkan dalam Al-Quran:
 

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Artinya: “Dan, orang-orang yang berkata, “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Furqan:74).
 

3. Saling Memahami

Hubungan jarak jauh sering kali membawa tantangan berupa kesibukan yang tidak selalu bisa dikompromikan. Mungkin salah satu pasangan sedang dalam masa kerja yang padat, tugas kuliah yang menumpuk, atau aktivitas dakwah yang menguras waktu dan tenaga. Disinilah pentingnya sikap saling memahami.
 

Saling memahami berarti mampu menempatkan diri pada posisi pasangan, mengerti bahwa keterlambatan membalas pesan atau jarangnya menelepon bukan selalu tanda berkurangnya cinta, melainkan karena situasi dan tanggung jawab yang sedang dijalani. Saling memahami juga berarti memberi kepercayaan, menghindari prasangka buruk, mendukung pasangan dalam setiap kesibukannya. 
 

Sikap ini merupakan wujud mu‘asyarah bil ma‘ruf, yang menjadi prinsip dasar dalam membangun keluarga yang harmonis. Dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman:
 

وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۚ
 

Artinya: “Pergaulilah mereka dengan cara yang patut.” (QS. An-Nisa:19).
 

Meskipun ayat ini secara eksplisit ditujukan kepada suami, prinsip mu‘asyarah bil ma‘ruf juga berlaku bagi istri terhadap suaminya. Abu Bakar Al-Hishni menegaskan:
 

يجب على كل واحد من الزوجين معاشرة صاحبه بالمعروف
 

Artinya: “Setiap pasangan suami istri wajib mempergauli pasangannya dengan cara yang patut.” (Kifayatul Akhyar, [Damaskus, Darul Khair: 1994], jilid I, halaman 377)


4. Saling Menjaga

Dalam hubungan jarak jauh, tantangan tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam diri masing-masing. Salah satu kunci menjaga keharmonisan adalah saling menjaga diri, menjaga hati, maupun menjaga nama baik pasangan. Ketika jarak jauh memisahkan, godaan dan peluang untuk lalai bisa lebih besar, sehingga komitmen untuk tetap setia dan menjaga kehormatan rumah tangga menjadi sangat penting.
 

Imam Al-Ghazali menjelaskan:
 

ومن آداب المرأة مُلَازَمَةُ الصَّلَاحِ وَالِانْقِبَاضِ فِي غَيْبَةِ زَوْجِهَا وَالرُّجُوعُ إِلَى اللَّعِبِ وَالِانْبِسَاطِ وَأَسْبَابِ اللَّذَّةِ فِي حُضُورِ زوجها ولا ينبغي أن تؤذي زوجها بحال
 

Artinya, “Termasuk adab seorang wanita adalah tetap menjaga kesalehan dan sikap menahan diri ketika suaminya tidak ada, lalu kembali bersikap ceria, ramah, bermain, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan ketika suaminya hadir. Dan tidak sepantasnya ia menyakiti suaminya dalam keadaan apa pun.” (Al-Ghazali, II/59).
 

Prinsip ini berlaku bagi kedua belah pihak, baik suami maupun istri. Saat berjauhan, keduanya harus menjaga akhlak, pergaulan, dan kesetiaan, agar kepercayaan tetap terpelihara. Saling menjaga juga berarti melindungi perasaan pasangan, menghindari perilaku yang dapat menimbulkan prasangka, serta tetap menunjukkan sikap hormat terhadap pasangan di hadapan orang lain.
 

5. Menjaga Pergaulan

Dalam hubungan jarak jauh, menjaga diri dalam pergaulan menjadi hal yang sangat penting. Rasa sepi karena tidak bersama pasangan bisa membuat seseorang lebih mudah tergoda untuk mencari hiburan atau perhatian di luar. Jika tidak hati-hati, hal ini dapat mengganggu keutuhan rumah tangga.
 

Al-Qur’an memberi pedoman jelas agar setiap orang beriman menjaga pandangan dan memelihara kehormatan diri. Sikap ini menjadi bukti kesetiaan terhadap pasangan. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
 

قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ
 

Artinya: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nur: 30).

Bagi suami, menjaga pergaulan berarti tidak memberi ruang bagi godaan yang bisa merusak kepercayaan istri. Bagi istri, menjaga pergaulan berarti tetap memelihara rasa malu dan menghindari hal-hal yang bisa menimbulkan fitnah.
 

Menjaga pergaulan juga berarti memilih lingkungan yang baik, berteman dengan orang-orang yang bisa menguatkan iman, serta membatasi interaksi yang berlebihan dengan lawan jenis, baik secara langsung maupun lewat media sosial. Dengan begitu, rasa percaya dalam hubungan akan tetap terjaga meski terpisah jarak.


6. Mengatur Waktu Bertemu

Dalam hubungan jarak jauh, pertemuan fisik menjadi momen yang sangat berharga. Namun, kesibukan masing-masing sering kali membuat jadwal bertemu atau pulang menjadi tidak teratur. Karena itu, penting bagi pasangan untuk merencanakan dan mengatur waktu pertemuan dengan baik, agar setiap kesempatan bersama bisa dimanfaatkan secara maksimal.
 

Dalam sebuah hadits disebutkan:
 

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
 

Artinya, “Aisyah radhiyallāhu ‘anhā berkata, 'Rasulullah saw bersabda, ‘Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.’” (HR Tirmidzi).
 

Meluangkan waktu untuk pulang atau bertemu, meskipun di tengah padatnya aktivitas, merupakan bentuk prioritas dan kesungguhan dalam menjaga hubungan. Pertemuan yang terencana tidak hanya menjadi pelepas rindu, tetapi juga penguat ikatan dan sumber semangat untuk menjalani hari-hari berjauhan.
 

Hubungan jarak jauh memang menuntut kesabaran, pengertian, dan komitmen yang lebih besar. Namun, jika dijalani dengan niat yang benar, komunikasi yang hangat, saling mendoakan, saling memahami, menjaga diri, pergaulan dan merencanakan waktu bertemu, LDR dapat menjadi sarana untuk menguatkan cinta dan memperdalam hubungan suami istri.
 

Jarak hanyalah ujian fisik, tetapi hati yang saling terikat dengan kasih sayang dan iman akan tetap bersama, bahkan ketika raga terpisah. Wallahu a’lam.
 


Ustadz Bushiri, Pengajar di Zawiyah Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan Madura

ADVERTISEMENT BY ANYMIND