Kisah Ana, Gadis Katolik Resmi Diwisuda S1 Kebidanan di Unusa
Selasa, 29 April 2025 | 15:00 WIB

Ana Zenetia Paulo Soares de Rosa, gadis asal Timor Leste yang beragama Katolik berfoto bersama Rektor Unusa. (Foto: NOJ/Humas)
Surabaya, NU Online Jatim
Dua wanita yang beragama Katolik yaitu Ana Zenetia Paulo Soares de Rosa gadis asal Timor Leste dan Waryani wanita paruh baya resmi diwisuda di kampus Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) pada Kamis (24/04/2025).
Ana, gadis Katolik kelahiran Dili Ibu Kota Timor Leste pada 22 Agustus 2001 itu sukses memperoleh gelas S1 Kebidanan di Unusa.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Ana merasa nyaman kuliah di kampus yang memiliki asosiasi dengan organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nadhlatul Ulama (NU) meski berasal dari latar belakang agama minoritas di kampus Unusa. Ana menyatakan bahwa kehidupan akademik dan sosialnya selama kuliah berlangsung sangat menyenangkan dan inklusif.
“Saya sangat bersyukur kuliah di Unusa, meskipun mayoritas teman-teman Muslim dan banyak yang berjilbab, saya tidak pernah merasa dikucilkan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Ana menuturkan bahwa Unusa memberinya pengalaman belajar yang bukan hanya akademis, tapi juga nilai-nilai kemanusiaan. Kehidupan kampus di Unusa memang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin, yang memberi ruang aman dan nyaman bagi semua mahasiswa, tanpa memandang latar belakang agama, budaya, atau asal negara.
“Saya belajar bersama, berdiskusi terbuka, dan saling memahami. Saya justru jadi lebih mengenal nilai-nilai Islam dari teman-teman saya. Adik saya juga sedang kuliah di Unusa jurusan Keperawatan,” ungkap gadis yang kesehariannya bekerja di salah satu puskesmas di Surabaya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Hal yang sama juga dilakukan oleh Waryani sebagai warga Kristiani. Ia sudah lama mencari tahu tentang NU dan Unusa. Hasil dari usahanya mencari informasi itudia mengaku mengaku cukup dekat dengan NU. Kegemarannya membaca jurnal tentang NU menjadikan bidan di salah satu rumah sakit di Surabaya memilih kuliah di Unusa.
“Saya sudah tahu tentang NU itu sejak masih usia muda ya. Sering baca jurnal tentang NU, sejarah NU. Jadi saya merasa cukup dekat dengan NU, saya tahu bagaimana budaya NU,” terang Waryani.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Bagi Waryani, kuliah di kampus yang mayoritas mahasiswanya muslim tak menjadikan Waryani memiliki kendala berarti. Waryani bahkan merasa nyaman dengan perlakuan teman kelas hingga dosennya. Ia juga tak merasa risih saat harus berbaur dengan teman-teman kampus yang usianya justru seusia anaknya.
“Mereka baik, cukup menghormati saya sebagai yang lebih tua. Jadi saya nyaman saja,” tukasnya.
Unusa sebagai universitas yang cepat perkembangannya memang meng-akomodasi semua calon mahasiswa yang memiliki latar belakang berbeda termasuk berbeda keyakinan agama. Unusa yang NU itu memang mencanangkan sebagai universitas yang inklusif dengan menerima mahasiswa dengan latar belakang yang beragam, termasuk kaum minoritas.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
ADVERTISEMENT BY ANYMIND