• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Pendidikan

Unusa Webinar Cegah Stunting dengan Mpasi Bermutu

Unusa Webinar Cegah Stunting dengan Mpasi Bermutu
Webinar tentang Mpasi oleh Unusa. (Foto: Dokumentasi Unusa)
Webinar tentang Mpasi oleh Unusa. (Foto: Dokumentasi Unusa)

Surabaya, NU Online Jatim

Masih dalam rangakaian menjalankan kegiatan hibah terkait penanganan nutrisi pada anak di Jawa Timur dari UNICEF (United Nations International Childrens Emergency Fund), Unusa menggelar webinar pemberian makan bayi dan anak bertema Peran Ibu Mempersiapkan Makanan Pendamping ASI (Mpasi) untuk Anak yang Sehat, Cerdas, dan Tumbuh Optimal, Sabtu (20/11/2021) siang.

 

Kegiatan ini digelar sekaligus dalam rangka memperingatai pekan ASI sedunia. Hadir dalam acara tersebut sebagai pemateri drg. Lili Apriliyanti, Kepala Bidang Layanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum, Health Influenser and Education.

 

Tan Shot Yen menjelaskan banyak masyarakat dengan mudahnya membeli bubur dipinggir jalan untuk anak mereka yang sudah memasuki masa Mpasi. Hal ini dapat membuat anak kelak mengalami stunting, karena orang tua minim melakukan manajemen waktu yang baik.

 

“Banyak ibu sekarang bilang memilih beli bubur untuk Mpasi karena tidak ada waktu. Semua itu bohong, karena pada dasarnya semua sudah bisa dilakukan secara bersamaan, berbeda dengan ibu zaman dahulu, yang kalau masak hanya bisa dilakukan masak dan kalau mau kirim uang harus pergi naik angkot dulu,” ucapnya.

 

Tan Shot Yen menyarankan untuk MPAsi anak harus dibuat langsung oleh ibunya. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahan yang digunakan dalam MPAsi itu baik untuk anak mereka. “Jangan dibiasakan untuk MPAsi jajan di luar atau beli bubur di jalan, karena yang tahu bahan bubur itu hanya Tuhan dan yang membuat bubu itu saja,” terangnya.

 

Tan Shot Yen mengingatkan jangan melebeli anak di bawah dua tahun sebagai stunting, karena stunting itu bicara tentang tinggi badan bukan berat badan. “Jadi kalau di posyandu anak Balita yang di cek adalah berat badannya saja, bahkan anak balita yang gemuk tidak bisa di katakan stunting itu bisa terjadi karena stunting itu biacara panjang badan bukan berat badan,” ucapnya.

 

Jadi, bagi ibu-ibu jangan senang dulu melihat anaknya gemuk dan diberikan makan apa saja namun bermasalah dengan tinggi badan itu merupakan salah satu ancaman tersendiri. “Bahkan saat anak usia 13 atau 18 bulan namun tinggi badan tidak sesuai dengan usianya serta berada di garis merah itu saya tidak mau mengatakan dia mengalami stunting, sebut saja anak ini beresiko stunting karena Allah masih memberikan waktu setengah tahun untuk anak ini mengejar kekurangannya tersebut,” terangnya.

 

Sementara itu, drg Lili Apriliyanti menjelaskan nutrisionis harus bisa mengelolah tata cara untuk mengatasi pemenuhan gizi. “Itu mulai dari mengelolah kesiapan sumber daya hingga perencanaan apa yang akan dilakukan,” ucapnya.

 

Lili menyebutkan kasus stunting di Indonesia, dimana Jawa Timur masuk dalam urutan ke 5 daerah yang mengalami stunting. “Dengan hasil ini kami akan mengupayakan agar angka tersebut turun, melalui penyiapan SDM di beberapa daerah di Jatim,” terangnya.

 

Wakil Rektor III Unusa, drg Umi Hanik M.Kes, dalam sambutannya mengatakan, pembahasan tentang Mpasi adalah sesuatu yang tidak akan pernah selesai dibahas dan didiskusikan sepanjangn masih ada kehidupan. “Dalam hal Mpasi, ibu biologis memang yang paling dominan dalam memberikan Mpasi, tapi di lingkungan masyarakat kita ada orang-orang di sekitar ibu biologis anak yang biasanya ikut serta dalam pemberian Mpasi. Paling tidak ini pengalaman peribadi saya,” katanya.

 

Sedang dr Karina Widowati MPH, Nutrition Officer UNICEF Kantor Perwakilan Surabaya, dalam sambutannya menjelaskan bahwa pada tahun 2021 ini pihaknya telah bekerjasama dengan Unusa dalam membantu penanganan nutrisi pada anak di Jawa Timur. “Topik bahasan tentang Mpasi penting karena terkait dengan masa pembelajaran bagi anak dalm mengenal rasa dan tekstur setelah melalui masa Asi ekskulisf usia 0 sampai 6 bulan,” katanya.

 

Dalam proses belajar ini, kata Karina menambahkan, anak akan membentuk refrensi makan anak pada saat ia dewasa, jika dilakukan dengan benar ke depannya akan bisa mengurangi angka kekurangan gizi dan penyakit-penyakit degeneratif lainnya.

 

“Masa Mpasi pada usia 6 bulan sampai 2 tahun akan terkait dengan pola makan dikemudian hari. Harapannya dengan Mpasi yang optimal dan benar dapat membentuk tumbuh kembang anak dengan baik, sehingga preferansi stunting bisa diturunkan,” katanya.

 

Terkait kerjasama Unusa dengan UNICEF dalam bentuk hibah, ada empat topik yang menjadi fokus pekerjaan hingga akhir tahun 2021 meliputi Pencegahan Malnutrisi pada Anak Usia Dini (Stunting); Penguatan Pengeloaan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT); Gizi Ibu Hamil dan Remaja, serta Gizi Saat Bencana. Program ini sedikitnya melibatkan 8 Kabupaten/Kota di Jatim, masing-masing, Surabaya, Sidoarjo, Bojonegoro, Blitar, Tulungagung, Bondowoso, Jombang, Lumajang.


Pendidikan Terbaru